Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17152 | 12 May 2025
Klinis : Ny. NKS, seorang perempuan berusia 31 tahun, bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Ia telah bekerja selama beberapa tahun dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Sabtu pukul 08.00–14.00. Dalam menjalankan pekerjaannya, Ny. NKS mengaku sering mengalami kelelahan fisik, terutama akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Ia juga melaporkan pernah mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, serta merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Selain itu, Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan. Ia memahami risiko bahan kimia dan menggunakan ventilasi yang cukup di ruang kerjanya, namun tetap mengalami paparan dalam beberapa kesempatan. Secara psikologis, Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Meski ia memiliki strategi untuk menjaga keseimbangan emosional, tuntutan pekerjaan yang tinggi tetap memengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa Ny. NKS mengalami beberapa masalah kesehatan terkait dengan pekerjaannya sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Nyeri punggung bagian bawah (low back pain)
- Kode: M25.51
- Deskripsi: Nyeri bahu
- Kode: Z56.6
- Deskripsi: Masalah dengan kondisi kerja
- Kode: F43.2
- Deskripsi: Gangguan penyesuaian, dengan campuran gangguan emosi dan perilaku
- Kode: T52.9
- Deskripsi: Keracunan bahan kimia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Fisioterapi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- M54.5 (Nyeri punggung bagian bawah): Ny. NKS melaporkan mengalami nyeri di bagian punggung, yang dapat disebabkan oleh aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama.
- M25.51 (Nyeri bahu): Ny. NKS juga melaporkan mengalami nyeri di bagian bahu, yang dapat terkait dengan aktivitas kerja yang membebani bagian tubuh tersebut.
- Z56.6 (Masalah dengan kondisi kerja): Ny. NKS mengalami kelelahan fisik dan stres akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi, serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja.
- F43.2 (Gangguan penyesuaian, dengan campuran gangguan emosi dan perilaku): Kondisi mental Ny. NKS terpengaruh oleh tekanan kerja yang tinggi, yang dapat memengaruhi kondisi emosional dan perilakunya.
- T52.9 (Keracunan bahan kimia, tidak diklasifikasikan di tempat lain): Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan paparan bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- 93.90 (Fisioterapi, tidak diklasifikasikan di tempat lain): Ny. NKS mungkin memerlukan intervensi fisioterapi untuk mengatasi nyeri punggung dan bahu yang dialaminya. -
Article No. 17153 | 12 May 2025
Klinis : Ny. NKS, seorang perempuan berusia 31 tahun, bekerja sebagai bidan di Puskesmas Kabanjahe. Ia telah bekerja selama beberapa tahun dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Sabtu pukul 08.00–14.00. Dalam menjalankan pekerjaannya, Ny. NKS mengaku sering mengalami kelelahan fisik, terutama akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Ia juga melaporkan pernah mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, serta merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Selain itu, Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan. Ia memahami risiko bahan kimia dan menggunakan ventilasi yang cukup di ruang kerjanya, namun tetap mengalami paparan dalam beberapa kesempatan. Secara psikologis, Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Meski ia memiliki strategi untuk menjaga keseimbangan emosional, tuntutan pekerjaan yang tinggi tetap memengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kelelahan fisik (Fatigue)
Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan struktural atau fungsional pada bagian punggung.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
Definisi: Penurunan kemampuan berpikir, belajar, dan/atau memecahkan masalah.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
Definisi: Berisiko terkena bahaya dari bahan kimia berbahaya.
