Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17296 | 15 May 2025
Klinis : Ds : pasien mengatakan nyeri perut Do : tampak meringis, tampan gelisah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF dengan bahasa formal dan akademis sesuai permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data subjektif dan objektif yang disampaikan, berikut diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI-SLKI-SIKI menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN\b0\par
\b Kode:\b0 00032 \b Nyeri Akut\b0\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.\par
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\par
\b Kriteria Mayor:\b0\par
1. Melaporkan nyeri (verbal atau kode)\par
2. Perubahan tonus otot (ringan/menonjol)\par
\b Kriteria Minor:\b0\par
1. Perilaku gelisah\par
2. Ekspresi wajah meringis\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\par
\b Kode:\b0 2106 \b Kontrol Nyeri\b0\par
\b Indikator:\b0\par
1. Skala nyeri menurun (target: skala 0-3)\par
2. Ekspresi wajah rileks\par
3. Aktivitas istirahat optimal\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\par
\b Kode:\b0 0840 \b Manajemen Nyeri\b0\par
\b Aktivitas:\b0\par
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (PQRST)\par
2. Ajarkan teknik non-farmakologis (nafas dalam, distraksi)\par
3. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi\par
4. Monitor efek samping intervensi\par
\b Rasional:\b0 Data subjektif ("nyeri perut") dan objektif (meringis, gelisah) memenuhi kriteria diagnosa 00032. Intervensi difokuskan pada penurunan persepsi nyeri dan peningkatan kenyamanan pasien.\par
} -
Article No. 17297 | 15 May 2025
Klinis : intervensi harga diri rendah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan nada akademis dan berperan sebagai seorang pakar dalam memberikan informasi terkait diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi harga diri rendah.
1. Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi harga diri rendah:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi harga diri rendah adalah "Harga Diri Rendah" (SDKI, 2017). Harga diri rendah didefinisikan sebagai penilaian negatif terhadap diri sendiri atau kondisi diri yang buruk. Individu dengan harga diri rendah cenderung memiliki perasaan tidak berharga, tidak mampu, dan tidak kompeten. Diagnosis ini mencakup faktor risiko seperti ketidakmampuan mengatasi situasi, pengalaman kegagalan, penerimaan diri yang buruk, dan kurangnya dukungan sosial.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan untuk kondisi harga diri rendah adalah:
a. Peningkatan Harga Diri (SLKI, 2019): Klien menunjukkan peningkatan penerimaan diri, kepercayaan diri, dan penilaian positif terhadap dirinya.
b. Kontrol Diri (SLKI, 2019): Klien mampu mengendalikan emosi dan perilaku, serta membuat keputusan yang tepat.
c. Interaksi Sosial (SLKI, 2019): Klien mampu berinteraksi dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada kondisi harga diri rendah:
a. Terapi Kognitif (SIKI, 2018): Memberikan terapi untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif menjadi lebih positif, serta mengembangkan strategi koping yang efektif.
b. Bimbingan Diri (SIKI, 2018): Membantu klien untuk mengenali kekuatan dan kemampuan dirinya, serta mengembangkan rencana tindakan untuk meningkatkan harga diri.
c. Dukungan Emosional (SIKI, 2018): Memberikan dukungan, empati, dan validasi perasaan klien untuk membantu meningkatkan penerimaan diri.
d. Sosialisasi (SIKI, 2018): Memfasilitasi klien untuk terlibat dalam aktivitas sosial dan membangun interaksi yang positif dengan orang lain.
e. Manajemen Stres (SIKI, 2018): Mengajarkan teknik-teknik manajemen stres untuk membantu klien mengelola emosi dan perilaku yang terkait dengan harga diri rendah.
Penerapan intervensi keperawatan ini secara komprehensif dan kolaboratif dengan klien diharapkan dapat membantu meningkatkan harga diri, kontrol diri, dan kemampuan berinteraksi sosial pada klien dengan harga diri rendah. -
Article No. 17298 | 15 May 2025
Klinis : kelemahan anggota gerak karena stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi kelemahan anggota gerak karena stroke:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kelemahan anggota gerak karena stroke adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Diagnosa ini mengacu pada keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari satu tempat ke tempat lain. Kondisi pasien stroke dengan kelemahan anggota gerak menunjukkan adanya gangguan pada mobilitas fisik ini.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat melakukan pergerakan yang terkontrol dan terarah dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan minimal atau mandiri.
2. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan berpindah tempat secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Integritas Kulit: Pasien tidak mengalami luka atau kerusakan kulit akibat imobilitas.
4. Fungsi Neuromuskular: Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan rentang gerak anggota gerak yang terganggu.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Memberikan pelatihan dan bantuan untuk latihan pergerakan anggota gerak yang terganggu, seperti latihan ROM (Range of Motion), latihan kekuatan otot, dan aktivitas fungsional.
2. Perawatan Kulit: Melakukan perawatan kulit, termasuk inspeksi kulit secara rutin, menjaga kelembapan kulit, dan mencegah kerusakan kulit akibat imobilitas.
3. Peningkatan Mobilitas: Mengajarkan dan memfasilitasi penggunaan alat bantu pergerakan, seperti walker, kursi roda, atau alat bantu lainnya, serta melakukan latihan berpindah tempat dengan aman.
4. Terapi Modalitas: Mengaplikasikan modalitas terapeutik, seperti terapi panas atau dingin, untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi nyeri.
5. Manajemen Nyeri: Menilai dan mengelola nyeri yang mungkin muncul akibat kelemahan anggota gerak, termasuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi terkait penyebab, prognosis, dan manajemen kelemahan anggota gerak, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan.
Dalam penerapan asuhan keperawatan ini, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, memantau kemajuan, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan intervensi yang diberikan. Tujuan akhirnya adalah untuk membantu pasien stroke mencapai mobilitas fisik yang optimal, kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan mencegah komplikasi akibat imobilitas. -
Article No. 17299 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilk sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan batuk pilek dan sakit kepala adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab yang mungkin: Peningkatan produksi sekret, hipersekresi, reflek batuk yang tidak efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Indikator:
a. Pasien dapat mengekspektorasi sekret dengan efektif.
b. Suara napas bersih.
c. Frekuensi napas dalam rentang normal.
d. Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi penyebab dan faktor risiko gangguan bersihan jalan napas.
b. Auskultasi suara napas, identifikasi pola napas dan bunyi tambahan.
c. Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan.
d. Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi drainase sekret.
e. Anjurkan pasien melakukan batuk efektif dan latihan napas dalam.
f. Berikan humidifikasi oksigen atau uap air hangat untuk melembapkan sekret.
g. Kolaborasi pemberian obat-obatan (ekspektoran, mukolitik) jika diperlukan.
h. Pantau intake dan output cairan untuk menjaga hidrasi.
i. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen bersihan jalan napas.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien datang dengan keluhan batuk pilek dan sakit kepala, yang mengindikasikan adanya gangguan bersihan jalan napas. Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif, sehingga pasien dapat bernapas dengan lancar dan mengeluarkan sekret dengan baik. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi manajemen jalan napas, seperti posisi semi-fowler, latihan batuk efektif, pemberian humidifikasi, serta kolaborasi dengan pemberian terapi oksigen dan obat-obatan jika diperlukan. Edukasi pada pasien dan keluarga juga penting untuk memastikan keberhasilan asuhan keperawatan. -
Article No. 17300 | 15 May 2025
Klinis : DO : - Hipersalivasi - Terdapat sekret pada ETT - Suara napas ronkhi - RR: 27x/menit - Saturasi oksigen 100% (dengan FiO? 40% ventilator) - Ventilator PSIMV terpasang - Hasil AGD: pH 7,33; PCO? 48 mmHg (retensi CO?)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Ditandai dengan: hipersalivasi, adanya sekret pada ETT, suara napas ronkhi, dan RR yang meningkat (27x/menit).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemeliharaan Ventilasi (0403)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- pH darah dalam batas normal
- PCO? dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
Tindakan: Mempertahankan jalan napas terbuka dan berfungsi dengan baik.
Aktivitas:
- Lakukan suction pada ETT untuk mengeluarkan sekret
- Pertahankan posisi kepala dalam posisi ekstensi untuk menjaga jalan napas tetap terbuka
- Pantau karakteristik suara napas
- Pertahankan ventilator PSIMV yang terpasang
2. Manajemen Ventilasi Mekanis (3302)
Tindakan: Mempertahankan fungsi ventilasi mekanis yang adekuat.
Aktivitas:
- Pantau parameter ventilator (volume tidal, FR, PEEP, FiO?)
