Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17214 | 13 May 2025
Klinis : diagnosa sehat jiwa remaja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, atas kondisi diagnosa sehat jiwa remaja, saya akan berikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Identitas Diri (00225)
Definisi:
Risiko mengalami perubahan dalam persepsi atau pengalaman diri yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Gangguan Identitas Diri (00225)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Identitas Diri (1501)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pengembangan Identitas Diri (6340)
Pada remaja, periode transisi dari anak-anak ke dewasa, mereka dapat mengalami risiko gangguan identitas diri akibat perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi. Perawat berperan dalam membantu remaja mengembangkan identitas diri yang positif melalui intervensi yang sesuai. -
Article No. 17215 | 13 May 2025
Klinis : batuk di sertai radang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi batuk disertai radang, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J20.9
- Deskripsi: Bronkitis akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.54
- Deskripsi: Pemberian penyembuh atau mukolitik, dengan injeksi atau infus
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J20.9 (Bronkitis akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mengkodekan kondisi batuk disertai radang yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau iritasi pada saluran pernapasan. Kode ini mencakup bronkitis akut, bronkitis purulent akut, dan bronkitis simplex akut.
2. Kode ICD-9-CM 96.54 (Pemberian penyembuh atau mukolitik, dengan injeksi atau infus) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang diberikan dalam penanganan kondisi batuk disertai radang. Tindakan ini dapat berupa pemberian obat-obatan seperti bronkodilator, mukolitik, atau antibiotik melalui injeksi atau infus untuk membantu mengurangi gejala dan mempercepat penyembuhan.
Catatan: Pengkodean diagnosis dan tindakan medis harus dilakukan oleh profesional kesehatan yang kompeten, seperti dokter atau perekam medis, dengan mempertimbangkan seluruh informasi klinis pasien dan standar pengkodean yang berlaku. -
Article No. 17216 | 13 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI 00032)
Definisi: Perubahan dalam kedalaman atau frekuensi pernapasan yang mengganggu ventilasi efektif.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI 00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan respons individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan. Kode 00031, 00032, dan 00002 merupakan kode diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Setiap diagnosis keperawatan memiliki luaran yang terkait.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Setiap diagnosis keperawatan memiliki intervensi yang terkait.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penetapan SDKI, SLKI, dan SIKI di Indonesia. -
Article No. 17217 | 13 May 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan sesak napas yang semakin berat sejak dua jam terakhir. Mengeluhkan batuk berdahak, namun sulit untuk mengeluarkan dahak. Merasakan demam tinggi (tercatat 38,5°C) dan tubuh terasa lemas. Pasien mengeluh nyeri dada ringan saat batuk atau menarik napas dalam. Pasien merasa gelisah dan kesulitan tidur karena sesak napas. Tidak ada keluhan nyeri perut atau mual yang berarti. Suhu: 38,5°C Tekanan darah: 121/80 mmHg Denyut nadi: 88 kali/menit Saturasi Oksigen (SpO?): 88% dengan nasal kanul 3 L/menit Respiratory rate (RR): 28x/menit Pemeriksaan Fisik: Auskultasi paru: Terdengar ronki kasar di lapangan paru kanan bawah. Pemeriksaan fisik lainnya: Tidak ditemukan edema ekstremitas atau pembesaran kelenjar getah bening.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan sekresi jalan napas yang berlebihan dan sulit dikeluarkan, ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak napas yang semakin berat, batuk berdahak namun sulit mengeluarkan dahak, serta adanya ronki kasar pada auskultasi paru.
2. Hipertermia
- Berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan pasien mengalami demam tinggi (38,5°C).
3. Nyeri Dada
- Berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada ringan saat batuk atau menarik napas dalam.
4. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan sesak napas dan kelemahan fisik, ditandai dengan pasien merasa gelisah dan kesulitan tidur karena sesak napas, serta tubuh terasa lemas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien akan menunjukkan jalan napas yang bersih, dengan frekuensi pernapasan normal, suara napas normal, dan tidak ada produksi sekret yang berlebihan.
2. Suhu Tubuh
- Pasien akan menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
3. Kontrol Nyeri
- Pasien akan melaporkan nyeri dada yang berkurang atau hilang.
