Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19283 | 04 Jul 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 18 tahun, datang dengan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan G1p0a0. Hasil pemeriksaan menunjukkan hb 10,5, hasil leopold menunjukkan tfu 31 cm, puka, djj 152 x/menit, presentasi terbawah kepala tapi belum masuk PAP. bb pasien 58 kg tinggi badan 150 cm. Tampk bibir pasien kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis. Pasien mengatakan sudah siap untuk melahirkan dan menyambut bayi, kebutuhan bayi sudah lengkap, rencana tempat persalinan sudah ada, namun pasien belum terlalu paham cara menangani nyeri, dan proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara. Pasien juga mengatakan kurang makan sayur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan untuk pasien berdasarkan data yang diberikan, sesuai dengan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: B.1.1)**
**Penjelasan:**
Pasien memiliki kadar Hb 10,5 g/dL (anemia ringan), konjungtiva anemis, dan mengaku kurang mengonsumsi sayur. Hal ini menunjukkan asupan nutrisi, terutama zat besi dan vitamin, tidak mencukupi kebutuhan selama kehamilan.
**Luaran (SLKI):**
- **Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi (SLKI Code: L.1.1.1)**
- Kriteria:
- Asupan nutrisi adekuat (Hb meningkat ≥11 g/dL).
- Pasien memahami pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi dan vitamin.
**Intervensi (SIKI):**
- **Edukasi Gizi (SIKI Code: I.1.1.1.1)**
- Memberikan penyuluhan tentang makanan tinggi zat besi (daging, sayuran hijau, kacang-kacangan).
- Menganjurkan suplemen Fe sesuai resep dokter.
- **Pemantauan Tanda Anemia (SIKI Code: I.1.1.2.1)**
- Memonitor kadar Hb, kelelahan, dan pucat.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Kesiapan Meningkat dalam Menghadapi Persalinan (SDKI Code: P.9.1)**
**Penjelasan:**
Pasien menyatakan kesiapan secara emosional dan logistik (kebutuhan bayi tersedia, rencana tempat bersalin), tetapi kurang pengetahuan tentang proses persalinan, tanda-tanda persalinan, penanganan nyeri, dan perawatan payudara.
**Luaran (SLKI):**
- **Pengetahuan tentang Proses Persalinan Meningkat (SLKI Code: L.9.1.1)**
- Kriteria:
- Pasien mampu menjelaskan tanda-tanda persalinan.
- Pasien memahami teknik pernapasan dan relaksasi untuk menangani nyeri.
**Intervensi (SIKI):**
- **Edukasi Persiapan Persalinan (SIKI Code: I.9.1.1.1)**
- Memberikan informasi tentang tahapan persalinan, tanda-tanda inpartu, dan teknik non-farmakologis mengurangi nyeri.
- **Pelatihan Perawatan Payudara (SIKI Code: I.9.1.2.1)**
- Mendemonstrasikan perawatan payudara dan persiapan menyusui.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Kelelahan selama Persalinan (SDKI Code: R.3.1)**
**Penjelasan:**
Pasien memiliki tinggi badan 150 cm dengan berat 58 kg (IMT = 25,8 → overweight), berpotensi mengalami persalinan lama atau kesulitan fisik akibat ukuran panggul dan status nutrisi.
**Luaran (SLKI):**
- **Kemampuan Fisik dalam Persalinan Terjaga (SLKI Code: L.3.1.1)**
- Kriteria:
- Pasien mampu mengatur energi selama proses persalinan.
**Intervensi (SIKI):**
- **Latihan Persiapan Persalinan (SIKI Code: I.3.1.1.1)**
- Melatih teknik pernapasan dan posisi yang mendukung persalinan.
- **Pemantauan Kebugaran (SIKI Code: I.3.1.2.1)**
- Menilai tanda vital dan stamina pasien secara berkala.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan (SDKI Code: B.2.1)**
**Penjelasan:**
Tanda klinis seperti bibir kering dan pecah-pecah menunjukkan risiko dehidrasi, terutama jika asupan cairan kurang atau ada peningkatan kebutuhan selama kehamilan.
