Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17108 | 11 May 2025
Klinis : Kasus C Pada tanggal 10 Oktober 2023, jam 10.00 wita, seorang Pasien anak Bernama An. H berusaia 6 tahun datang ke UGD RSUD Kota Mataram dengan keluhan kesulitan bernafas parah. Orangtua pasien mengatakan anaknya sedang di sekolah dan mengikuti Pelajaran olahraga lalu ia tiba2 sangat kesulitan untuk bernafas. Orangtua pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat penyakit Asma. An. H diposisikan dengan posisi duduk condong ke depan agar memudahkan bernafas. Saat di sekolah, An. H telah mendapatkan 3 kali hisapan infaler Ventolin (salbutamol) yang digunakan dengan alat mengatur jarak pemberian. Pemeriksaan antromopetri menunjukkan BB pasien 19kg, tinggi 125cm, suhu 36,50C. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan Pernafasan 40x/menit, terdengar suara mengi saat ekspirasi, yang menandakan penyempitan saluran napas bagian bawah dan gangguan pernapasan. Anak tersebut tampak waspada dengan kulit pucat dan tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap, hanya mampu memberitahukan namanya kepada perawat. Pada pemeriksaan lebih lanjut, terdapat resesi interkostal, Tingkat oksigennya 90% di udara ruangan dan denyut nadinya 135x/menit. Saat auskultasi dada didapatkan bunyi mengi yang meluas secara bilateral. Orangtua pasien tampak sangat cemas karena kondisi anaknya yang sangat kesulitan untuk bernafas dan meminta petugas medis segera memberikan tindakan. Orangtua pasien mengatakan anaknya didiagnosa Asma sejak usia 5 tahun. Namun demikian tidak ada riyawat penyakit Asma dalam keluarganya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan rincian kasus yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Pemberian oksigen
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak bernama An. H, berusia 6 tahun, datang ke UGD dengan keluhan kesulitan bernafas parah. Riwayat penyakit Asma sejak usia 5 tahun dan saat di sekolah telah mendapatkan penanganan berupa pemberian bronkodilator inhalasi (Ventolin/salbutamol) sebelum kondisi memburuk. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda-tanda penyempitan saluran napas seperti pernapasan cepat, suara mengi, resesi interkostal, dan hipoksemia (oksigen 90% di udara ruangan).
Dengan gejala-gejala yang sesuai, diagnosis yang paling tepat adalah Asma (kode ICD-10 J45.9). Kasus ini merupakan eksaserbasi atau serangan asma akut yang membutuhkan penanganan cepat.
Tindakan medis yang dilakukan kemungkinan berupa pemberian oksigen (kode ICD-9-CM 93.94) untuk mengatasi hipoksemia dan pemberian bronkodilator inhalasi lanjutan (tidak tercantum dalam kode ICD-9-CM) untuk mengatasi obstruksi saluran napas. -
Article No. 17109 | 11 May 2025
Klinis : Kasus C Pada tanggal 10 Oktober 2023, jam 10.00 wita, seorang Pasien anak Bernama An. H berusaia 6 tahun datang ke UGD RSUD Kota Mataram dengan keluhan kesulitan bernafas parah. Orangtua pasien mengatakan anaknya sedang di sekolah dan mengikuti Pelajaran olahraga lalu ia tiba2 sangat kesulitan untuk bernafas. Orangtua pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat penyakit Asma. An. H diposisikan dengan posisi duduk condong ke depan agar memudahkan bernafas. Saat di sekolah, An. H telah mendapatkan 3 kali hisapan infaler Ventolin (salbutamol) yang digunakan dengan alat mengatur jarak pemberian. Pemeriksaan antromopetri menunjukkan BB pasien 19kg, tinggi 125cm, suhu 36,50C. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan Pernafasan 40x/menit, terdengar suara mengi saat ekspirasi, yang menandakan penyempitan saluran napas bagian bawah dan gangguan pernapasan. Anak tersebut tampak waspada dengan kulit pucat dan tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap, hanya mampu memberitahukan namanya kepada perawat. Pada pemeriksaan lebih lanjut, terdapat resesi interkostal, Tingkat oksigennya 90% di udara ruangan dan denyut nadinya 135x/menit. Saat auskultasi dada didapatkan bunyi mengi yang meluas secara bilateral. Orangtua pasien tampak sangat cemas karena kondisi anaknya yang sangat kesulitan untuk bernafas dan meminta petugas medis segera memberikan tindakan. Orangtua pasien mengatakan anaknya didiagnosa Asma sejak usia 5 tahun. Namun demikian tidak ada riyawat penyakit Asma dalam keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kasus An. H adalah sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode: 00031 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat mendukung kebutuhan oksigenasi.
