Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17238 | 14 May 2025
Klinis : ASAM URAT TINGGI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi asam urat tinggi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M10
- Deskripsi: Gout
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.19
- Deskripsi: Terapi bedah lainnya pada tulang dan sendi, termasuk aspirasi dan injeksi sendi.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 M10 (Gout):
- Gout adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yang dapat menyebabkan pembentukan kristal urat di dalam sendi dan jaringan sekitarnya.
- Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan, nyeri, dan pembengkakan sendi, terutama di jari kaki, ankle, dan lutut.
- Diagnosis gout biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar asam urat dalam darah.
2. Kode ICD-9-CM 81.19 (Terapi bedah lainnya pada tulang dan sendi, termasuk aspirasi dan injeksi sendi):
- Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengelola gout, terutama untuk mengurangi nyeri dan peradangan sendi yang disebabkan oleh akumulasi kristal urat.
- Aspirasi sendi melibatkan pengambilan cairan sendi menggunakan jarum suntik, yang dapat membantu mengurangi tekanan dan peradangan dalam sendi.
- Injeksi sendi, seperti kortikosteroid, dapat juga diberikan untuk mengurangi peradangan dan nyeri sendi.
- Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis, seperti reumatolog atau ortopedi, untuk mengelola serangan gout akut atau untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Dalam pengelolaan gout, selain prosedur bedah, pendekatan lain yang dapat dipertimbangkan adalah pengobatan farmakologis, perubahan gaya hidup, dan modifikasi faktor risiko. -
Article No. 17239 | 14 May 2025
Klinis : PANU DI BADAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas permintaan Anda. Berikut adalah informasi terkait diagnosis dan tindakan medis untuk kondisi PANU DI BADAN:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L70.0
- Deskripsi: Panu (Tinea corporis)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 30520
- Deskripsi: Biopsi kulit, lesi atau luka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L70.0 (Panu/Tinea corporis) sesuai dengan kondisi PANU DI BADAN yang diderita oleh pasien. Panu merupakan infeksi jamur yang menyebabkan lesi kemerahan, gatal, dan skuama pada kulit.
2. Dalam kasus ini, jika diperlukan diagnosis lebih lanjut, dapat dilakukan tindakan biopsi kulit (kode ICD-9-CM 30520). Biopsi dapat membantu mengonfirmasi diagnosis dan mengidentifikasi agen penyebab infeksi jamur.
Penatalaksanaan pada kondisi PANU DI BADAN biasanya melibatkan pemberian obat antijamur topikal atau sistemik, sesuai dengan penilaian klinis dan kondisi pasien. Selain itu, menjaga kebersihan dan higienis kulit juga penting dalam proses penyembuhan. -
Article No. 17240 | 14 May 2025
Klinis : SERUMEN TELINGA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "SERUMEN TELINGA":
1. Kode ICD-10:
- Kode: H61.2
- Deskripsi: Serumen telinga
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 69.11
- Deskripsi: Penghisapan atau pengeluaran serumen dari telinga
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10: H61.2 "Serumen telinga"
- Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi kondisi akumulasi serumen dalam telinga, yang dapat menyebabkan gejala seperti telinga tersumbat, rasa penuh di telinga, dan gangguan pendengaran.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 69.11 "Penghisapan atau pengeluaran serumen dari telinga"
- Prosedur ini melibatkan penggunaan alat khusus, seperti kuretes atau aspirator, untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di telinga.
- Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya yang terlatih, dengan tujuan untuk memulihkan fungsi pendengaran dan menghilangkan gejala yang disebabkan oleh akumulasi serumen.
Pengkodean yang tepat sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting dalam dokumentasi medis dan penagihan layanan kesehatan. Hal ini membantu menjaga akurasi dan konsistensi data medis, serta mendukung proses pengelolaan data dan penagihan yang efektif. -
Article No. 17241 | 14 May 2025
Klinis : BENGKAK DILEHER TIDAK DEMAM TIDAK SAKIT MENELAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R22.0
- Deskripsi: Lokalisasi pembengkakan, bencana, atau masa pada leher
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan utama biasanya berupa pemeriksaan fisik dan observasi gejala-gejala yang timbul.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami bengkak di leher tanpa disertai demam atau kesulitan menelan. Kondisi ini dapat diindikasikan dengan kode ICD-10 R22.0, yang menggambarkan lokalisasi pembengkakan, benjolan, atau massa pada leher.