- Lakukan penyesuaian parameter ventilator sesuai hasil pemantauan
- Pantau gasometri darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk optimalisasi pengaturan ventilator
3. Manajemen Restriksi Pernapasan (3310)
Tindakan: Membantu mengatasi restriksi pernapasan.
Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda distres pernapasan
- Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi bronkodilator atau diuretik jika perlu
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif dipilih karena terdapat tanda-tanda pola napas tidak efektif, yaitu hipersalivasi, adanya sekret pada ETT, suara napas ronkhi, dan RR yang meningkat. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Pemeliharaan Ventilasi, di mana pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat. Kriteria hasil yang diharapkan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distres pernapasan, saturasi oksigen dalam batas normal, serta pH dan PCO? darah dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi Mekanis, dan Manajemen Restriksi Pernapasan. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan adalah suction pada ETT, menjaga posisi kepala, memantau parameter ventilator, melakukan penyesuaian ventilator, memantau gasometri darah, dan memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu/Bapak dalam memahami kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang diperlukan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 17301 | 15 May 2025
Klinis : DO : - Hipersalivasi - Terdapat sekret pada ETT - Suara napas ronkhi - RR: 27x/menit - Saturasi oksigen 100% (dengan FiO? 40% ventilator) - Ventilator PSIMV terpasang - Hasil AGD: pH 7,33; PCO? 48 mmHg (retensi CO?)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data objektif yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan ketentuan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00033
Definisi: Ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar.
2. Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif (00033) adalah ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar, yang ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode SLKI: 00406
Definisi: Tingkat efektivitas ventilasi yang dapat mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode SIKI: 00138
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas untuk mempertahankan atau meningkatkan oksigenasi dan ventilasi.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami pola napas tidak efektif yang ditandai dengan hipersalivasi, sekret pada ETT, suara napas ronkhi, dan retensi CO2 berdasarkan hasil AGD. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi pertukaran gas untuk mempertahankan atau meningkatkan oksigenasi dan ventilasi, misalnya dengan pengelolaan jalan napas, penghisapan lendir, dan penyesuaian parameter ventilator. -
Article No. 17302 | 15 May 2025
Klinis : Tn A usia 55 tahun dirawat di ICU post operasi laparatomi atas indikasi peritonitis perforasi. Pasien masuk ICU tanggal 23 Februari 2025 jam 21.00 WIB. Berdasarkan pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Februari 2025 jam 08.00 didapatkan data, kesadaran pasien dalam pengaruh obat (DPO). terpasang ETT ukuran 7.5 dengan kedalaman 21 cm, terhubung dengan ventilator mode PSIMV 4, PS 6 PC 10, TV 207 RR 27 Fio2 40%, PEEP 5 cmH2O. Pasien hipersalivasi, terdapat secret pada ETT, pergerakan dinding dada simetris, terpasang central line catheter pada bagian kanan dada, tidak terdapat krepitasi, taktil fremitus tidak dapat dikaji, perkusi sonor, auskultasi suara nafas ronkhi. Saturasi oksigen 100%, akral dingin, CRT > 3detik, auskultasi jantung S1 dan S2 normal, tidak ditemukan gallop, pulsasi arteri pada ekstremitas normal, konjunctiva anemis, tidak ditemukan udem, gambaran EKG sinus takikardi, tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis. TD: 90/60 mmHg, MAP: 70 mmHg, HR: 112 kali/menit, mukosa oral pucat. Ukuran pupil kanan dan kiri 2/2, reflex terhadap cahaya + pada kedua mata. Terdapat luka Post op pada sepanjang Abdomen, dengan panjang lebih kurang 12 cm, terdapat 2 drain pada dinding abdomen kiri dengan jumlah 50 CC dan kanan dengan produksi 100 CC dalam waktu 8 jam, bising usus terdengar lemah, perkusi timpani pada ke 4 kuadran, palpasi. Pasien terpasang NGT dan dialirkan dengan cairan lambung berwarna hijau kehitaman. Pasien terpasang kateter, produksi urin 200 cc/8 jam. BB pasien 60 Kg, TB 172 cm. Pasien mendapat terapi infus 2000 cc/24 jam, medikasi 100 cc/24 jam, pasien dipuasakan. Hasil pengkajian dengan keluarga didapatkan, pasien memiliki riwayat mengkonsumsi jamu selama 1 tahun untuk mengatasi nyeri dan bengkak pada kaki akibat asam urat yang dideritanya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Ditandai dengan adanya secret pada ETT, hipersalivasi, dan suara napas ronkhi.