3. Kecemasan
Kode: 00146 (NANDA-I)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA-I.
- Terdiri dari kode, definisi, karakteristik, dan faktor terkait/risiko.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran keperawatan yang diharapkan.
- Terdiri dari kode, definisi, dan kriteria hasil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang diperlukan.
- Terdiri dari kode, definisi, aktivitas, dan target luaran.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut untuk digunakan oleh perawat di Indonesia. -
Article No. 17110 | 11 May 2025
Klinis : perawatan bayi baru lahir, dan adanya kecemasan terkait kesejahteraan anak-anaknya. Selain itu, anak pertama (A) menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan regresi perilaku sejak kelahiran adiknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan. Tone akan akademis dan persona saya akan sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Diagnosa Keperawatan untuk Perawatan Bayi Baru Lahir:
a. Risiko Hipotermi berhubungan dengan ketidakmampuan mengatur suhu tubuh.
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan sistem imun yang belum matang.
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menyusu secara efektif.
2. Diagnosa Keperawatan untuk Kecemasan Orang Tua terkait Kesejahteraan Anak-anak:
a. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak.
b. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan anak.
3. Diagnosa Keperawatan untuk Kecemburuan dan Regresi Perilaku Anak Pertama (A):
a. Kecemburuan berhubungan dengan perubahan struktur keluarga.
b. Gangguan Proses Keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perawatan Bayi Baru Lahir:
a. Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
b. Bayi terbebas dari infeksi.
c. Bayi dapat menyusu secara efektif dan mencapai pertumbuhan yang adekuat.
2. Kecemasan Orang Tua terkait Kesejahteraan Anak-anak:
a. Orang tua menunjukkan tingkat kecemasan yang terkontrol.
b. Orang tua menunjukkan peningkatan pengetahuan dalam merawat anak.
3. Kecemburuan dan Regresi Perilaku Anak Pertama (A):
a. Anak pertama (A) menunjukkan penurunan perilaku cemburu.
b. Anak pertama (A) menunjukkan peningkatan kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Bayi Baru Lahir:
a. Pertahankan lingkungan hangat dan kering untuk mencegah hipotermi.
b. Lakukan perawatan tali pusat dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
c. Ajarkan dan dampingi ibu dalam teknik menyusui yang benar.
2. Kecemasan Orang Tua terkait Kesejahteraan Anak-anak:
a. Berikan dukungan emosional dan informasi yang sesuai untuk mengurangi kecemasan.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
c. Berikan edukasi tentang perawatan anak yang sesuai dengan usia dan kebutuhan.
3. Kecemburuan dan Regresi Perilaku Anak Pertama (A):
a. Libatkan anak pertama (A) dalam aktivitas bersama adiknya untuk membangun ikatan.
b. Berikan perhatian dan pujian khusus untuk anak pertama (A) untuk menghargai perannya sebagai kakak.
c. Ajarkan cara-cara beradaptasi dengan perubahan struktur keluarga dan peran baru.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, penting untuk mempertimbangkan semua aspek yang terlibat, mulai dari kebutuhan bayi baru lahir, kecemasan orang tua, serta adaptasi dan perilaku anak pertama (A). Dengan kolaborasi yang erat antara perawat, orang tua, dan anggota keluarga lainnya, diharapkan dapat dicapai luaran yang optimal bagi seluruh anggota keluarga. -
Article No. 17111 | 11 May 2025
Klinis : Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan memenuhi kebutuhan kesehatan diri sendiri.
- Tanda dan Gejala:
- Penurunan prestasi akademik
- Kecenderungan menghabiskan waktu bermain game tanpa pengawasan
- Komunikasi yang kurang terbuka antara orang tua dan anak
2. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Tanda dan Gejala:
- Kelelahan dan kurang bersemangat dalam belajar
- Perubahan pola tidur akibat berlebihan bermain game
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Peningkatan pemahaman tentang pentingnya manajemen kesehatan
- Peningkatan kemampuan dalam mengelola perilaku dan aktivitas sehari-hari
- Peningkatan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak
2. Gangguan Pola Tidur:
- Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat
- Peningkatan energi dan semangat dalam belajar
- Penurunan kecenderungan berlebihan bermain game
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan:
- Edukasi tentang pentingnya manajemen kesehatan yang baik
- Pengaturan jadwal aktivitas harian yang seimbang (belajar, bermain, istirahat)
- Fasilitasi komunikasi terbuka antara orang tua dan anak
- Konseling untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah terkait perilaku
2. Gangguan Pola Tidur:
- Asesmen pola tidur dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang sehat
- Intervensi untuk mengelola penggunaan gadget sebelum tidur
- Pemberian relaksasi dan teknik manajemen stres
- Kolaborasi dengan orang tua untuk memantau dan mendukung pola tidur yang baik
Penjelasan:
Dalam kasus ini, anak (A) mengalami beberapa masalah terkait kesehatan dan perilaku, seperti penurunan prestasi akademik, kurangnya semangat belajar, dan kecenderungan berlebihan bermain game. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan dan Gangguan Pola Tidur.