5. Stres (Stress)
Definisi: Pengalaman subyektif dan objektif tentang ketegangan, tekanan, atau kesulitan yang melebihi kemampuan koping individu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue)
- Peningkatan Energi
- Pemulihan Energi
- Toleransi Aktivitas
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
- Manajemen Nyeri Punggung
- Peningkatan Mobilitas Punggung
- Pengendalian Faktor Risiko
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
- Peningkatan Fungsi Kognitif
- Peningkatan Konsentrasi
- Pemulihan Kognitif
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
- Pencegahan Paparan Bahan Kimia
- Pengendalian Faktor Risiko
- Peningkatan Penggunaan APD
5. Stres (Stress)
- Penurunan Tingkat Stres
- Peningkatan Koping
- Peningkatan Stabilitas Emosi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue)
- Manajemen Energi
- Aktivitas Terapi
- Dukungan Spiritual
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury)
- Manajemen Nyeri
- Latihan Fisik
- Ergonomi Kerja
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition)
- Stimulasi Kognitif
- Manajemen Lingkungan
- Edukasi
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure)
- Manajemen Lingkungan Kerja
- Penggunaan APD
- Edukasi Keselamatan Kerja
5. Stres (Stress)
- Manajemen Stres
- Terapi Relaksasi
- Konseling
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik (Fatigue): Ny. NKS mengalami kelelahan fisik akibat aktivitas kerja yang membutuhkan tenaga ekstra, seperti mengangkat pasien dan bekerja dalam posisi berdiri atau membungkuk dalam waktu lama. Kelelahan ini dapat berdampak pada kemampuan fisik dan mental Ny. NKS.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury): Ny. NKS sering mengalami nyeri di bagian punggung dan bahu, yang dapat disebabkan oleh aktivitas kerja yang melelahkan dan tidak ergonomis. Risiko cedera punggung perlu diantisipasi untuk mencegah dampak yang lebih serius.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition): Ny. NKS merasa sulit berkonsentrasi saat kelelahan setelah shift panjang. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, belajar, dan pemecahan masalah dalam pekerjaannya.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure): Ny. NKS pernah mengalami iritasi mata dan menghirup bahan kimia saat menggunakan desinfektan di tempat kerja, meskipun ia menggunakan APD. Risiko paparan bahan kimia perlu diatasi untuk mencegah dampak kesehatan yang lebih buruk.
5. Stres (Stress): Ny. NKS merasa pekerjaannya kadang menimbulkan stres akibat tekanan kerja serta kurangnya dukungan dari lingkungan kerja. Stres dapat memengaruhi kondisi mental dan fisik Ny. NKS.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue): Diharapkan terjadi peningkatan energi, pemulihan energi, dan toleransi aktivitas Ny. NKS setelah mendapatkan asuhan keperawatan.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury): Diharapkan terjadi manajemen nyeri punggung, peningkatan mobilitas punggung, dan pengendalian faktor risiko untuk mencegah cedera punggung pada Ny. NKS.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition): Diharapkan terjadi peningkatan fungsi kognitif, peningkatan konsentrasi, dan pemulihan kognitif Ny. NKS setelah intervensi keperawatan.
4. Risiko Paparan Bahan Kimia (Risk for Chemical Exposure): Diharapkan terjadi pencegahan paparan bahan kimia, pengendalian faktor risiko, dan peningkatan penggunaan APD oleh Ny. NKS.
5. Stres (Stress): Diharapkan terjadi penurunan tingkat stres, peningkatan koping, dan peningkatan stabilitas emosi Ny. NKS setelah mendapatkan intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Kelelahan Fisik (Fatigue):
- Manajemen Energi: Mengidentifikasi dan mengelola faktor yang memengaruhi energi Ny. NKS.
- Aktivitas Terapi: Memberikan aktivitas yang dapat memulihkan energi Ny. NKS.
- Dukungan Spiritual: Memberikan dukungan spiritual untuk meningkatkan kesejahteraan Ny. NKS.
2. Risiko Cedera Punggung (Risk for Back Injury):
- Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri punggung dan bahu yang dialami Ny. NKS.
- Latihan Fisik: Memberikan latihan fisik yang dapat meningkatkan mobilitas dan kekuatan punggung Ny. NKS.
- Ergonomi Kerja: Mengoptimalkan posisi dan peralatan kerja Ny. NKS agar lebih ergonomis.
3. Gangguan Kognitif (Impaired Cognition):
- Stimulasi Kognitif: Memberikan aktivitas yang dapat meningkatkan fungsi kognitif Ny. NKS.
- Manajemen Lingkungan: Mengoptimalkan lingkungan kerja Ny. NKS agar mendukung konsentrasi.
- Edukasi: Memberikan edukasi tentang strategi untuk meningkatkan fung -
Article No. 17154 | 12 May 2025
Klinis : Ny. SP, seorang perempuan berusia 56 tahun, bekerja sebagai pemilik usaha katering rumahan (RM. Purnama) yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur. Ia bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari Senin sampai Jumat. Dalam pekerjaannya, Ny. SP sering mengalami kelelahan fisik, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Ia juga pernah mengalami nyeri punggung karena berdiri lama, serta pegal-pegal akibat mengangkat beban berat lebih dari 10 kg. Selain itu, ia melaporkan pernah terkena percikan minyak dan cedera ringan karena peralatan tajam di dapur. Ventilasi yang kurang maksimal dan paparan asap atau uap juga pernah menyebabkan gangguan pernapasan ringan. Ny. SP juga mengeluhkan stres akibat tenggat waktu yang ketat serta kecemasan terhadap risiko kecelakaan kerja di dapur.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Ny. SP yang diuraikan, berikut adalah diagnostik keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik
- Definisi: Ketidakmampuan berkelanjutan untuk mempertahankan kinerja fisik yang diinginkan akibat dari ketidakseimbangan antara energi yang dikeluarkan dan energi yang didapatkan.