4. Toleransi Aktivitas
- Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau sesak napas yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan
- Auskultasi suara napas
- Berikan posisi semi-fowler
- Ajari teknik batuk efektif
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Berikan nebulizer atau suction jika perlu
2. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh
- Berikan kompres hangat/dingin
- Anjurkan intake cairan yang cukup
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
3. Nyeri Dada:
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Anjurkan posisi tubuh yang nyaman
4. Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital saat aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Berikan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif, memantau perkembangan, dan melakukan penyesuaian intervensi yang diperlukan untuk mencapai hasil asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 17218 | 13 May 2025
Klinis : Kasus Pemicu: Dari laporan hasil survey yang dilakukan Petugas Kesehatan Puskesmas Tikala Baru dari penanggung jawab UKS di SD GMIM Bukit Moria Tikala Baru, di dapatkan total siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 110 siswa. Siswa-siswi yang ada di SD GMIM Bukit Moria Tikala Baru tersebut telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 primer (tahap I dan II). Pada waktu istirahat didapatkan para siswa mulai bermain bersama dan Sebagian siswa tidak menggunakan masker lagi, tidak menjaga jarak lagi terjadi kontak fisik satu dengan yang lain. Berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah mulai dari menyiapkan fasilitas tempat mencuci tangan walaupun masih standar, terus mengingatkan para siswa namun kekurangan sumberdaya mengakibatkan pengawasan guru terhadap aktivitas siswa-siswi disekolah menjadi terbatas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Kasus:**
Berdasarkan laporan survei Puskesmas Tikala Baru di SD GMIM Bukit Moria, ditemukan bahwa sebagian siswa tidak mematuhi protokol kesehatan (tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan terjadi kontak fisik) meskipun telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 primer. Fasilitas cuci tangan tersedia namun terbatas, dan pengawasan guru kurang optimal karena keterbatasan sumber daya.
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode: 00031 – Risiko Infeksi**
**Definisi:**
Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan (tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, kontak fisik).
- Fasilitas cuci tangan yang masih standar.
- Pengawasan terbatas dari guru.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: 1902 – Perilaku Pencegahan Infeksi**
**Indikator:**
1. **1902.1** – Mencuci tangan dengan benar.
2. **1902.2** – Menggunakan alat pelindung diri (masker) dengan tepat.
3. **1902.3** – Menjaga jarak fisik.
4. **1902.4** – Menghindari kontak fisik yang tidak perlu.
**Tujuan:**
Siswa mampu menerapkan perilaku pencegahan infeksi secara konsisten untuk mengurangi risiko penularan COVID-19.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: 6530 – Pendidikan Kesehatan**
**Aktivitas:**
1. **6530.1** – Memberikan edukasi tentang pentingnya protokol kesehatan (penggunaan masker, cuci tangan, dan physical distancing).
2. **6530.2** – Melakukan demonstrasi cara mencuci tangan yang benar.
3. **6530.4** – Memantau kepatuhan siswa terhadap protokol kesehatan.
**Kode: 6550 – Manajemen Lingkungan**
**Aktivitas:**
1. **6550.1** – Memastikan ketersediaan fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. **6550.2** – Menyediakan poster edukasi tentang pencegahan COVID-19 di area sekolah.
3. **6550.3** – Berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan selama jam istirahat.
---
**Kesimpulan:**
Perlu intervensi keperawatan berupa edukasi kesehatan dan penguatan lingkungan untuk meningkatkan kepatuhan siswa terhadap protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19.
*(Referensi: Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI, Edisi Terkini)* -
Article No. 17219 | 13 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan mimisan berulang, mudah memar, dan nyeri pada sendi lutut kiri sejak dua hari terakhir. Orang tua pasien menyampaikan bahwa anak telah didiagnosis Hemofilia A sejak usia 3 tahun dan saat ini sedang menjalani kemoterapi siklus kedua karena Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang terdiagnosis tiga bulan yang lalu. Riwayat keluarga menunjukkan adanya anggota keluarga dari pihak ibu (paman) yang juga menderita hemofilia. Saat dilakukan pengkajian, anak tampak lemas, nafsu makan menurun, dan mengeluh nyeri saat lutut digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 118 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, dan suhu tubuh 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, memar pada lengan kanan dan kaki kiri, serta pembengkakan sendi (hemartrosis) pada lutut kiri. Tidak ditemukan pembesaran hati atau limpa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 7,5 g/dL, trombosit 38.000/mm³, leukosit 2.300/mm³, kadar faktor VIII <1%, serta waktu perdarahan dan pembekuan memanjang. Anak dirawat dengan terapi transfusi faktor VIII, kemoterapi sesuai protokol ALL fase induksi, analgesik untuk nyeri sendi, dan pemberian antibiotik profilaksis. Diagnosa medis yang ditegakkan adalah Hemofilia A berat dan Leukemia Limfoblastik Akut, serta pasien sedang menjalani kemoterapi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Risiko Perdarahan (00206)
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang berlebihan dari sistem vaskuler.
b. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan.
c. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
2. Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI):
a. Manajemen Risiko Perdarahan (IC-RP-01)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan risiko perdarahan.
b. Manajemen Nyeri (IC-NY-01)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri yang dialami pasien.
c. Manajemen Intoleransi Aktivitas (IC-IA-01)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik pasien.
3. Luaran Keperawatan (SIKI):
a. Kontrol Perdarahan (LO-RP-01)
Definisi: Kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan.
b. Kontrol Nyeri (LO-NY-01)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
c. Toleransi Aktivitas (LO-IA-01)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
Kode dan definisi di atas merupakan standar diagnosa, intervensi, dan luaran keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi pasien anak laki-laki 8 tahun dengan Hemofilia A berat dan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang sedang menjalani kemoterapi. -
Article No. 17220 | 13 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan mimisan berulang, mudah memar, dan nyeri pada sendi lutut kiri sejak dua hari terakhir. Orang tua pasien menyampaikan bahwa anak telah didiagnosis Hemofilia A sejak usia 3 tahun dan saat ini sedang menjalani kemoterapi siklus kedua karena Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang terdiagnosis tiga bulan yang lalu. Riwayat keluarga menunjukkan adanya anggota keluarga dari pihak ibu (paman) yang juga menderita hemofilia. Saat dilakukan pengkajian, anak tampak lemas, nafsu makan menurun, dan mengeluh nyeri saat lutut digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 118 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, dan suhu tubuh 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, memar pada lengan kanan dan kaki kiri, serta pembengkakan sendi (hemartrosis) pada lutut kiri. Tidak ditemukan pembesaran hati atau limpa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 7,5 g/dL, trombosit 38.000/mm³, leukosit 2.300/mm³, kadar faktor VIII <1%, serta waktu perdarahan dan pembekuan memanjang. Anak dirawat dengan terapi transfusi faktor VIII, kemoterapi sesuai protokol ALL fase induksi, analgesik untuk nyeri sendi, dan pemberian antibiotik profilaksis. Diagnosa medis yang ditegakkan adalah Hemofilia A berat dan Leukemia Limfoblastik Akut, serta pasien sedang menjalani kemoterapi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan fungsi faktor pembekuan darah (faktor VIII) dan trombositopenia.
2. Nyeri akut berhubungan dengan hemartrosis (pembengkakan sendi) pada lutut kiri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia akibat kemoterapi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum akibat anemia dan leukopenia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko perdarahan terkendali
- Tidak terjadi perdarahan spontan atau perdarahan yang dipicu oleh cedera
- Tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan aktif
- Kadar faktor pembekuan darah (faktor VIII) dan jumlah trombosit dalam batas normal
2. Nyeri terkontrol
- Intensitas nyeri dalam batas yang dapat ditoleransi pasien
- Ekspresi wajah menunjukkan kenyamanan
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman
3. Status nutrisi membaik
- Berat badan mempertahankan atau meningkat sesuai usia
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Nafsu makan kembali normal
4. Toleransi aktivitas meningkat
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi seperti kelelahan, sesak napas, atau perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk mengatasi risiko perdarahan:
- Pantau tanda-tanda perdarahan secara ketat (mimisan, memar, perdarahan saat perawatan)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi faktor VIII sesuai indikasi
- Lakukan tindakan pencegahan cedera dan perdarahan (misal: penggunaan alat pelindung diri, modifikasi lingkungan)
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda perdarahan dan bagaimana melakukan tindakan pertolongan pertama
2. Untuk mengatasi nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, dll.)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
- Terapkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis (kompres hangat, distraksi, dll.)
