Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17278 | 14 May 2025
Klinis : Seorang perempuan Ny. S, Usia: 29 tahun, Diagnosis medis: HIV positif sejak 2 tahun lalu Status sosial: Janda, tinggal sendiri, tidak bekerja. Riwayat penyakit: Didiagnosis HIV 5 tahun lalu, mulai mengalami infeksi oportunistik berulang dalam 6 bulan terakhir (TB paru, kandidiasis oral) Pasien di rawat di RS. Pada saat dikaji “Saya merasa malu dan kotor.” “Hidup saya sudah tidak berarti lagi.” “Saya tidak mau bertemu siapa-siapa, Menolak makan, BB menurun, Duduk di pojok ruangan, tidak berinteraksi, tampak menangis sesekali, Kontak mata buruk, postur tubuh membungkuk Skor Hamilton Depression Scale (HAM-D): 22 (Depresi Sedang). Menurut keluarga pasien mengalami penyakit ini dari suaminya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat penyakit yang sama.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, terima kasih atas informasi yang diberikan. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B24
- Deskripsi: Penyakit Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV), tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 90.49
- Deskripsi: Terapi nutrisi intravena dan parenteral, tidak lain
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B24 digunakan untuk diagnosis HIV positif, tanpa spesifikasi subtype atau komplikasi.
- Kode ICD-9-CM 90.49 adalah kode untuk terapi nutrisi intravena dan parenteral, yang mungkin diperlukan karena pasien mengalami penurunan berat badan dan menolak makan.
- Pasien juga mengalami gejala depresi yang cukup berat, dengan skor HAM-D 22, yang menunjukkan depresi sedang. Namun, tidak ada kode ICD-10 spesifik yang dicantumkan dalam informasi yang diberikan.
- Selain itu, pasien juga memiliki riwayat infeksi oportunistik berulang seperti TB paru dan kandidiasis oral, yang merupakan komplikasi dari HIV/AIDS, tetapi tidak ada kode ICD-10 yang dicantumkan.
Jadi, secara ringkas, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dengan informasi yang diberikan adalah:
- Kode ICD-10: B24 (Penyakit Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV), tidak dispesifikasi)
- Kode ICD-9-CM Procedure: 90.49 (Terapi nutrisi intravena dan parenteral, tidak lain) -
Article No. 17279 | 14 May 2025
Klinis : Seorang perempuan Ny. S, Usia: 29 tahun, Diagnosis medis: HIV positif sejak 2 tahun lalu Status sosial: Janda, tinggal sendiri, tidak bekerja. Riwayat penyakit: Didiagnosis HIV 5 tahun lalu, mulai mengalami infeksi oportunistik berulang dalam 6 bulan terakhir (TB paru, kandidiasis oral) Pasien di rawat di RS. Pada saat dikaji “Saya merasa malu dan kotor.” “Hidup saya sudah tidak berarti lagi.” “Saya tidak mau bertemu siapa-siapa, Menolak makan, BB menurun, Duduk di pojok ruangan, tidak berinteraksi, tampak menangis sesekali, Kontak mata buruk, postur tubuh membungkuk Skor Hamilton Depression Scale (HAM-D): 22 (Depresi Sedang). Menurut keluarga pasien mengalami penyakit ini dari suaminya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat penyakit yang sama.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Harga Diri Rendah Kronis (00119)
Definisi: Evaluasi negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
2. Koping Tidak Efektif (00069)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi stressor secara efektif.
3. Isolasi Sosial (00053)
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi akan kurangnya hubungan yang berarti, memuaskan, dan mendukung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Harga Diri Rendah Kronis (00119)
Kode: 10017036
Definisi: Evaluasi negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
2. Koping Tidak Efektif (00069)
Kode: 10006067
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi stressor secara efektif.
3. Isolasi Sosial (00053)
Kode: 10005064
Definisi: Pengalaman individu dan persepsi akan kurangnya hubungan yang berarti, memuaskan, dan mendukung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Harga Diri Meningkat (1205)
Definisi: Peningkatan penilaian positif individu terhadap diri sendiri.