Luaran yang diharapkan adalah peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola kesehatan, peningkatan komunikasi antara orang tua dan anak, serta perbaikan kualitas dan kuantitas tidur. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup edukasi, pengaturan jadwal aktivitas, fasilitasi komunikasi, konseling, asesmen pola tidur, dan intervensi untuk mengelola penggunaan gadget.
Pendekatan yang digunakan bersifat holistik, melibatkan kolaborasi antara perawat, anak, dan orang tua, serta berfokus pada pemberdayaan anak dan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan secara efektif. -
Article No. 17112 | 11 May 2025
Klinis : Anak remaja (D) menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Ia menjadi lebih pendiam, cenderung menarik diri dari keluarga, dan prestasi akademiknya menurun. Orang tua merasa khawatir akan pergaulan anak, terutama karena D sering menghabiskan waktu sendirian di kamar dengan gadget atau keluar rumah hingga larut malam. Selain itu, komunikasi antara orang tua dan anak menjadi kaku, sehingga keluarga kesulitan memahami permasalahan yang dihadapi D
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman individu yang merasa sendiri atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun dirasakan.
Faktor yang berhubungan:
- Perubahan pola interaksi sosial
- Perubahan fisik atau status kesehatan
- Ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang bermakna
2. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Peningkatan potensi untuk melakukan agresi fisik terhadap orang lain, diri sendiri, atau lingkungan.
Faktor yang berhubungan:
- Perubahan perilaku yang signifikan
- Penurunan prestasi akademik
- Penarikan diri dari keluarga dan aktivitas sosial
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Interaksi Sosial: Anak remaja (D) akan mampu berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sosial secara efektif.
2. Kontrol Perilaku: Anak remaja (D) akan mampu mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Isolasi Sosial:
- Terapi Perilaku Kognitif: Membantu D mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang menghambat interaksi sosial.
- Komunikasi Terapeutik: Memfasilitasi komunikasi yang efektif antara D dan keluarga, serta mendorong keterlibatan D dalam aktivitas keluarga.
- Dukungan Kelompok: Memperkenalkan D dengan kelompok sebaya yang dapat memberikan dukungan dan membantu mengembangkan keterampilan sosial.
2. Untuk Risiko Perilaku Kekerasan:
- Manajemen Perilaku: Membantu D mengidentifikasi dan mengelola pemicu perilaku agresif, serta mengembangkan strategi koping yang sehat.
- Konseling: Memberikan konseling individual untuk membantu D memahami dan mengatasi perubahan perilaku dan masalah yang dihadapi.
- Kolaborasi dengan Keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan, membangun komunikasi yang terbuka, dan mendukung peran keluarga dalam pemulihan D.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial dan Risiko Perilaku Kekerasan sesuai dengan kondisi yang digambarkan, di mana anak remaja (D) mengalami perubahan perilaku yang signifikan, menarik diri dari keluarga, dan prestasi akademik menurun. Hal ini dapat menyebabkan D merasa terasing dari lingkungan sosialnya dan meningkatkan potensi untuk melakukan perilaku agresif.
Luaran yang diharapkan adalah agar D dapat berinteraksi secara efektif dengan keluarga dan lingkungan, serta mampu mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup terapi perilaku kognitif, komunikasi terapeutik, dukungan kelompok, manajemen perilaku, konseling, dan kolaborasi dengan keluarga. Tujuannya adalah membantu D memahami dan mengatasi perubahan perilaku, meningkatkan keterampilan sosial, dan melibatkan keluarga dalam proses pemulihan. -
Article No. 17113 | 11 May 2025
Klinis : Bapak H dan Ibu M mengalami perasaan kesepian (empty nest syndrome) setelah anak terakhir meninggalkan rumah. Aktivitas harian mereka menjadi monoton, dan komunikasi antar pasangan cenderung berkurang. Ibu M merasa kehilangan peran yang selama ini dijalankan, seperti merawat dan mengurus anak-anak, sementara Bapak H lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya. Kesehatan fisik dan psikologis kedua orang tua berpotensi menurun akibat kurangnya interaksi dan aktivitas sosial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman subjektif individu yang merasa terisolasi dari orang lain, keinginan, dan kebutuhan sosial.