**Luaran (SLKI):**
- **Keseimbangan Cairan Terjaga (SLKI Code: L.2.1.1)**
- Kriteria:
- Mukosa bibir lembap, urine jernih dengan output normal.
**Intervensi (SIKI):**
- **Edukasi Hidrasi (SIKI Code: I.2.1.1.1)**
- Menganjurkan minum 8–10 gelas/hari dan menghindari kafein.
---
### **Kesimpulan:**
Prioritas intervensi meliputi **peningkatan nutrisi, edukasi persalinan, dan persiapan fisik**. Kode SDKI-SLKI-SIKI digunakan untuk standarisasi dokumentasi keperawatan sesuai PPNI.
**Referensi:**
- Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi Terbaru.
- Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) PPNI.
Format RTF terlampir dapat digunakan untuk dokumentasi klinis. -
Article No. 19284 | 04 Jul 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 18 tahun, datang dengan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan G1p0a0. Hasil pemeriksaan menunjukkan hb 10,5, hasil leopold menunjukkan tfu 31 cm, puka, djj 152 x/menit, presentasi terbawah kepala tapi belum masuk PAP. bb pasien 58 kg tinggi badan 150 cm. Tampk bibir pasien kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis. Pasien mengatakan sudah siap untuk melahirkan dan menyambut bayi, kebutuhan bayi sudah lengkap, rencana tempat persalinan sudah ada, namun pasien belum terlalu paham cara menangani nyeri, dan proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara. Pasien juga mengatakan kurang makan sayur.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia (Hb 10,5 g/dL).
3. Risiko kelelahan berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara.
2. Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif yang ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin.
3. Pasien melaporkan tidak mengalami kelelahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara:
a. Berikan pendidikan kesehatan tentang proses persalinan, tanda-tanda persalinan, dan perawatan payudara.
b. Fasilitasi pasien untuk mengajukan pertanyaan dan diskusikan topik-topik yang belum dipahami.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (bidan, dokter) untuk memberikan informasi yang komprehensif.
d. Berikan waktu untuk pasien mempraktikkan dan mendemonstrasikan pemahaman mereka.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia (Hb 10,5 g/dL):
a. Kaji status nutrisi pasien dan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan anemia.
b. Berikan edukasi tentang diet kaya zat besi (seperti sayur-sayuran hijau, daging, telur, dan kacang-kacangan).
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk pemberian suplemen zat besi jika diperlukan.
d. Pantau kadar hemoglobin secara berkala.
3. Risiko kelelahan berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan:
a. Kaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
b. Berikan edukasi tentang manajemen energi selama kehamilan, termasuk istirahat yang cukup, pola makan yang seimbang, dan aktivitas fisik yang sesuai.
c. Bantu pasien menyusun rencana aktivitas harian yang seimbang antara istirahat dan aktivitas.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (bidan, dokter) untuk mengevaluasi kondisi pasien dan memberikan intervensi yang tepat.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan, memiliki perfusi jaringan yang efektif, dan tidak mengalami kelelahan selama proses kehamilan dan persiapan persalinan. -
Article No. 19285 | 04 Jul 2025
Klinis : post appendisectomy ec appendicitis acut supurativ
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan berdasarkan kondisi yang diberikan:
1. Risiko Infeksi (kode 00004, NANDA-I)
Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
Kondisi: Pasien post appendisectomy ec appendicitis akut supuratif memiliki risiko infeksi yang tinggi akibat prosedur operasi dan kondisi infeksi yang sebelumnya.
2. Nyeri Akut (kode 00132, NANDA-I)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
Kondisi: Pasien pasca operasi appendisektomi akan mengalami nyeri akut akibat trauma pembedahan.
3. Intoleransi Aktivitas (kode 00092, NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
Kondisi: Pasien pasca operasi appendisektomi akan mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik akibat nyeri dan pemulihan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari daftar diagnosis keperawatan yang dikelompokkan berdasarkan domain dan kelas.
- Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Terdiri dari daftar luaran keperawatan yang dikelompokkan berdasarkan domain dan kelas.
- Setiap luaran keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Terdiri dari daftar intervensi keperawatan yang dikelompokkan berdasarkan domain dan kelas.
- Setiap intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
Kode dan definisi untuk diagnosa keperawatan yang ditetapkan:
1. Risiko Infeksi (kode 00004, NANDA-I)
Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
2. Nyeri Akut (kode 00132, NANDA-I)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
3. Intoleransi Aktivitas (kode 00092, NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik. -
Article No. 19286 | 04 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan cemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan cemas, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan (Anxiety) (00146)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan (Anxiety) (00146)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik, ditandai dengan kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan tidak nyaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Terkontrol (1402)
Definisi: Tingkat kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan tidak nyaman yang dapat dikelola oleh individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan (5820)
Definisi: Pemberian bantuan kepada individu untuk mengenali, mengatasi, dan mengurangi kecemasan.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan cemas, yang merupakan respon emosional dan psikologis terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik. Tujuan keperawatan adalah agar pasien dapat mengelola tingkat kecemasannya, yang dapat dicapai melalui intervensi keperawatan berupa manajemen kecemasan. -
Article No. 19287 | 04 Jul 2025
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN: Pola Napas Tidak Efektif (SDKI Kode: 00032)\b0
\par \b Penjelasan Singkat:\b0
\par \b 1. \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\i0\b0
\par Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami gangguan dalam proses ventilasi yang ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, atau usaha pernapasan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh (PPNI, 2017).
\par \b 2. \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\i0\b0
\par \b Kode: L.04001\b0 - \i Pola napas efektif\i0
\par Kriteria luaran meliputi:
\par - Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 kali/menit pada dewasa)
\par - Tidak ada penggunaan otot aksesori pernapasan
\par - Saturasi O2 >95% pada udara ruangan
\par - Tidak adanya sianosis atau dyspnea
\par \b 3. \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\i0\b0
\par \b Kode: I.09010\b0 - \i Manajemen jalan napas\i0
\par Intervensi utama:
\par - Memonitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
\par - Posisikan semi-Fowler/Fowler untuk optimalisasi ventilasi
\par - Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
\par - Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
\par - Ajarkan teknik pernapasan diafragma
\par \b Referensi:\b0
\par PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6.\i0 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
\par PPNI. (2018). \i Standar Intervensi dan Luaran Keperawatan Indonesia.\i0 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
\par \b Catatan Klinis:\b0
\par Diagnosa ini memerlukan pemantauan ketat parameter respirasi dan analisis gas darah jika diperlukan. Etiologi yang mendasari (seperti obstruksi jalan napas, gangguan neuromuskuler, atau kondisi pulmonal) harus diidentifikasi untuk intervensi yang tepat.
} -
Article No. 19288 | 04 Jul 2025
Klinis : Resiko Perfusi miokard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan rincian yang komprehensif untuk penanganan kondisi "Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif" adalah "Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif". Diagnosis ini didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami pengurangan sirkulasi oksigen ke otot jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan". Risiko ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya penyakit jantung koroner, spasme arteri koroner, atau pembentukan bekuan darah.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran/output, antara lain:
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas yang berada dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan yang Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang memadai, seperti ekstremitas hangat, capillary refill kurang dari 3 detik, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Manajemen Gejala: Pasien mampu mengelola gejala-gejala yang muncul, seperti nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
4. Pemahaman tentang Penyakit: Pasien memiliki pemahaman yang baik tentang penyakitnya, termasuk faktor risiko, tanda-tanda, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Hemodinamik: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan saturasi oksigen, untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Manajemen Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan memberikan intervensi yang sesuai, seperti pemberian obat analgesik, teknik relaksasi, atau terapi dingin/hangat, untuk mengurangi nyeri dada.
3. Manajemen Oksigenasi: Memastikan oksigenasi yang adekuat, misalnya dengan pemberian oksigen, latihan pernapasan, atau pengaturan posisi pasien.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit jantung, faktor risiko, gejala, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan gaya hidup sehat.