- Faktor Terkait: Aktivitas fisik yang berlebihan, durasi tidur yang tidak adekuat.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan cara yang memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Faktor Terkait: Paparan asap atau uap.
3. Risiko Cedera
- Definisi: Berisiko mengalami kerusakan fisik akibat interaksi antara individu dengan lingkungan.
- Faktor Terkait: Paparan terhadap peralatan tajam, paparan terhadap percikan minyak panas.
4. Stres Akibat Peran
- Definisi: Perasaan tertekan yang berkelanjutan akibat tuntutan peran.
- Faktor Terkait: Tenggat waktu yang ketat, risiko kecelakaan kerja di dapur.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
1. Pemulihan Kelelahan Fisik
- Kriteria: Klien mampu mempertahankan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Indikator: Tingkat energi meningkat, kemampuan beraktivitas meningkat.
2. Pola Napas Efektif
- Kriteria: Klien dapat bernapas dengan cara yang memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Pencegahan Cedera
- Kriteria: Klien mampu mengenali dan mencegah risiko cedera di lingkungan kerja.
- Indikator: Tidak terjadi cedera, klien menggunakan alat pelindung diri dengan benar.
4. Kontrol Stres
- Kriteria: Klien mampu mengelola stres akibat tuntutan peran.
- Indikator: Tingkat kecemasan menurun, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap tuntutan peran.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Kelelahan
- Identifikasi penyebab kelelahan
- Atur jadwal istirahat dan tidur yang adekuat
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Berikan edukasi tentang nutrisi yang dapat meningkatkan energi
2. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi pola napas
- Berikan edukasi tentang teknik bernapas yang efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan ventilasi
3. Pencegahan Cedera
- Identifikasi potensi risiko cedera di lingkungan kerja
- Edukasi tentang penggunaan alat pelindung diri yang benar
- Kolaborasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan lingkungan kerja
4. Manajemen Stres
- Identifikasi sumber stres dan dampaknya pada klien
- Ajarkan teknik manajemen stres (relaksasi, time management, dll.)
- Berikan dukungan emosional dan kolaborasi dengan konselor jika diperlukan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh Ny. SP. Sebagai perawat, saya akan berupaya untuk mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan ini secara sistematis dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien. -
Article No. 17155 | 12 May 2025
Klinis : Ny. SP, seorang perempuan berusia 56 tahun, bekerja sebagai pemilik usaha katering rumahan (RM. Purnama) yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur. Ia bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00 setiap hari Senin sampai Jumat. Dalam pekerjaannya, Ny. SP sering mengalami kelelahan fisik, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Ia juga pernah mengalami nyeri punggung karena berdiri lama, serta pegal-pegal akibat mengangkat beban berat lebih dari 10 kg. Selain itu, ia melaporkan pernah terkena percikan minyak dan cedera ringan karena peralatan tajam di dapur. Ventilasi yang kurang maksimal dan paparan asap atau uap juga pernah menyebabkan gangguan pernapasan ringan. Ny. SP juga mengeluhkan stres akibat tenggat waktu yang ketat serta kecemasan terhadap risiko kecelakaan kerja di dapur. bikin 3 diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan Fisik
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pemulihan Energi: Klien mampu mempertahankan pola istirahat yang adekuat dan menunjukkan peningkatan kemampuan fisik serta upaya pemenuhan aktivitas sehari-hari.
2. Vitalitas: Klien mampu menunjukkan peningkatan energi dan kebugaran untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Energi: Membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dapat menyebabkan kelelahan dan mengatur ulang pola aktivitas serta istirahat.
2. Terapi Relaksasi: Memfasilitasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan, untuk memulihkan energi.
3. Edukasi Gaya Hidup Sehat: Memberikan edukasi kepada klien tentang pola makan, hidrasi, dan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan energi.
2. Nyeri Muskuloskeletal
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri: Klien mampu mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, menerapkan strategi penanganan nyeri, dan menunjukkan penurunan intensitas nyeri.
2. Mobilitas Fisik: Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik yang terbatas akibat nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memantau tanda-tanda vital, dan memfasilitasi penanganan nyeri yang sesuai, seperti pemberian analgesik atau kompres panas/dingin.