Dalam kasus ini, tidak ada prosedur atau tindakan medis spesifik yang tercakup dalam kode ICD-9-CM. Penanganan yang umum dilakukan adalah pemeriksaan fisik oleh dokter untuk mengevaluasi penyebab dan karakteristik pembengkakan, serta melakukan observasi terhadap perkembangan gejala-gejala lainnya. Tindakan lebih lanjut, seperti pemeriksaan penunjang atau intervensi, akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi dokter. -
Article No. 17242 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus ini, tidak ada kode ICD-10 spesifik untuk "Proses Keperawatan Keluarga" karena ini bukanlah sebuah diagnosis medis. Namun, berikut adalah beberapa kode ICD-10 yang dapat dipertimbangkan terkait dengan masalah yang dialami oleh keluarga Bapak T dan Ibu L:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z63.8
- Deskripsi: Other specified problems related to primary support group, including family circumstances
2. Kode ICD-10:
- Kode: Z62.8
- Deskripsi: Other specified problems related to upbringing
Untuk tindakan atau prosedur medis yang dilakukan, dalam kasus ini tidak ada tindakan medis yang spesifik tercatat. Ini merupakan permasalahan keluarga yang membutuhkan pendekatan keperawatan dan pendampingan psikososial, bukan tindakan medis.
Secara garis besar, fokus dari identifikasi dan penanganan masalah ini adalah pada perbaikan pola komunikasi antara orang tua dan anak, pengaturan penggunaan gadget, serta upaya meningkatkan motivasi belajar dan prestasi akademik anak. Pendekatan yang dapat digunakan adalah intervensi keperawatan keluarga, konseling keluarga, dan kolaborasi dengan pihak sekolah. -
Article No. 17243 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan keluarga dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (SDKI: 00063)
Definisi: Ketidakmampuan anggota keluarga untuk bertukar informasi dan ide secara jelas, langsung, dan memuaskan.
2. Pola Asuh Keluarga Tidak Efektif (SDKI: 00062)
Definisi: Ketidakmampuan keluarga dalam menjalankan fungsi pengasuhan yang ditandai dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan penggunaan pola asuh yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anggota keluarga.
3. Kurang Pengetahuan (SDKI: 00126)
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Intervensi Keperawatan Keluarga (SLKI):
1. Fasilitasi Komunikasi Keluarga (SIKI: 11050)
Definisi: Memfasilitasi dan membantu anggota keluarga untuk berkomunikasi secara terbuka, jelas, dan efektif.
2. Edukasi Pola Asuh Keluarga (SIKI: 11040)
Definisi: Memberikan informasi dan bimbingan kepada anggota keluarga tentang cara yang tepat dalam menjalankan fungsi pengasuhan.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI: 11330)
Definisi: Memberikan informasi dan bimbingan kepada individu, keluarga, atau masyarakat tentang kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga:
1. Fasilitasi komunikasi terbuka antara orang tua dan anak.
2. Edukasi kepada orang tua mengenai pola asuh yang efektif untuk mendukung perkembangan anak.
3. Edukasi kepada orang tua dan anak mengenai manfaat dan risiko penggunaan gadget, serta cara membatasi penggunaannya.
4. Kolaborasi dengan pihak sekolah untuk mendapatkan informasi dan mendukung upaya peningkatan prestasi akademik anak. -
Article No. 17244 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan keluarga dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Keterlibatan Orang Tua Kurang (00056)
SDKI: Kurangnya partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SLKI: Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2. Pola Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00062)
SDKI: Pola komunikasi dalam keluarga yang tidak efektif, menghambat pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah anggota keluarga.
SLKI: Membangun pola komunikasi keluarga yang efektif.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk membangun pola komunikasi keluarga yang efektif.
3. Kurang Pengetahuan (00126)
SDKI: Kurangnya informasi yang dimiliki individu atau keluarga untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat.
SLKI: Meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga.
SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga.
Penjelasan Singkat:
1. Keterlibatan Orang Tua Kurang (00056)
- Kondisi ini menggambarkan kurangnya partisipasi orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti dalam membatasi penggunaan gadget dan mendorong anak untuk belajar lebih rajin.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan keterlibatan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti menetapkan aturan penggunaan gadget, membantu anak dalam belajar, dan menjalin komunikasi yang lebih terbuka.
2. Pola Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00062)
- Kondisi ini menggambarkan pola komunikasi dalam keluarga yang tidak efektif, sehingga menghambat pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah anggota keluarga, seperti kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah membangun pola komunikasi keluarga yang efektif, seperti menerapkan komunikasi yang terbuka, empatis, dan mendukung.
3. Kurang Pengetahuan (00126)
- Kondisi ini menggambarkan kurangnya informasi yang dimiliki individu atau keluarga untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat, seperti kebingungan orang tua dalam membatasi penggunaan gadget dan mendorong anak untuk belajar lebih rajin.