2. Koping Efektif (1302)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi stressor secara efektif.
3. Interaksi Sosial Membaik (1503)
Definisi: Peningkatan keterlibatan dalam hubungan yang berarti, memuaskan, dan mendukung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Harga Diri (5400)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan penilaian positif individu terhadap diri sendiri.
2. Dukungan Koping (5230)
Definisi: Fasilitasi usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan internal atau eksternal yang dinilai sebagai beban atau melebihi sumber daya yang dimiliki.
3. Peningkatan Interaksi Sosial (5100)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan dalam hubungan yang berarti, memuaskan, dan mendukung. -
Article No. 17280 | 14 May 2025
Klinis : Seorang perempuan Ny. S, Usia: 29 tahun, Diagnosis medis: HIV positif sejak 2 tahun lalu Status sosial: Janda, tinggal sendiri, tidak bekerja. Riwayat penyakit: Didiagnosis HIV 5 tahun lalu, mulai mengalami infeksi oportunistik berulang dalam 6 bulan terakhir (TB paru, kandidiasis oral) Pasien di rawat di RS. Pada saat dikaji “Saya merasa malu dan kotor.” “Hidup saya sudah tidak berarti lagi.” “Saya tidak mau bertemu siapa-siapa, Menolak makan, BB menurun, Duduk di pojok ruangan, tidak berinteraksi, tampak menangis sesekali, Kontak mata buruk, postur tubuh membungkuk Skor Hamilton Depression Scale (HAM-D): 22 (Depresi Sedang). Menurut keluarga pasien mengalami penyakit ini dari suaminya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat penyakit yang sama.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Kasus:** Ny. S, 29 tahun, HIV positif dengan gejala depresi sedang, isolasi sosial, dan penurunan berat badan.
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Harga Diri Rendah (SDKI: B.3.1)**
**Definisi:** Persepsi negatif terhadap diri sendiri yang mengakibatkan perasaan tidak berharga, malu, dan putus asa.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Stigma sosial terkait HIV/AIDS
- Riwayat ditinggalkan pasangan akibat penyakit yang sama
- Isolasi sosial dan penarikan diri
- Perasaan tidak berdaya dan tidak berarti
---
### **2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: L.0803 – Harga Diri Meningkat**
**Indikator:**
- Mengekspresikan perasaan diterima (Skala: 1–5)
- Melakukan kontak mata saat berkomunikasi (Skala: 1–5)
- Berpartisipasi dalam interaksi sosial (Skala: 1–5)
- Menunjukkan postur tubuh yang tegap (Skala: 1–5)
**Target:** Mencapai skor ?4 pada indikator di atas dalam 2 minggu.
---
### **3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: I.09012 – Dukungan Harga Diri**
**Intervensi:**
- **Terapeutik:**
- Berikan pendekatan empatik tanpa menghakimi.
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan diri.
- Fasilitasi ekspresi perasaan melalui teknik komunikasi terbuka.
- **Edukasi:**
- Ajarkan strategi koping positif (misal: relaksasi, journaling).
- Berikan informasi tentang kelompok dukungan (ODHA).
- **Kolaborasi:**
- Rujuk ke konselor/psikolog untuk terapi kognitif-perilaku (CBT).
- Koordinasikan dengan tim medis untuk evaluasi kebutuhan antidepresan.
---
### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI B.3.1** relevan karena pasien menunjukkan tanda-tanda depresi, isolasi, dan pernyataan negatif tentang diri.
- **SLKI L.0803** digunakan untuk memantau peningkatan harga diri melalui perubahan perilaku verbal dan nonverbal.