2. Terapi Modalitas: Memfasilitasi klien untuk melakukan terapi modalitas, seperti pijat atau terapi latihan, untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada klien tentang penyebab nyeri, strategi penanganan nyeri, dan peran klien dalam manajemen nyeri.
3. Risiko Cedera
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Keamanan Lingkungan: Klien dan lingkungan kerja menunjukkan upaya untuk meminimalkan risiko cedera.
2. Perilaku Keselamatan: Klien menunjukkan perilaku yang aman dalam melakukan aktivitas kerja dan menggunakan alat pelindung diri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja dan memfasilitasi perbaikan atau modifikasi lingkungan kerja untuk meminimalkan risiko cedera.
2. Edukasi Keselamatan Kerja: Memberikan edukasi kepada klien tentang risiko cedera, penggunaan alat pelindung diri, dan prosedur keselamatan kerja yang harus dipatuhi.
3. Manajemen Stres: Membantu klien mengidentifikasi sumber stres dan menerapkan strategi manajemen stres, seperti komunikasi efektif, problem-solving, dan relaksasi, untuk meminimalkan risiko cedera akibat kecerobohan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. SP adalah kelelahan fisik, nyeri muskuloskeletal, dan risiko cedera. Kelelahan fisik disebabkan oleh tuntutan kerja yang tinggi, terutama saat memasak dalam porsi besar tanpa cukup waktu istirahat. Nyeri muskuloskeletal disebabkan oleh berdiri lama dan mengangkat beban berat. Risiko cedera disebabkan oleh paparan bahaya di lingkungan kerja, seperti percikan minyak, peralatan tajam, dan paparan asap atau uap.
Luaran yang diharapkan untuk kelelahan fisik adalah pemulihan energi dan peningkatan vitalitas, sehingga klien dapat mempertahankan pola istirahat yang adekuat dan menunjukkan peningkatan kemampuan fisik serta upaya pemenuhan aktivitas sehari-hari. Untuk nyeri muskuloskeletal, luaran yang diharapkan adalah kontrol nyeri dan peningkatan mobilitas fisik, sehingga klien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, menerapkan strategi penanganan nyeri, dan mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas fisik. Untuk risiko cedera, luaran yang diharapkan adalah keamanan lingkungan dan perilaku keselamatan, sehingga klien dan lingkungan kerja menunjukkan upaya untuk meminimalkan risiko cedera, dan klien menunjukkan perilaku yang aman dalam melakukan aktivitas kerja dan menggunakan alat pelindung diri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen energi, terapi relaksasi, edukasi gaya hidup sehat, manajemen nyeri, terapi modalitas, edukasi manajemen nyeri, manajemen lingkungan, edukasi keselamatan kerja, dan manajemen stres. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu klien mengatasi kelelahan fisik, nyeri muskuloskeletal, dan meminimalkan risiko cedera di lingkungan kerja. -
Article No. 17156 | 12 May 2025
Klinis : afek klien tampak labil, klien menunjukkan ekspreksi wajah yang berubah-ubah terggantung topik pembicaraan. tampak datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari namun, menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya terkait gampang emosi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu afek klien yang tampak labil, ekspresi wajah yang berubah-ubah tergantung topik pembicaraan, serta reaksi emosional yang cenderung ekstrem (datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari, namun marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya), maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Respon Emosi Tidak Efektif" (SDKI, 2017).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat menunjukkan:
1. Stabilitas Emosi: Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah dan afek yang stabil, tidak labil, dan sesuai dengan situasi/topik pembicaraan.
2. Kontrol Emosi: Klien dapat mengendalikan reaksi emosional yang berlebihan, seperti tidak lagi menunjukkan ekspresi marah atau pandangan tajam ketika membahas kondisinya.
3. Koping Efektif: Klien dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengelola emosi, sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Terapi Modalitas: Berikan terapi modalitas seperti terapi kelompok, terapi keluarga, atau terapi individual untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara tepat.
2. Manajemen Emosi: Ajarkan klien teknik-teknik manajemen emosi, seperti relaksasi, kontrol napas, dan visualisasi positif, untuk memfasilitasi stabilitas emosi.
3. Konseling: Lakukan konseling untuk membantu klien meningkatkan kesadaran diri, mengidentifikasi pemicu emosi, dan mengembangkan strategi koping yang adaptif.
4. Psikoedukasi: Berikan psikoedukasi kepada klien dan keluarga tentang respon emosi tidak efektif, dampaknya, serta pentingnya manajemen emosi yang tepat.