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan individu atau keluarga, seperti memberikan edukasi tentang penggunaan gadget yang sehat, tips memotivasi anak belajar, dan komunikasi efektif dalam keluarga. -
Article No. 17245 | 14 May 2025
Klinis : Proses Keperawatan Keluarga Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (38 tahun) dan Ibu L (35 tahun) adalah keluarga inti yang tinggal di kawasan padat penduduk di perkotaan. Mereka memiliki dua anak, yaitu anak pertama A (10 tahun) yang duduk di kelas 4 SD dan anak kedua B (5 tahun) yang bersekolah di TK. Bapak T bekerja sebagai karyawan swasta dengan jadwal kerja cukup padat, sementara Ibu L bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil membantu usaha kecil menjual makanan ringan. Masalah Utama: Anak pertama (A) sering mengeluh malas sekolah dan tampak kurang bersemangat dalam belajar. Prestasi akademiknya menurun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, A sering terlihat menghabiskan waktu bermain game di gadget tanpa pengawasan orang tua. Orang tua merasa bingung bagaimana membatasi penggunaan gadget dan mendorong A untuk belajar lebih rajin. Pola komunikasi antara orang tua dan A juga terkesan kurang terbuka, dengan kecenderungan orang tua untuk memarahi anak saat nilai akademik menurun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan identifikasi keluarga Bapak T dan Ibu L serta masalah utama yang dihadapi, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Keterlibatan Belajar Tidak Efektif (00084)
2. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00060)
3. Pengasuhan Tidak Efektif (00056)
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Keterlibatan Belajar Tidak Efektif (00084)
SDKI: Keterlibatan Belajar Tidak Efektif
SLKI: Participation in Learning
SIKI: Nomor Kode 00084
Definisi: Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas belajar yang ditandai dengan penurunan motivasi, konsentrasi, dan prestasi belajar.
2. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif (00060)
SDKI: Komunikasi Keluarga Tidak Efektif
SLKI: Family Communication
SIKI: Nomor Kode 00060
Definisi: Gangguan dalam pertukaran informasi, perasaan, dan kebutuhan antara anggota keluarga yang menghambat fungsi keluarga.
3. Pengasuhan Tidak Efektif (00056)
SDKI: Pengasuhan Tidak Efektif
SLKI: Parenting
SIKI: Nomor Kode 00056
Definisi: Ketidakmampuan orang tua atau pengasuh untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal.
Dalam konteks kasus ini, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah Keterlibatan Belajar Tidak Efektif, Komunikasi Keluarga Tidak Efektif, dan Pengasuhan Tidak Efektif. Setiap diagnosa memiliki definisi dan kode sesuai dengan Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 17246 | 14 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + hipertensi + anemia renal. mengeluh perut kembung perut tampak distensi dan asites. nafsu makan menurun, tidak ada mual muntal, pipis menetes, baba sedikit dan sulit. bab kancar apabila minum obat herbal. sklera tampak ikterik, hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Risiko Volume Cairan Berlebih berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, hipertensi, dan retensi cairan.
- Pasien mengalami asites dan perut tampak distensi, yang menunjukkan adanya retensi cairan. Kondisi penyakit ginjal kronis stadium V dan hipertensi dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan retensi cairan.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, malabsorbsi, dan peningkatan kebutuhan metabolik.
- Pasien mengeluh nafsu makan menurun, yang dapat disebabkan oleh anoreksia terkait penyakit ginjal kronis stadium V. Selain itu, anemia renal dapat menyebabkan malabsorbsi dan peningkatan kebutuhan metabolik.
3. Inkontinensia Urin berhubungan dengan kelemahan otot sfingter, obstruksi, dan perubahan fisiologis.
- Pasien mengeluh pipis menetes, yang dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola defekasi, efek samping obat, dan malabsorbsi.
- Pasien mengalami bab kancar apabila minum obat herbal, yang dapat disebabkan oleh efek samping obat atau malabsorbsi terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, dan anemia.
- Pasien mengalami anemia renal, yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
6. Perubahan Persepsi Sensori: Gangguan Penglihatan berhubungan dengan kerusakan struktur mata dan pembuluh darah.
- Pasien memiliki sklera tampak ikterik dan hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh, yang dapat disebabkan oleh perubahan metabolisme terkait penyakit ginjal kronis stadium V.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal.
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kondisinya.
3. Pasien dapat mengontrol inkontinensia urin.
4. Pasien dapat mempertahankan pola defekasi yang normal.
5. Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas.
6. Pasien dapat mempertahankan fungsi penglihatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan berat badan harian.
- Batasi asupan cairan sesuai rekomendasi.
- Berikan obat diuretik jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk manajemen cairan yang tepat.