Karakteristik Definisi: Mengeluh merasa kesepian, aktivitas harian yang monoton, komunikasi dengan pasangan berkurang, perasaan kehilangan peran, dan kurangnya interaksi serta aktivitas sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Isolasi Sosial Menurun
Indikator:
a. Mengekspresikan perasaan nyaman dalam interaksi sosial
b. Menunjukkan peningkatan frekuensi interaksi sosial
c. Melaporkan peningkatan kepuasan dengan hubungan sosial
d. Menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aktivitas sosial
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Dukungan Emosional
Tujuan: Membantu klien untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan koping.
Aktivitas:
a. Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan kesepian dan kehilangan
b. Memberikan empati dan validasi atas perasaan klien
c. Membantu klien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan emosional
d. Mendorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang bermakna dan menyenangkan
2. Peningkatan Komunikasi
Tujuan: Memfasilitasi komunikasi yang efektif antara klien dengan orang terdekat.
Aktivitas:
a. Mendorong klien untuk terlibat dalam diskusi terbuka dengan pasangan
b. Membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam komunikasi
c. Mengajarkan teknik-teknik komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan aktif dan komunikasi terbuka
d. Melibatkan pasangan atau anggota keluarga dalam sesi konseling untuk memperbaiki pola komunikasi
3. Pengaturan Lingkungan
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi dan partisipasi sosial klien.
Aktivitas:
a. Membantu klien untuk mengidentifikasi dan terlibat dalam aktivitas sosial yang sesuai dengan minat dan kemampuan
b. Mendorong klien untuk bergabung dengan kelompok atau organisasi sosial yang relevan
c. Memberikan informasi tentang sumber daya atau layanan komunitas yang dapat mendukung keterlibatan sosial klien
d. Membantu klien untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas sosial bersama pasangan atau keluarga
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Isolasi Sosial merupakan diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan. Keadaan di mana Bapak H dan Ibu M mengalami perasaan kesepian, aktivitas harian yang monoton, komunikasi yang berkurang, serta kurangnya interaksi dan aktivitas sosial menunjukkan adanya isolasi sosial yang dialami oleh pasangan tersebut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan Tingkat Isolasi Sosial Menurun pada Bapak H dan Ibu M. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini adalah klien dapat mengekspresikan perasaan nyaman dalam interaksi sosial, menunjukkan peningkatan frekuensi interaksi sosial, melaporkan peningkatan kepuasan dengan hubungan sosial, serta menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aktivitas sosial.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Dukungan Emosional
Intervensi ini bertujuan untuk membantu Bapak H dan Ibu M dalam mengekspresikan dan mengelola perasaan, serta meningkatkan harga diri dan kemampuan koping mereka. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan antara lain mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan kesepian dan kehilangan, memberikan empati dan validasi atas perasaan klien, membantu klien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan emosional, serta mendorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang bermakna dan menyenangkan.
2. Peningkatan Komunikasi
Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif antara Bapak H dan Ibu M. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan antara lain mendorong klien untuk terlibat dalam diskusi terbuka dengan pasangan, membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam komunikasi, serta mengajarkan teknik-teknik komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan aktif dan komunikasi terbuka.
3. Pengaturan Lingkungan
Intervensi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi dan partisipasi sosial Bapak H dan Ibu M. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan antara lain membantu klien untuk mengidentifikasi dan terlibat dalam aktivitas sosial yang sesuai dengan minat dan kemampuan, mendorong klien untuk bergabung dengan kelompok atau organisasi sosial yang relevan, memberikan informasi tentang sumber daya atau layanan komunitas yang dapat mendukung keterlibatan sosial klien, serta membantu klien untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas sosial bersama pasangan atau keluarga. -
Article No. 17114 | 11 May 2025
Klinis : Bapak H dan Ibu M mengalami perasaan kesepian (empty nest syndrome) setelah anak terakhir meninggalkan rumah. Aktivitas harian mereka menjadi monoton, dan komunikasi antar pasangan cenderung berkurang. Ibu M merasa kehilangan peran yang selama ini dijalankan, seperti merawat dan mengurus anak-anak, sementara Bapak H lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya. Kesehatan fisik dan psikologis kedua orang tua berpotensi menurun akibat kurangnya interaksi dan aktivitas sosial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kesepian (00053)
Definisi: Perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu karena adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dan hubungan sosial yang ada.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kemampuan Menjalin Hubungan Sosial (1503)
Tujuan: Klien dapat mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial yang memuaskan.