5. Monitoring dan Evaluasi: Pantau secara berkala perkembangan klien, evaluasi efektivitas intervensi, dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan yang rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat bagi klien dengan respon emosi tidak efektif. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 17157 | 12 May 2025
Klinis : afek klien tampak labil, klien menunjukkan ekspreksi wajah yang berubah-ubah terggantung topik pembicaraan. tampak datar saat membicarakan kehidupan sehari-hari namun, menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya terkait gampang emosi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera.
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu afek klien yang tampak labil dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah tergantung topik pembicaraan, serta menunjukkan afek marah dan pandangan tajam ketika membahas kondisinya yang terkait dengan gampang emosi, maka Diagnosa Keperawatan yang tepat adalah:
1. Gangguan Proses Pikir (NANDA-I code: 00130)
Definisi: Pola gangguan dalam proses informasi, termasuk persepsi, pemikiran, ingatan, atau penalaran.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Gangguan Proses Pikir
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Ketenangan Pikir, Kemampuan Berpikir Jernih
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Gangguan Proses Pikir
2. Risiko Perilaku Kekerasan (NANDA-I code: 00138)
Definisi: Kemungkinan bertindak atau berperilaku dengan cara yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pengendalian Diri, Keamanan Lingkungan
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Perilaku Kekerasan
Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 17158 | 12 May 2025
Klinis : selama wawancara, klien tidak mau melakukan konteks mata ketika ditanya kehidupan sehari-hari. klien cenderung menghindar dan terlihat pasif. namun, ketika pembicaraan beralih topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00051
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L13008
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I13008
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi pertukaran informasi secara lisan antara individu, keluarga, dan/atau komunitas.
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan gangguan dalam komunikasi verbal, ditandai dengan tidak mau melakukan kontak mata dan cenderung menghindar saat ditanya tentang kehidupan sehari-hari. Namun, ketika pembicaraan beralih ke topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan dalam menyampaikan dan menerima pesan secara lisan dengan cara yang dapat dipahami. -
Article No. 17159 | 12 May 2025
Klinis : selama wawancara, klien tidak mau melakukan konteks mata ketika ditanya kehidupan sehari-hari. klien cenderung menghindar dan terlihat pasif. namun, ketika pembicaraan beralih topik emosi atas kemarahannya, klien menatap tajam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Isolasi Sosial
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi akan ketidakmampuan untuk berhubungan secara dekat atau bermakna dengan orang lain.
Karakteristik Definisi:
- Enggan melakukan kontak mata
- Cenderung menghindar
- Terlihat pasif
- Menatap tajam saat membicarakan emosi kemarahan
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Interaksi Sosial: Kemampuan individu untuk terlibat dalam hubungan yang bermakna dengan orang lain.
- Indikator:
1) Melakukan kontak mata yang sesuai
2) Berpartisipasi dalam percakapan
3) Mengungkapkan perasaan secara terbuka
4) Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
b. Manajemen Diri: Kemampuan individu untuk mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri.
- Indikator:
1) Mengenali dan mengungkapkan emosi secara tepat
2) Mengendalikan impuls dan perilaku maladaptif
3) Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Terapi Kelompok
- Tujuan: Memfasilitasi interaksi sosial dan pengembangan keterampilan komunikasi.
- Aktivitas: Diskusi kelompok, bermain peran, berbagi pengalaman.
b. Terapi Keluarga
- Tujuan: Melibatkan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan.
- Aktivitas: Edukasi kepada keluarga, konseling, pengembangan strategi dukungan.
c. Terapi Kognitif-Perilaku
- Tujuan: Membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku maladaptif.
- Aktivitas: Identifikasi distorsi kognitif, restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi.
d. Manajemen Emosi
- Tujuan: Membantu klien mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara tepat.