- **SIKI I.09012** mencakup intervensi holistik (psikologis, sosial, edukatif) untuk memperbaiki self-esteem.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumen klinis.)* -
Article No. 17281 | 14 May 2025
Klinis : Seorang perempuan Ny. S, Usia: 29 tahun, Diagnosis medis: HIV positif sejak 2 tahun lalu Status sosial: Janda, tinggal sendiri, tidak bekerja. Riwayat penyakit: Didiagnosis HIV 5 tahun lalu, mulai mengalami infeksi oportunistik berulang dalam 6 bulan terakhir (TB paru, kandidiasis oral) Pasien di rawat di RS. Pada saat dikaji “Saya merasa malu dan kotor.” “Hidup saya sudah tidak berarti lagi.” “Saya tidak mau bertemu siapa-siapa, Menolak makan, BB menurun, Duduk di pojok ruangan, tidak berinteraksi, tampak menangis sesekali, Kontak mata buruk, postur tubuh membungkuk Skor Hamilton Depression Scale (HAM-D): 22 (Depresi Sedang). Menurut keluarga pasien mengalami penyakit ini dari suaminya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat penyakit yang sama.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Ny. S yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Harga Diri Rendah Kronis (HDKR)
- SDKI: Harga Diri Rendah Kronis (10013)
- SLKI: Peningkatan Harga Diri (23001)
- SIKI: Terapi Harga Diri (I0134)
Definisi:
HDKR adalah keadaan individu yang menilai dirinya secara negatif dan menetap, ditandai dengan perasaan tidak berharga, tidak mampu, dan tidak berguna.
2. Isolasi Sosial (IS)
- SDKI: Isolasi Sosial (10015)
- SLKI: Peningkatan Interaksi Sosial (23002)
- SIKI: Terapi Sosialisasi (I0135)
Definisi:
IS adalah keadaan individu yang merasa terisolasi atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
3. Depresi Sedang (DS)
- SDKI: Depresi Sedang (10007)
- SLKI: Peningkatan Regulasi Emosi (23003)
- SIKI: Terapi Perilaku Kognitif (I0136)
Definisi:
DS adalah keadaan emosional yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, tidak berdaya, dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, dengan skor HAM-D 20-27.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi kondisi pasien, serta melibatkan keluarga dan komunitas dalam proses pemulihan. Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan tim kesehatan lain sangat diperlukan untuk menangani masalah kesehatan mental pasien. -
Article No. 17178 | 13 May 2025
Klinis : Pasien mengeluh sulit tidur. Pasien mengatakan sebelumnya memang sering mengalami sulit tidur, namun saat ini disertai pusing dan sakit badan . Diketahui pasien memiliki kebiasaan minum obat tidur sudah 6 bulan, dan sekarang walaupun meminum obat tidur, pasien mengeluh sudah 3 hari tidak bisa tidur dan sering gelisah. Aktifitas pasien bekerja di perusahaan swasta, dan sering bekerja lembur. Pada saat dikaji aspek spiritualnya, klien mengatakan tidak memahami mengapa sering mengalami sulit tidur, sakit yang dirasakan paling mengganggu adalah rasa pusing dan suka tiba-tiba merasa gelisah. Pasien ingin bisa cepat tidur. Sebelumnya pasien menyatakan sering begadang dan minum alcohol untuk sekedar menghangatkan badan dan juga minum, minuman energi sampai lebih dari 5 botol sehari agar tetap terjaga sebagai tuntutan bekerja, namun lama kelamaan pasien jadi sulit tidur dan ketagihan minum obat penenang agar bisa tidur. Pasien mengatakan bahwa sakit yang di deritanya adalah sebagai bentuk hukuman dari Tuhannya karena ia sering mabuk dan begadang. Pasien mengatakan belum bisa menerima kondisi dirinya , harus dirawat di rumah sakit karena tuntutan pekerjaannya akan semakin menumpuk, pasien ingin sembuh dan segera bekerja kembali, juga meninggalkan kebiasaan tergantung minum obat tidur. Sampai saat ini pasien belum bisa memaknai hidup, belum bisa menjabarkan makna hidup saya itu apa. Pasien mengatakan sudah sejak lama meninggalkan kewajiban sholat maupun membaca al-qur’an karena tidak tersedia mushola di tempatnya bekerja. Pasien menyatakan tidak tahu tata cara sholat ketika sakit, namun juga belum bersedia untuk dibimbing perawat maupun rohaniawan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Ciri-ciri: Pasien mengeluh sulit tidur, sering gelisah, dan mengeluh pusing serta sakit badan.
2. Ketidakberdayaan
- Definisi: Persepsi bahwa tindakan individu tidak mempengaruhi hasil yang signifikan.
- Ciri-ciri: Pasien belum bisa menerima kondisinya, merasa sulit untuk sembuh, dan merasa tergantung pada obat tidur.