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri yang dapat dilakukan mandiri
3. Untuk meningkatkan status nutrisi:
- Kaji status nutrisi pasien secara berkala (berat badan, asupan makanan, dll.)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan makanan dengan tekstur dan rasa yang disukai pasien untuk meningkatkan nafsu makan
- Pantau kebersihan mulut dan lakukan perawatan mulut untuk mengurangi komplikasi yang memengaruhi asupan nutrisi
4. Untuk meningkatkan toleransi aktivitas:
- Kaji tingkat kelelahan dan kemampuan fungsional pasien
- Berikan bantuan dan alat bantu sesuai kebutuhan untuk memfasilitasi aktivitas
- Latih pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dengan memperhatikan tanda-tanda intoleransi
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan kepada pasien dan keluarga
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) dengan rinci dan terperinci. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 17221 | 13 May 2025
Klinis : DATA Pekerja belum pernah pelatihan keselamatan kerja, Tidak ada P3K dan APAR Hasil observasi terhadap kondisi lingkungan tempat kerja terlihat kotor, berbau, dan limbah bekas pengolahan tahu tergenang di beberapa tempat. Tidak pernah mendapat penyuluhan gizi, makan hanya dari bekal masing-masing, dan tidak minum suplemen Jam kerja antara jam 08.00-18.00 WIB, istirahat hanya 1 jam Hanya bagian produksi yang memakai APD, APD digunakan bersama, dan 2 pekerja lua Hasil pemeriksaan fisik pada pekerja di bagian produksi ditemukan 2 dari 18 pekerja di sela jari kakinya terdapat luka yang berbentuk lubang Belum ada pos kesehatan kerja, pembinaan dari puskesmas setempat hanya setahun sekali dalam bentuk penyuluhan kesehatan. Biaya berobat ditanggung oleh pekerja sendiri yang menunjukkan tidak adanya asuransi kesehatan kerja Hasil pengkajian di sebuah home industri "tahu" di Bandar Lampung. Pabrik berdiri sejak 10 tahun yang lalu. Pabrik didirikan oleh warga china yang berdomisili di Bandung. Jumlah pekerja 18 orang dari 8 laki-laki dan 10 wanita, usia pekerja antara 20-40 tahun. 11 orang bagian produksi, 3 pengepakan, dan 4 bagian distribusi. Lama kerja antara 2-15 tahun. Pekerja yang sudah lama bekerja sebagian besar di bagian pengolahan tahu atau produksi. Setiap hari hampir 5 kwintal kedelai diolah menjadi tahu yang dijual di seluruh pasar di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya. Jam kerja antara 08.00-18.00 WIB (istirahat jam 12.00-13.00 WIB). Pekerja membawa makanan sendiri dan makan pada saat jam istirahat di sekitar tempat kerja. Pekerja mengatakan jarang lembur, kegiatan lembur dilakukan bila pesanan tahu meningkat. Hasil observasi terhadap kondisi lingkungan tempat kerja terlihat kotor, berbau, dan limbah bekas pengolahan tahu tergenang di beberapa tempat. Pekerja di bagian produksi bekerja dengan menggunakan sepatu boot dan sarung tangan dan semua pekerja didalam satu lingkungan secara bersama-sama. Hasil pemeriksaan fisik pada pekerja di bagian produksi ditemukan 2 pekerja di sela jari kakinya terdapat luka yang berbentuk lubang. Pekerja mengatakan bahwa luka bagian kaki tersebut sudah lama terjadi, terasa gatal waktu kambuh. Pekerja tidak tahu apa penyakitnya tersebut. Pekerja mengatakan kadang lukanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh, pekerja akan berobat di puskesmas terdekat. Biaya berobat ditanggung oleh pekerja sendiri. Hasil wawancara dengan para pekerja mengatakan bahwa mereka sudah lama bekerja di pabrik tersebut dan gaji yang didapatkan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerja mendapat uang tunjangan kesejahteraan 1 tahun sekali yaitu pada saat hari raya. Belum ada pos kesehatan kerja, pembinaan dari puskesmas setempat hanya setahun sekali dalam bentuk penyuluhan kesehatan. Hasil wawancara dengan pekerja mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang masalah kesehatan yang terjadi pada pekerja di pabrik tersebut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat ditemukan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko keselamatan (R.2101): Terdapat risiko cedera atau dampak negatif terhadap kesehatan pekerja akibat lingkungan kerja yang tidak aman, seperti kebersihan tempat kerja yang buruk, limbah yang tergenang, dan ketidaktersediaan alat pelindung diri (APD) yang memadai.
2. Ketidakpatuhan (D.0102): Pekerja cenderung tidak mematuhi penggunaan APD yang disediakan, yang dapat meningkatkan risiko kesehatan dan keselamatan mereka.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (D.0405): Adanya keterbatasan dalam pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tidak adanya pos kesehatan kerja, pembinaan kesehatan yang minimal, dan tidak adanya jaminan kesehatan kerja.