- Aktivitas: Latihan pengendalian emosi, teknik manajemen kemarahan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Isolasi Sosial" sesuai dengan kondisi klien yang tidak mau melakukan kontak mata, cenderung menghindar, dan terlihat pasif. Namun, ketika pembicaraan beralih ke emosi kemarahannya, klien menatap tajam, menunjukkan adanya kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Interaksi Sosial dan Manajemen Diri. Interaksi Sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam terlibat dalam hubungan yang bermakna dengan orang lain, seperti melakukan kontak mata, berpartisipasi dalam percakapan, dan mengungkapkan perasaan secara terbuka. Manajemen Diri bertujuan untuk membantu klien mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri, seperti mengenali dan mengungkapkan emosi secara tepat, serta mengendalikan impuls dan perilaku maladaptif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup Terapi Kelompok, Terapi Keluarga, Terapi Kognitif-Perilaku, dan Manajemen Emosi. Terapi Kelompok dan Terapi Keluarga bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan dukungan sosial. Terapi Kognitif-Perilaku bertujuan untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku maladaptif. Manajemen Emosi bertujuan untuk membantu klien mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara tepat, khususnya dalam menangani emosi kemarahan.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial, mengelola emosinya dengan lebih baik, dan mencapai kemandirian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. -
Article No. 17160 | 12 May 2025
Klinis : Penduduk di Desa Maju, dengan jumlah populasi 5500, dengan prosentase penduduk produktif 55%, lansia 15%, anak balita 30%. Menurut data puskesmas, Desa Maju mempunyai prosentase PTM lebih dari 60% untuk penyakit seperti Hipertensi, DM, Kanker, Jantung, dan PPOK. Polulasi desa ini mayoritas bekerja di ladang perkebunan dataran rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080)
Definisi: Tindakan yang tidak efektif untuk mengidentifikasi, mengendalikan, atau mengurangi ancaman terhadap kesehatan oleh individu, keluarga, atau masyarakat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Kode: NUT-01
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094)
Kode: AKT-01
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080)
Kode: MRT-01
Definisi: Tindakan yang tidak efektif untuk mengidentifikasi, mengendalikan, atau mengurangi ancaman terhadap kesehatan oleh individu, keluarga, atau masyarakat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Nutrisi: Adekuat (1004)
2. Toleransi Aktivitas (0005)
3. Manajemen Regimen Terapeutik (1622)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi (1100)
2. Manajemen Aktivitas (0200)
3. Edukasi Kesehatan (5510)
Penjelasan singkat:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Populasi desa dengan mayoritas bekerja di ladang perkebunan dataran rendah memiliki risiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Diperlukan intervensi manajemen nutrisi untuk memastikan pemenuhan nutrisi yang seimbang.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas (00094): Dengan prevalensi PTM yang tinggi di desa, terdapat risiko intoleransi aktivitas yang perlu dikelola dengan baik. Intervensi manajemen aktivitas diperlukan untuk meningkatkan toleransi dan kemampuan beraktivitas.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080): Tingginya prevalensi PTM di desa menunjukkan perlunya edukasi kesehatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola regimen terapeutik penyakit kronis mereka. -
Article No. 17161 | 12 May 2025
Klinis : Seorang pasien pria berusia 45 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri punggung bawah yang parah yang dimulai tiga hari yang lalu setelah mengangkat benda berat di tempat kerja. Dia menggambarkan rasa sakitnya sebagai rasa sakit yang konstan dan tajam yang menjalar ke kaki kanannya, dengan nilai 8 dari 10 pada skala nyeri. Dia menyatakan bahwa rasa sakitnya memburuk saat bergerak dan berdiri tetapi sedikit membaik saat berbaring. Pada saat pengkajian, perawat mengamati bahwa pasien meringis, memiliki postur tubuh yang kaku, dan bergerak dengan hati-hati sambil memegangi punggung bawahnya. Tanda-tanda vitalnya menunjukkan tekanan darah yang sedikit meningkat yaitu 140/88 mmHg dan denyut jantung 98 bpm. Palpasi pada punggung bawah menunjukkan adanya nyeri tekan, dan pasien memiliki rentang gerak yang terbatas. Perawat juga mencatat adanya kejang otot di daerah lumbal dan tes angkat kaki lurus yang positif, yang mengindikasikan kemungkinan keterlibatan saraf skiatik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut (NANDA-I: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
2. Gangguan mobilitas fisik (NANDA-I: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan bebas (independen) pada tubuh atau salah satu atau lebih ekstremitas.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis Keperawatan:
- Nyeri akut: 00132
- Gangguan mobilitas fisik: 00085
- Definisi sesuai dengan NANDA-I.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran Keperawatan:
- Nyeri akut: 1410 - Kontrol Nyeri
- Gangguan mobilitas fisik: 0208 - Mobilitas
- Definisi luaran sesuai dengan pengukuran hasil keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi Keperawatan:
- Nyeri akut: 3400 - Manajemen Nyeri
- Gangguan mobilitas fisik: 0200 - Peningkatan Mobilitas
- Definisi intervensi sesuai dengan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang ditetapkan berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan standar dalam praktik keperawatan di Indonesia.