3. Distres Spiritual
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan individu untuk menemukan makna, tujuan, dan hubungan transenden dalam kehidupan.
- Ciri-ciri: Pasien merasa sakit sebagai hukuman dari Tuhan, tidak memahami mengapa sering mengalami sulit tidur, dan meninggalkan kewajiban spiritual.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Tidur Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari, tidak lagi mengeluh sulit tidur, dan tidak merasa gelisah.
2. Tingkat Keberdayaan Meningkat
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menerima kondisinya, memiliki harapan untuk sembuh, dan mampu mengurangi ketergantungan pada obat tidur.
3. Kesejahteraan Spiritual Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien dapat memahami makna hidup, kembali menjalankan kewajiban spiritual, dan mampu memaknai sakit yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pola Tidur
- Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi insomnia
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi obat tidur
2. Pemberdayaan Pasien
- Diskusikan persepsi pasien tentang penyakitnya
- Bantu pasien menemukan harapan dan makna hidup
- Dorong pasien untuk mengurangi ketergantungan obat tidur
3. Dukungan Spiritual
- Fasilitasi pasien untuk memahami makna spiritual sakit yang dialami
- Ajarkan teknik spiritual (misalnya: doa, meditasi) untuk mengatasi distres
- Kolaborasi dengan rohaniawan untuk bimbingan spiritual
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pola tidur, pemberdayaan, dan dukungan spiritual, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu memperoleh pola tidur yang membaik, tingkat keberdayaan yang meningkat, dan kesejahteraan spiritual yang lebih baik. -
Article No. 17179 | 13 May 2025
Klinis : Pasien mengeluh sulit tidur. Pasien mengatakan sebelumnya memang sering mengalami sulit tidur, namun saat ini disertai pusing dan sakit badan . Diketahui pasien memiliki kebiasaan minum obat tidur sudah 6 bulan, dan sekarang walaupun meminum obat tidur, pasien mengeluh sudah 3 hari tidak bisa tidur dan sering gelisah. Aktifitas pasien bekerja di perusahaan swasta, dan sering bekerja lembur. Pada saat dikaji aspek spiritualnya, klien mengatakan tidak memahami mengapa sering mengalami sulit tidur, sakit yang dirasakan paling mengganggu adalah rasa pusing dan suka tiba-tiba merasa gelisah. Pasien ingin bisa cepat tidur. Sebelumnya pasien menyatakan sering begadang dan minum alcohol untuk sekedar menghangatkan badan dan juga minum, minuman energi sampai lebih dari 5 botol sehari agar tetap terjaga sebagai tuntutan bekerja, namun lama kelamaan pasien jadi sulit tidur dan ketagihan minum obat penenang agar bisa tidur. Pasien mengatakan bahwa sakit yang di deritanya adalah sebagai bentuk hukuman dari Tuhannya karena ia sering mabuk dan begadang. Pasien mengatakan belum bisa menerima kondisi dirinya , harus dirawat di rumah sakit karena tuntutan pekerjaannya akan semakin menumpuk, pasien ingin sembuh dan segera bekerja kembali, juga meninggalkan kebiasaan tergantung minum obat tidur. Sampai saat ini pasien belum bisa memaknai hidup, belum bisa menjabarkan makna hidup saya itu apa. Pasien mengatakan sudah sejak lama meninggalkan kewajiban sholat maupun membaca al-qur’an karena tidak tersedia mushola di tempatnya bekerja. Pasien menyatakan tidak tahu tata cara sholat ketika sakit, namun juga belum bersedia untuk dibimbing perawat maupun rohaniawan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pola Tidur (00095)** terkait ketergantungan obat tidur dan kebiasaan begadang, dimanifestasikan oleh sulit tidur selama 3 hari, gelisah, pusing, dan nyeri badan.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) – Kode 00095: Gangguan Pola Tidur**
- **Definisi:** Perubahan kuantitas atau kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
- **Faktor yang Mempengaruhi:**
- Ketergantungan obat tidur (6 bulan).
- Konsumsi alkohol dan minuman energi berlebihan.
- Stres kerja (lembur, tuntutan pekerjaan).