- Berhubungan dengan efek sedasi dari obat-obatan dan adanya alat bantu napas (ETT).
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
- Ditandai dengan akral dingin, CRT > 3 detik, dan tachikardi.
- Berhubungan dengan hipovolemia dan penurunan cardiac output akibat peritonitis.
3. Gangguan Integritas Kulit
- Ditandai dengan adanya luka post-operasi pada abdomen.
- Berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan drain.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien bebas dari secret pada ETT, hipersalivasi, dan suara napas ronkhi.
- Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
- Akral hangat, CRT < 3 detik, dan frekuensi nadi dalam batas normal.
- Tanda-tanda syok teratasi.
3. Integritas Kulit Membaik
- Luka post-operasi pada abdomen menunjukkan penyembuhan yang baik.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Janan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction ETT secara berkala untuk mengeluarkan secret.
- Berikan humidifikasi oksigen.
- Pertahankan posisi pasien semi-fowler.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator.
2. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi.
- Bantu aktivitas fisik pasien sesuai toleransi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penyesuaian terapi.
3. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan luka post-operasi secara aseptik.
- Pertahankan kebersihan dan kelembapan area luka.
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi penyembuhan luka.
Dengan rincian ini, diharapkan Anda dapat memahami pendekatan komprehensif dalam menangani masalah keperawatan Tn. A di ICU pasca operasi laparatomi. -
Article No. 17303 | 15 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan emosi tidak stabil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan emosi tidak stabil adalah "Gangguan Regulasi Emosi" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Gangguan Regulasi Emosi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengenali, memproses, dan mengelola respons emosional secara efektif.
Gangguan Regulasi Emosi ditandai dengan gejala-gejala seperti ketidakstabilan emosi, perubahan suasana hati yang cepat, reaksi emosional yang berlebihan, dan kesulitan mengontrol emosi. Kondisi ini dapat berdampak pada kemampuan individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan Regulasi Emosi: Pasien menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengenali, memproses, dan mengelola respons emosionalnya secara efektif.
2. Stabilitas Emosi: Pasien menunjukkan kestabilan emosi, dengan perubahan suasana hati yang lebih terkendali dan reaksi emosional yang proporsional.
3. Peningkatan Kemampuan Koping: Pasien memiliki strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi yang memicu respons emosional yang tidak stabil.
4. Peningkatan Fungsi Sosial: Pasien dapat menjalin hubungan interpersonal yang lebih baik dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial dengan lebih efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asesmen Komprehensif:
- Mengkaji riwayat dan pola emosi pasien
- Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu ketidakstabilan emosi
- Mengevaluasi kemampuan koping pasien dalam mengelola emosi
2. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang regulasi emosi dan pentingnya manajemen emosi yang efektif
- Membantu pasien memahami dan mengelola respons emosionalnya
- Mengembangkan strategi koping yang adaptif untuk mengatasi situasi sulit
3. Terapi Modalitas:
- Menerapkan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam, visualisasi, atau meditasi
- Melakukan terapi kognitif-perilaku untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang maladaptif
- Mempertimbangkan penggunaan terapi musik atau seni untuk memfasilitasi ekspresi dan regulasi emosi
4. Dukungan Sosial:
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam proses asuhan keperawatan
- Membantu pasien membangun jaringan sosial yang mendukung
- Mengembangkan rencana peningkatan fungsi sosial pasien
5. Kolaborasi Interprofesional:
- Berkoordinasi dengan profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan
- Melakukan rujukan atau kolaborasi dengan ahli lain untuk memberikan intervensi yang komprehensif
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan regulasi emosi, stabilitas emosi, kemampuan koping yang efektif, dan peningkatan fungsi sosial. -
Article No. 17304 | 15 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan mimisan berulang, mudah memar,mengeluh lelah dan nyeri pada sendi lutut kiri sejak dua hari terakhir. Orang tua pasien menyampaikan bahwa anak telah didiagnosis Hemofilia A sejak usia 3 tahun dan saat ini sedang menjalani kemoterapi siklus kedua karena Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) yang terdiagnosis tiga bulan yang lalu. Riwayat keluarga menunjukkan adanya anggota keluarga dari pihak ibu (paman) yang juga menderita hemofilia. Saat dilakukan pengkajian, anak tampak lemas, nafsu makan menurun, dan mengeluh nyeri saat lutut digerakkan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 118 kali per menit, frekuensi napas 24 kali per menit, dan suhu tubuh 36,9°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, memar pada lengan kanan dan kaki kiri, serta pembengkakan sendi (hemartrosis) pada lutut kiri. Tidak ditemukan pembesaran hati atau limpa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 7,5 g/dL, trombosit 38.000/mm³, leukosit 2.300/mm³, kadar faktor VIII <1%, serta waktu perdarahan dan pembekuan memanjang. Anak dirawat dengan terapi transfusi faktor VIII, kemoterapi sesuai protokol ALL fase induksi, analgesik untuk nyeri sendi, dan pemberian antibiotik profilaksis.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perdarahan Aktual
Definisi: Keadaan ketika individu mengalami kehilangan darah melebihi batas normal, yang dapat mengancam keselamatan.