2. Manajemen Nutrisi:
- Lakukan pengkajian status nutrisi.
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi.
- Pantau intake nutrisi dan tanda-tanda malnutrisi.
3. Manajemen Inkontinensia Urin:
- Ajarkan teknik latihan otot panggul.
- Terapkan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (obstruksi, kelemahan sfingter).
- Anjurkan penggunaan alat bantu inkontinensia jika diperlukan.
4. Manajemen Konstipasi:
- Tinjau riwayat defekasi dan faktor penyebab.
- Berikan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup.
- Ajarkan teknik defekasi yang benar.
- Berikan laksatif atau obat herbal sesuai indikasi.
5. Manajemen Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Ajarkan teknik pengaturan energi dan aktivitas bertahap.
- Berikan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (anemia).
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
6. Manajemen Perubahan Persepsi Sensori:
- Lakukan pengkajian fungsi penglihatan.
- Berikan intervensi untuk mengatasi faktor penyebab (gangguan metabolisme).
- Ajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan.
- Berikan alat bantu penglihatan jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasien CKD stage V dengan hipertensi dan anemia renal. Setiap diagnosa keperawatan dijelaskan secara rinci dengan mengidentifikasi tanda, gejala, dan faktor penyebab yang sesuai dengan data yang ada.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran atau hasil yang diharapkan dapat dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Setiap luaran dijelaskan secara rinci dengan mempertimbangkan kondisi pasien dan rencana intervensi yang akan diberikan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencapai luaran yang diharapkan dijelaskan secara detail. Setiap intervensi mencakup aktivitas, rasional, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Intervensi dirancang untuk mengatasi setiap diagnosa keperawatan yang teridentifikasi.
Keseluruhan penjelasan disajikan dalam nada akademis dan dengan persona pakar/perawat, sehingga memberikan informasi yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. -
Article No. 17247 | 14 May 2025
Klinis : pasien ckd st v + hipertensi + anemia renal. mengeluh perut kembung perut tampak distensi dan asites. nafsu makan menurun, tidak ada mual muntal, pipis menetes, baba sedikit dan sulit. bab kancar apabila minum obat herbal. sklera tampak ikterik, hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh. terpasang nasal kanul 4 lpm
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagal ginjal kronis stadium V, hipertensi, dan asites yang ditandai dengan perut kembung, distensi perut, dan asites.
2. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, penurunan nafsu makan yang ditandai dengan penurunan berat badan.
3. Inkontinensia urin berhubungan dengan penurunan kemampuan mengontrol kandung kemih yang ditandai dengan pipis menetes.
4. Konstipasi berhubungan dengan efek samping penggunaan obat herbal yang ditandai dengan bab kancar.
5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan anemia renal dan retensi cairan yang ditandai dengan hiperpigmentasi kehitaman di seluruh tubuh dan ikterik pada sklera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelebihan volume cairan teratasi, ditandai dengan penurunan perut kembung, distensi perut, dan asites.
2. Intake nutrisi adekuat, ditandai dengan peningkatan berat badan dan perbaikan status gizi.
3. Kontinensia urin terpelihara, ditandai dengan tidak ada lagi pipis menetes.
4. Pola eliminasi usus normal, ditandai dengan frekuensi dan konsistensi bab dalam batas normal.
5. Integritas kulit membaik, ditandai dengan berkurangnya hiperpigmentasi dan perbaikan warna sklera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen kelebihan volume cairan:
a. Monitor intake dan output cairan
b. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian diuretik dan dialisis jika diperlukan
d. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa kembung
2. Manajemen nutrisi:
a. Kaji status nutrisi dan kebutuhan kalori/protein
b. Berikan diet hipokalori dan rendah garam sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang adekuat
d. Ajarkan teknik makan yang tepat untuk mengatasi anoreksia
3. Manajemen inkontinensia urin:
a. Monitor pola berkemih dan jumlah urin
b. Ajarkan teknik kontraksi otot panggul (Kegel)
c. Berikan produk bantu inkontinensia jika perlu
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi farmakologis
4. Manajemen konstipasi:
a. Kaji pola defekasi dan kebiasaan buang air besar
b. Berikan laksatif atau obat herbal yang aman sesuai resep
c. Ajarkan teknik relaksasi dan diet tinggi serat
d. Pantau efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika perlu
5. Perawatan kulit:
a. Kaji kondisi kulit secara berkala
b. Lakukan perawatan kulit dengan pelembab dan bahan yang lembut
c. Berikan suplemen nutrisi untuk kesehatan kulit jika diperlukan
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kulit yang tepat
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien tersebut. Jika masih ada pertanyaan, silakan tanyakan.