- Gangguan spiritual (perasaan bersalah, hukuman dari Tuhan).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Kode 1402: Kualitas Tidur**
- **Kriteria Luaran:**
- Pasien mampu tidur 6–8 jam per malam tanpa obat tidur.
- Mengurangi gejala pusing dan gelisah.
- Menunjukkan pemahaman tentang pola tidur sehat.
- **Indikator:**
- Durasi tidur meningkat.
- Frekuensi terbangun malam hari menurun.
- Tingkat kelelahan berkurang.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Kode 6520: Manajemen Insomnia**
- **Intervensi Utama:**
- Edukasi tentang *sleep hygiene* (menghindari kafein, alkohol, dan screen time sebelum tidur).
- Terapi relaksasi (napas dalam, *progressive muscle relaxation*).
- Kolaborasi dengan dokter untuk tappering off obat tidur.
- **Intervensi Pendukung:**
- Konseling spiritual (jika pasien bersedia).
- Manajemen stres (time management, teknik *coping*).
**Catatan Tambahan:**
- **Aspek Spiritual:** Perlu pendekatan bertahap karena pasien belum terbuka terhadap bimbingan rohani. Fokus sementara pada penerimaan diri dan mengurangi perasaan bersalah.
- **Risiko Komplikasi:** Gangguan kecemasan atau depresi jika ketergantungan obat tidak ditangani.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi 2.
**Format RTF:**
(Teks di atas dapat disalin ke dokumen RTF dengan font Times New Roman 12, spasi 1.5, dan margin normal).
---
*Tone akademis, persona pakar keperawatan – disusun secara sistematis dan berbasis evidence.* -
Article No. 17180 | 13 May 2025
Klinis : Gg. Pemglihatan (DS) Klien mengatakan kesulitan dalam melihat baik jarak jauh maupun dekat. Klien juga menyatakan bahwa ia pernah menggunakan kacamata, tetapi saat ini tidak memiliki kacamata. (DO) - Lensa mata kiri tampak keruh - Visus: - Mata kanan: 3/60 - Mata kiri: 2/60 - Pemeriksaan palpebral: Tidak ada edema, konjungtiva merah muda, dan sclera tidak ikterik. - Reaksi pupil terhadap cahaya: positif (+/+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan Penglihatan (00062)
Definisi (SDKI): Perubahan dalam akuitas, lapangan pandang, akomodasi, atau fungsi lainnya yang berdampak pada kemampuan melihat.
Kode SDKI: 00062
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosa keperawatan, yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
Kode dan definisi yang ditetapkan oleh PPNI:
1. Gangguan Penglihatan (00062)
Definisi (SDKI): Perubahan dalam akuitas, lapangan pandang, akomodasi, atau fungsi lainnya yang berdampak pada kemampuan melihat. -
Article No. 17181 | 13 May 2025
Klinis : Gg. Pemglihatan (DS) Klien mengatakan kesulitan dalam melihat baik jarak jauh maupun dekat. Klien juga menyatakan bahwa ia pernah menggunakan kacamata, tetapi saat ini tidak memiliki kacamata. (DO) - Lensa mata kiri tampak keruh - Visus: - Mata kanan: 3/60 - Mata kiri: 2/60 - Pemeriksaan palpebral: Tidak ada edema, konjungtiva merah muda, dan sclera tidak ikterik. - Reaksi pupil terhadap cahaya: positif (+/+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi **Gangguan Penglihatan** berdasarkan data yang diberikan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0008** – **Gangguan Persepsi Sensori: Penglihatan**
**Definisi**: Perubahan dalam jumlah atau pola stimulasi yang diterima disertai dengan gangguan respons terhadap stimulasi tersebut, khususnya pada indera penglihatan.
**Faktor Penyebab (Etiologi)**:
- Perubahan struktur mata (lensa keruh pada mata kiri).
- Gangguan ketajaman penglihatan (visus mata kanan 3/60, mata kiri 2/60).
- Ketidaktersediaan alat bantu penglihatan (kacamata).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.0008** – **Peningkatan Persepsi Sensori: Penglihatan**
**Kriteria Luaran**:
1. Klien mampu mengenali objek dalam jarak pandang yang sesuai.
2. Klien melaporkan peningkatan ketajaman penglihatan dengan bantuan alat (jika diperlukan).
3. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan adaptasi lingkungan yang aman.