Faktor yang Berhubungan: Kondisi hematologis (hemofilia A), riwayat perdarahan, manifestasi klinis (mimisan berulang, memar mudah terbentuk, nyeri sendi).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan ketika asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan, efek samping kemoterapi.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang Berhubungan: Hemartrosis pada sendi lutut kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif
- Tidak terjadi komplikasi perdarahan
- Manajemen faktor pembekuan darah yang adekuat
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Berat badan sesuai untuk usia
- Nafsu makan meningkat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Nyeri Akut:
- Nyeri terkontrol
- Ekspresi wajah yang rileks
- Dapat beraktivitas tanpa kesulitan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Observasi tanda-tanda perdarahan aktif
- Kolaborasi dalam pemberian faktor pembekuan darah
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hemofilia
- Berikan perawatan kulit dan mukosa untuk mencegah perdarahan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Timbang berat badan secara berkala
- Kaji asupan nutrisi dan preferensi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan menarik selera
- Pantau parameter laboratorium terkait status nutrisi
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, lokasi, durasi, dan karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Lakukan teknik relaksasi dan distraksi
- Tingkatkan istirahat dan mobilisasi yang sesuai
- Berikan kompres hangat atau dingin pada sendi yang nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis pasien, yaitu risiko perdarahan aktual akibat hemofilia A, ketidakseimbangan nutrisi akibat efek samping kemoterapi, dan nyeri akut akibat hemartrosis pada sendi lutut. Intervensi keperawatan yang direkomendasikan bertujuan untuk mencegah komplikasi, mempertahankan status nutrisi, dan mengelola nyeri secara efektif. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi dan dokter, juga diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 17325 | 15 May 2025
Klinis : Pasien remaja perempuan 19 tahun dibawa ke RS karena di rumah tidak mau makan, mual dan kadang muntah, menurut keluarga pasien mempunyai kebiasaan untuk menahan makan karena ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Pasien mengeluh mual, lemas dan nyeri di ulu hati. Porsi makan hanya 2-3 sendok. diagnosa awal gastritis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: F50.0
- Deskripsi: Anorexia nervosa
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dilaporkan, pasien remaja perempuan 19 tahun ini memenuhi kriteria diagnostik untuk anorexia nervosa (F50.0) dalam klasifikasi ICD-10. Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang signifikan, obsesi terhadap berat badan dan bentuk tubuh, serta ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan.
Gejala utama yang ditemukan pada pasien ini adalah:
- Pola makan yang terbatas dan hanya makan 2-3 sendok per porsi
- Mual dan kadang muntah
- Keluhan lemas dan nyeri di ulu hati
Hal ini menunjukkan adanya gangguan pola makan yang disertai dengan gejala fisik sebagai akibat dari pembatasan asupan makanan yang signifikan. Oleh karena itu, diagnosa awal gastritis kurang sesuai, dan diagnosis yang lebih tepat adalah anorexia nervosa (F50.0).
Terkait dengan tindakan medis, pada kasus ini dapat dilakukan konsultasi psikiatri (kode ICD-9-CM 94.62) untuk evaluasi lebih lanjut dan pemberian intervensi psikologis yang sesuai, seperti terapi kognitif-perilaku atau terapi keluarga, guna mengatasi gangguan makan yang dialami oleh pasien.