4. Defisiensi pengetahuan (D.0301): Pekerja menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang risiko kesehatan dan keselamatan kerja serta cara mencegah atau menanganinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keamanan (S.0001): Pekerja dapat terhindar dari cedera atau dampak negatif terhadap kesehatan akibat lingkungan kerja yang tidak aman.
2. Kepatuhan (S.0002): Pekerja dapat patuh dalam penggunaan APD dan menerapkan perilaku aman di tempat kerja.
3. Manajemen kesehatan (S.0003): Tersedia sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif, termasuk adanya pos kesehatan kerja, pembinaan kesehatan yang rutin, dan jaminan kesehatan kerja.
4. Pengetahuan (S.0004): Pekerja memiliki pengetahuan yang memadai tentang risiko kesehatan dan keselamatan kerja serta cara mencegah atau menanganinya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk Risiko keselamatan (R.2101):
- Identifikasi faktor risiko lingkungan kerja yang dapat menyebabkan cedera atau dampak negatif kesehatan.
- Kolaborasi dengan pihak manajemen untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang tidak aman.
- Edukasi pekerja tentang risiko kesehatan dan keselamatan kerja serta cara mengatasinya.
- Fasilitasi penyediaan APD yang memadai dan mendorong penggunaannya.
2. Untuk Ketidakpatuhan (D.0102):
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan APD.
- Edukasi pekerja tentang pentingnya penggunaan APD dan konsekuensi dari tidak menggunakannya.
- Kolaborasi dengan pihak manajemen untuk menetapkan aturan dan sanksi terkait penggunaan APD.
- Monitoring dan evaluasi penggunaan APD oleh pekerja.
3. Untuk Ketidakefektifan manajemen kesehatan (D.0405):
- Kolaborasi dengan pihak manajemen untuk mengembangkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif.
- Fasilitasi pembentukan pos kesehatan kerja dan pelaksanaan pembinaan kesehatan yang rutin.
- Advokasi untuk menyediakan jaminan kesehatan kerja bagi pekerja.
- Monitoring dan evaluasi implementasi sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Untuk Defisiensi pengetahuan (D.0301):
- Identifikasi tingkat pengetahuan pekerja tentang risiko kesehatan dan keselamatan kerja.
- Edukasi pekerja tentang risiko kesehatan dan keselamatan kerja, serta cara mencegah dan menanganinya.
- Fasilitasi pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja.
- Monitoring dan evaluasi peningkatan pengetahuan pekerja.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan ini, perawat harus menjalin kolaborasi yang erat dengan pihak manajemen pabrik, puskesmas setempat, dan pekerja itu sendiri. Pendekatan yang holistik dan komprehensif diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan home industri tahu ini. -
Article No. 17222 | 13 May 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak 2 hari,flu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan suhu 38 derajat, mual , muntah badan pegal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien perempuan berusia 23 tahun dengan keluhan batuk berdahak 2 hari, flu, demam, sesak napas, kehilangan nafsu makan, suhu 38 derajat, mual, muntah, dan badan pegal, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J11.1
- Deskripsi: Influenza dengan manifestasi pernapasan lain, virus tidak diidentifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 J11.1 merujuk pada influenza dengan manifestasi pernapasan lain, di mana virus penyebabnya tidak dapat diidentifikasi. Gejala-gejala yang dialami oleh pasien, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, sesuai dengan karakteristik influenza dengan komplikasi pernapasan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian obat antivirus sistemik
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.04 mencakup pemberian obat antivirus sistemik, yang mungkin diperlukan sebagai tatalaksana untuk menangani infeksi virus influenza yang dialami oleh pasien. Selain itu, mungkin juga diperlukan pemberian terapi simtomatik, seperti antipiretik, antiemetik, dan analgesik, untuk mengatasi gejala-gejala lain yang dialami oleh pasien. -
Article No. 17223 | 13 May 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak 2 hari,flu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan suhu 38 derajat, mual , muntah badan pegal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00030)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas (0410)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3100)
Definisi: Memfasilitasi pembebasan dari obstruksi jalan napas dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan batuk berdahak, flu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga jalan napas tidak terbuka dengan baik. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Jalan Napas, untuk memfasilitasi pembebasan dari obstruksi jalan napas dan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.