Kriteria Hasil:
- Klien terlibat dalam aktivitas sosial yang bermakna
- Klien memiliki setidaknya satu teman dekat
- Klien mampu mengungkapkan perasaan dan pendapat secara efektif
2. Harga Diri (1205)
Tujuan: Klien dapat mempertahankan persepsi positif terhadap diri sendiri.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri
- Klien menunjukkan kepercayaan diri dalam berinteraksi
- Klien mampu mengungkapkan perasaan secara tepat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Fasilitasi Interaksi Sosial (6200)
Tujuan: Memfasilitasi klien untuk terlibat dalam aktivitas sosial yang bermakna.
Aktivitas:
- Mendorong klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar
- Membantu klien mengidentifikasi minat dan hobi yang dapat dikembangkan
- Mengajak klien untuk menjalin hubungan dengan teman atau keluarga secara teratur
2. Peningkatan Harga Diri (5400)
Tujuan: Membantu klien untuk mempertahankan persepsi positif terhadap diri sendiri.
Aktivitas:
- Mendorong klien untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekuatan diri
- Memberikan umpan balik positif terhadap perilaku dan pencapaian klien
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat secara asertif
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, Bapak H dan Ibu M mengalami perasaan kesepian (empty nest syndrome) setelah anak terakhir meninggalkan rumah. Aktivitas harian mereka menjadi monoton, dan komunikasi antar pasangan cenderung berkurang. Ibu M merasa kehilangan peran yang selama ini dijalankan, sementara Bapak H lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya. Kondisi ini berpotensi menurunkan kesehatan fisik dan psikologis kedua orang tua.
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kesepian (00053)", yang didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu karena adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dan hubungan sosial yang ada. Luaran/output yang diharapkan adalah "Kemampuan Menjalin Hubungan Sosial (1503)" dan "Harga Diri (1205)". Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah "Fasilitasi Interaksi Sosial (6200)" dan "Peningkatan Harga Diri (5400)".
Penjelasan rinci untuk setiap intervensi:
1. Fasilitasi Interaksi Sosial (6200):
- Mendorong Bapak H dan Ibu M untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar, seperti komunitas lansia, klub hobi, atau kelompok keagamaan.
- Membantu mereka mengidentifikasi minat dan hobi yang dapat dikembangkan, seperti berkebun, memasak, atau berolahraga, sehingga dapat memicu interaksi sosial yang bermakna.
- Mengajak Bapak H dan Ibu M untuk menjalin hubungan dengan teman atau keluarga secara teratur, misalnya dengan mengatur pertemuan rutin atau melakukan aktivitas bersama.
2. Peningkatan Harga Diri (5400):
- Mendorong Bapak H dan Ibu M untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekuatan diri, serta membantu mereka memahami bahwa peran sebagai orang tua tidak menentukan harga diri mereka.
- Memberikan umpan balik positif terhadap perilaku dan pencapaian Bapak H dan Ibu M, untuk meningkatkan persepsi positif terhadap diri sendiri.
- Membantu Bapak H dan Ibu M untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat secara asertif, sehingga dapat mempertahankan integritas diri dan membangun hubungan yang sehat.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan Bapak H dan Ibu M dapat mengembangkan kemampuan menjalin hubungan sosial yang memuaskan dan mempertahankan harga diri yang positif, sehingga dapat mengatasi perasaan kesepian (empty nest syndrome) dan memelihara kesehatan fisik serta psikologis mereka. -
Article No. 17115 | 11 May 2025
Klinis : Bapak H dan Ibu M mengalami perasaan kesepian (empty nest syndrome) setelah anak terakhir meninggalkan rumah. Aktivitas harian mereka menjadi monoton, dan komunikasi antar pasangan cenderung berkurang. Ibu M merasa kehilangan peran yang selama ini dijalankan, seperti merawat dan mengurus anak-anak, sementara Bapak H lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-temannya. Kesehatan fisik dan psikologis kedua orang tua berpotensi menurun akibat kurangnya interaksi dan aktivitas sosial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman subyektif dan obyektif dari kesendirian atau terpisah dari orang lain, baik secara fisik maupun emosional.