5. Koordinasi Perawatan: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengoptimalkan pengobatan dan perawatan pasien.
6. Pemantauan Tanda Peningkatan Gejala: Memantau dengan cermat tanda-tanda peningkatan gejala, seperti nyeri dada yang semakin parah atau sesak napas yang memberat, untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan "Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif" dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan mencapai stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang adekuat, serta peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 19289 | 04 Jul 2025
Klinis : Perufusi Jantung tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Perufusi Jantung tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perufusi Jantung tidak efektif" adalah "Penurunan Curah Jantung". Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Karakteristik Definisi:
- Penurunan volume sekuncup
- Perubahan irama jantung
- Perubahan tekanan darah
- Penurunan perfusi perifer
- Perubahan kadar oksigen dalam darah
Faktor yang Berhubungan:
- Gangguan kontraktilitas miokard
- Perubahan beban jantung
- Perubahan afterload
- Perubahan preload
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
- Mempertahankan curah jantung yang adekuat
- Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal
- Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
- Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
- Melaporkan tidak ada tanda-tanda hipoperfusi
- Menunjukkan tidak ada tanda-tanda kelelahan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, berikut adalah Intervensi Keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan Hemodinamik:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Pantau kadar elektrolit dan keseimbangan asam-basa
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium yang terkait
b. Manajemen Sirkulasi:
- Atur posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
- Berikan oksigen, jika diperlukan
- Berikan terapi farmakologis untuk meningkatkan kontraktilitas jantung, jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi lanjutan, jika diperlukan
c. Manajemen Gejala:
- Identifikasi dan pantau tanda-tanda hipoperfusi
- Lakukan tindakan untuk mengurangi gejala, seperti kelelahan
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen gejala
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Perufusi Jantung tidak efektif". Jangan ragu untuk bertanya jika masih ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 19290 | 04 Jul 2025
Klinis : perfusi mioakard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi perfusi miokard tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi miokard tidak efektif adalah "Penurunan Curah Jantung". Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kontraktilitas jantung, gangguan irama jantung, atau beban volume/tekanan yang berlebihan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Curah Jantung: Pasien menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan tidak ada gejala gagal jantung.
2. Perbaikan Perfusi Jaringan: Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang ditandai dengan normal atau peningkatan saturasi oksigen, perbaikan fungsi organ, dan tidak ada tanda-tanda hipoksia.
3. Kontrol Gejala: Pasien menunjukkan kontrol gejala yang ditandai dengan penurunan atau tidak adanya sesak napas, nyeri dada, atau edema.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Hemodinamik: Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien.
2. Manajemen Cairan: Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume darah dan perfusi jaringan yang adekuat. Pantau intake dan output cairan serta tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan cairan.
3. Manajemen Oksigenasi: Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang optimal. Pantau pola napas dan gejala-gejala hipoksia.
4. Manajemen Aktivitas: Batasi aktivitas pasien sesuai dengan toleransinya untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
5. Manajemen Gejala: Berikan obat-obatan sesuai resep untuk mengatasi gejala-gejala seperti nyeri dada, sesak napas, atau edema.
6. Edukasi dan Konseling: Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya mematuhi regimen pengobatan, manajemen aktivitas, dan modifikasi gaya hidup.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemulihan curah jantung dan perfusi jaringan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang optimal dan memperbaiki kondisinya. -
Article No. 19291 | 04 Jul 2025
Klinis : perfusi mioakard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi perfusi miokard tidak efektif berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi perfusi miokard tidak efektif adalah "Penurunan Curah Jantung". Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kontraktilitas miokard, gangguan pengisian ventrikel, atau gangguan irama jantung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat, seperti warna kulit yang membaik, pengisian kapiler yang cepat, nadi perifer yang teraba, dan urine yang memadai.
- Indikator: Pasien menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen, perbaikan sirkulasi perifer, dan peningkatan curah jantung.
2. Peningkatan Stabilitas Hemodinamik
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik yang baik, dengan tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang berada dalam batas normal.