**Indikator**:
- Visus membaik atau stabil dengan intervensi.
- Klien menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata/lensa korektif) jika diperlukan.
- Klien tidak mengalami cedera akibat gangguan penglihatan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode II.0008** – **Manajemen Gangguan Penglihatan**
**Intervensi Utama**:
1. **Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan** (SIKI: II.0008.01)
- Monitor visus secara berkala.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemeriksaan oftalmologi.
2. **Pemberian Alat Bantu Penglihatan** (SIKI: II.0008.02)
- Anjurkan klien menggunakan kacamata sesuai resep.
- Fasilitasi akses ke layanan optik jika diperlukan.
3. **Modifikasi Lingkungan untuk Keamanan** (SIKI: II.0008.03)
- Pastikan pencahayaan yang memadai di area aktivitas klien.
- Hindari perubahan tata letak furnitur yang mendadak.
4. **Edukasi Perawatan Mata** (SIKI: II.0008.04)
- Ajarkan cara membersihkan mata dengan benar.
- Anjurkan kontrol rutin ke dokter mata.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Kode SDKI, SLKI, dan SIKI** mengacu pada buku standar PPNI edisi terbaru.
- **Kolaborasi dengan dokter** diperlukan untuk penanganan medis (misalnya: katarak jika lensa keruh terkonfirmasi).
- **Reevaluasi** ketajaman penglihatan dan adaptasi klien terhadap intervensi harus dilakukan secara berkala.
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, konsultasikan dengan panduan PPNI atau tim kesehatan terkait. -
Article No. 17182 | 13 May 2025
Klinis : Tuan A, seorang pasien lansia usia 69 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien tampak lemah, nafsu makan menurun, dan hasil lab menunjukkan kadar albumin 2.8 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi Tuan A yang merupakan seorang pasien lansia usia 69 tahun dengan keluhan penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir, tampak lemah, nafsu makan menurun, dan hasil lab menunjukkan kadar albumin rendah, maka dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko malnutrisi
- Kode SDKI: 00198
- Definisi: Keadaan berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kode SLKI: 22004
- Definisi: Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Kode SIKI: C0210
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat pada individu yang berisiko atau mengalami malnutrisi.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelemahan
- Kode SDKI: 00085
- Definisi: Penurunan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas secara mandiri.
- Kode SLKI: 00115
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas secara mandiri.
- Kode SIKI: M0310
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan fisik individu.
3. Diagnosa Keperawatan: Penurunan nafsu makan
- Kode SDKI: 00002
- Definisi: Berkurangnya minat untuk makan yang dapat mengakibatkan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
- Kode SLKI: 22004
- Definisi: Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Kode SIKI: N0220
- Definisi: Intervensi untuk meningkatkan nafsu makan individu.
Dengan mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan kesehatan Tuan A, serta melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk meningkatkan status nutrisi, kekuatan, dan nafsu makan pasien. -
Article No. 17183 | 13 May 2025
Klinis : Tuan A, seorang pasien lansia usia 69 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien tampak lemah, nafsu makan menurun, dan hasil lab menunjukkan kadar albumin 2.8 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tuan A, seorang pasien lansia usia 69 tahun dengan penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan terakhir, tampak lemah, nafsu makan menurun, dan hasil lab menunjukkan kadar albumin 2.8 g/dL. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dengan kodenya, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Gizi Kurang
- SDKI: Kode 00002, Definisi: Keadaan yang berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode 00001, Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang dapat mempertahankan atau meningkatkan status gizi yang optimal.
- SIKI: Kode 00001, Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi risiko gizi kurang.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Berat Badan
- SDKI: Kode 00195, Definisi: Kehilangan berat badan yang tidak disengaja dan tidak diinginkan.
- SLKI: Kode 00002, Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang dapat mempertahankan atau mencapai berat badan yang optimal.
- SIKI: Kode 00002, Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi penurunan berat badan.
3. Diagnosa Keperawatan: Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
- SDKI: Kode 00002, Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode 00003, Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang dapat mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Kode 00003, Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh Tuan A.