Faktor yang Berhubungan: Perubahan peran, kehilangan, keterbatasan interaksi sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Isolasi Sosial Menurun
Indikator:
a. Pasien melaporkan peningkatan jumlah kontak sosial.
b. Pasien melaporkan perasaan terhubung secara emosional dengan orang lain.
c. Pasien terlibat dalam aktivitas rekreasi dan sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Fasilitasi Keterlibatan Sosial
a. Identifikasi sumber-sumber dukungan sosial yang tersedia bagi pasien.
b. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan rekreasi yang diminati.
c. Bantu pasien dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan keluarga dan teman-teman.
d. Berikan informasi tentang sumber daya komunitas yang dapat membantu mengurangi isolasi sosial.
2. Terapi Kelompok
a. Fasilitasi pembentukan kelompok dukungan untuk pasien yang mengalami empty nest syndrome.
b. Dorong pasien untuk berbagi pengalaman dan perasaan dengan anggota kelompok.
c. Bantu pasien dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi kesepian dan perasaan kehilangan.
3. Konseling Perkawinan
a. Bantu pasangan dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan mereka tentang perubahan dalam hubungan.
b. Dorong pasangan untuk meningkatkan komunikasi dan keterlibatan satu sama lain.
c. Bantu pasangan dalam mengembangkan strategi untuk mengisi waktu luang dan membangun kembali hubungan yang bermakna.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak H dan Ibu M adalah Isolasi Sosial. Mereka mengalami perasaan kesepian (empty nest syndrome) setelah anak terakhir meninggalkan rumah, dan aktivitas harian serta komunikasi antar pasangan cenderung berkurang. Hal ini mengarah pada potensi penurunan kesehatan fisik dan psikologis mereka akibat kurangnya interaksi dan aktivitas sosial.
Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Isolasi Sosial Menurun, yang ditandai dengan peningkatan jumlah kontak sosial, perasaan terhubung secara emosional dengan orang lain, serta keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan sosial.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Fasilitasi Keterlibatan Sosial, Terapi Kelompok, dan Konseling Perkawinan. Tujuannya adalah membantu Bapak H dan Ibu M dalam meningkatkan interaksi sosial, mengembangkan strategi untuk mengatasi kesepian dan perasaan kehilangan, serta memperkuat komunikasi dan hubungan dalam perkawinan mereka. -
Article No. 17116 | 11 May 2025
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya sesuai dengan kondisi sesak napas yang Anda sebutkan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan membersihkan saluran pernapasan untuk memfasilitasi pertukaran gas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan sistem standarisasi diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Kode SDKI terdiri dari 5 digit yang unik untuk setiap diagnosis keperawatan.
- Definisi diagnosis keperawatan dijelaskan secara rinci dan komprehensif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan sistem standarisasi luaran (outcome) keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Kode SLKI terdiri dari 5 digit yang unik untuk setiap luaran keperawatan.
- Definisi luaran keperawatan dijelaskan secara rinci dan komprehensif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan sistem standarisasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Kode SIKI terdiri dari 5 digit yang unik untuk setiap intervensi keperawatan.
- Definisi intervensi keperawatan dijelaskan secara rinci dan komprehensif.
Dengan menggunakan sistem SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 17117 | 11 May 2025
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi sesak napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak napas adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen" (SDKI, 2017). Kondisi ini ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama napas yang dapat mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnia, dan distres pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Pola Napas Efektif" (SLKI, 2019). Pola Napas Efektif didefinisikan sebagai "Kemampuan untuk melakukan ventilasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen" (SLKI, 2019). Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi luaran ini antara lain:
1. Frekuensi napas dalam batas normal
2. Kedalaman napas adekuat
3. Irama napas teratur
4. Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
5. Oksigenasi darah memadai
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Pola Napas Efektif", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Membersihkan jalan napas dari sekret atau benda asing
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
2. Manajemen Ventilasi
- Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan kedalaman napas
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif, seperti napas diafragma
- Memfasilitasi mobilisasi dada dan perut
3. Manajemen Kenyamanan
- Memberikan tindakan yang dapat mengurangi sesak napas, seperti relaksasi, terapi posisi, atau pemberian obat-obatan
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang dapat memperburuk sesak napas
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, manajemen, dan pencegahan sesak napas
- Mengajarkan teknik-teknik yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengelola gejala
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Pola Napas Efektif" sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi dan meningkatkan kualitas hidupnya.