- Indikator: Pasien menunjukkan peningkatan stabilitas hemodinamik yang ditandai dengan peningkatan volume sekuncup, perbaikan aliran darah, dan peningkatan oksigenasi jaringan.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik, dengan peningkatan kapasitas fungsional dan penurunan gejala kelelahan atau dispnea.
- Indikator: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang ditandai dengan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan penurunan keluhan subjektif saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Tujuan: Memantau dan mengidentifikasi perubahan hemodinamik pasien untuk memandu intervensi yang tepat.
- Aktivitas: Memantau tanda-tanda vital, mengukur intake dan output cairan, serta memantau parameter hemodinamik lainnya (misalnya, tekanan darah, denyut nadi, saturasi oksigen).
2. Manajemen Cairan
- Tujuan: Mempertahankan status cairan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan mendukung perfusi jaringan.
- Aktivitas: Mengevaluasi status cairan, menghitung kebutuhan cairan, dan mengatur pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan.
3. Terapi Oksigen
- Tujuan: Mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat untuk mendukung perfusi miokard.
- Aktivitas: Memberikan oksigen sesuai kebutuhan, memantau saturasi oksigen, dan menyesuaikan terapi oksigen sesuai kondisi pasien.
4. Manajemen Aktivitas
- Tujuan: Membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Aktivitas: Melakukan perencanaan aktivitas, memantau respons pasien terhadap aktivitas, dan memberikan dukungan saat melakukan aktivitas.
5. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Membantu pasien dan keluarga memahami kondisi kesehatan, perawatan, dan gaya hidup yang mendukung peningkatan perfusi miokard.
- Aktivitas: Memberikan edukasi tentang penyakit, gejala, pengobatan, dan modifikasi gaya hidup yang diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat tercapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan perfusi jaringan, stabilitas hemodinamik, dan toleransi aktivitas pada pasien dengan kondisi perfusi miokard tidak efektif. -
Article No. 19292 | 04 Jul 2025
Klinis : risiko perfusi mioakard tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi risiko perfusi miokard tidak efektif.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko perfusi miokard tidak efektif adalah "Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif". Diagnosis ini menggambarkan adanya potensi penurunan aliran darah ke jantung yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak: Indikator yang diharapkan adalah:
a. Stabilitas hemodinamik: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada perubahan signifikan.
b. Irama jantung: Tidak ada aritmia atau gangguan irama jantung.
c. Penampilan dan warna kulit: Kulit hangat, lembab, dan berwarna normal.
d. Kapiler refill: Kurang dari 3 detik.
e. Saturasi oksigen: Dalam batas normal.
2. Manajemen Nyeri: Indikator yang diharapkan adalah:
a. Tingkat nyeri berkurang.
b. Pasien dapat mengenali dan melaporkan nyeri.
c. Pasien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Kardiovaskular
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
b. Pantau irama jantung dan identifikasi adanya aritmia atau gangguan irama.
c. Pantau saturasi oksigen dan identifikasi adanya hipoksia.
d. Pantau tanda-tanda ketidakefektifan perfusi, seperti perubahan warna kulit, suhu ekstremitas, dan kapiler refill.
2. Manajemen Nyeri
a. Identifikasi karakteristik nyeri, seperti lokasi, intensitas, kualitas, dan durasi.
b. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi dingin/hangat.
c. Berikan analgesik sesuai kebutuhan dan evaluasi efektivitasnya.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang komprehensif.
3. Optimalisasi Kardiovaskular
a. Tingkatkan aktivitas fisik secara bertahap sesuai toleransi pasien.
b. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan kaya antioksidan dan rendah lemak.
c. Ajarkan pasien teknik pengelolaan stres, seperti relaksasi dan meditasi.
d. Berikan edukasi tentang gaya hidup yang sehat, seperti menjaga berat badan, berhenti merokok, dan manajemen diabetes.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemantauan kardiovaskular, manajemen nyeri, serta optimalisasi fungsi kardiovaskular, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perfusi jaringan kardiak yang efektif dan penurunan nyeri pada pasien.