Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19311 | 05 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan obstruksi jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, dan hasil rontgen menunjukkan lesi di paru.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat menggunakan teknik napas dalam dan batuk efektif.
- Tidak ada sianosis atau distres pernapasan.
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Hasil rontgen menunjukkan perbaikan lesi di paru.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi masuknya udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
- Tindakan Keperawatan:
- Pantau pola dan frekuensi pernapasan.
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan napas dalam.
- Berikan humidifikasi udara untuk melembapkan sekresi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu pengeluaran sekret.
2. Manajemen Energi
- Definisi: Tindakan untuk mengatur sumber dan penggunaan energi.
- Tindakan Keperawatan:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi energi pasien, seperti demam dan malnutrisi.
- Bantu pasien untuk mengatur aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Nyeri
- Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi nyeri.
- Tindakan Keperawatan:
- Identifikasi karakteristik nyeri yang dialami pasien, seperti lokasi, durasi, dan intensitas.
- Berikan terapi farmakologis sesuai dengan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan distraksi.
Dengan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diberikan, diharapkan dapat membantu pasien mencapai bersihan jalan napas yang efektif, mengatasi masalah energi dan nyeri, serta membantu proses pemulihan dari kondisi tuberkulosis paru. -
Article No. 19312 | 05 Jul 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Nyeri Akut**
*(Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia/SDKI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia/SLKI, dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI – PPNI)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** 00032
**Judul:** **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau dalam waktu singkat (<3 bulan), dengan karakteristik ringan hingga berat.
**Karakteristik Utama (SDKI):**
- Ekspresi verbal/non-verbal (merintih, gelisah, wajah meringis).
- Perubahan tanda vital (takikardia, hipertensi, pernapasan cepat).
- Perilaku protektif (menjaga area nyeri, mobilitas terbatas).
- Gangguan tidur dan konsentrasi.
**Faktor Terkait:**
- Kerusakan jaringan (trauma, inflamasi, prosedur invasif).
- Aktivitas berlebihan.
- Faktor psikologis (kecemasan, ketakutan).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** 0801
**Judul:** **Tingkat Nyeri**
**Indikator Evaluasi:**
- Skala nyeri menurun (dari skala 0–10).
- Ekspresi wajah/verbal nyeri berkurang.
- Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah, pernapasan).
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis (relaksasi, distraksi).
**Skala Pengukuran:**
- **1:** Nyeri berat (skala 7–10), tanda sistemik berat.
- **5:** Nyeri terkontrol (skala 0–3), fungsi optimal.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** 2300
**Judul:** **Manajemen Nyeri**
**Tindakan Utama:**
- **Kaji karakteristik nyeri** (lokasi, intensitas, durasi, faktor pencetus/pereda).
- **Gunakan skala nyeri** (Numerical Rating Scale/NRS, Wong-Baker Faces).
- **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai protokol (contoh: parasetamol, NSAID, opioid).
- **Teknik non-farmakologis**:
- Kompres hangat/dingin.
- Relaksasi napas dalam atau guided imagery.
- Reposisi untuk kenyamanan.
- **Edukasi pasien** tentang penyebab nyeri dan manajemen mandiri.
**Kode Tambahan:**
- **1400: Edukasi Manajemen Nyeri** (penjelasan tentang penggunaan obat dan teknik non-invasif).
- **6540: Terapi Distraksi** (aktivitas pengalihan perhatian).
---
### **Penjelasan Akademis**
- **SDKI** mendasari diagnosa klinis dengan kriteria objektif dan subjektif.
- **SLKI** mengukur luaran berbasis evidence, memastikan evaluasi terstruktur.
- **SIKI** menekankan pendekatan holistik (farmakologis + non-farmakologis) sesuai prinsip *pain management*.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resmi).* -
Article No. 19313 | 05 Jul 2025
Klinis : Klien mengatakan memiliki rawat kecelakan patah tulang di bahu namun tidak diobat selama 2 minggu kemudian ayah klien meninggal namun klien tidak bisa pulang, hal ini yang membuat klien depresi. Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mau melompat dari gedung kampus namun dicegah oleh dosennya. Kemudian dosen klien mengantarkan klien ke pskiatri. Klien awalnya tinggal di Bali kemudian pindah ke Yogyakarta. Klien sebelumnya pernah mencoba menggunakan sabu-sabu dan ganja selama 2 tahun dipadang. Klien mengatakan saat ini karirnya menurun. Tidak bisa melukis seperti biasa. Klien mengatakan kemarin sempat drop selama 2 minggu tidak bisa ngapain-ngapin dan akhirnya teman klien menyarankan untuk periksa kesehatan. Klien mengatakan tidak kontrol rutin. Kontrol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Risiko Bunuh Diri
b. Depresi
c. Ketidakefektifan Koping
d. Gangguan Pola Tidur
e. Gangguan Aktivitas Produktif
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Bunuh Diri: Klien memiliki riwayat percobaan bunuh diri dengan cara ingin melompat dari gedung kampus. Hal ini menunjukkan adanya risiko bunuh diri yang perlu diatasi.
b. Depresi: Klien mengalami depresi setelah patah tulang di bahu yang tidak diobati dan kematian ayahnya, yang membuatnya tidak dapat pulang.
c. Ketidakefektifan Koping: Klien mengalami kesulitan dalam mengatasi stres dan masalah yang dihadapinya, seperti penurunan dalam karirnya dan kesulitan melukis.
d. Gangguan Pola Tidur: Klien mengalami drop selama 2 minggu, yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pola tidur.
e. Gangguan Aktivitas Produktif: Klien mengalami penurunan dalam aktivitas produktif, seperti kesulitan dalam melukis, yang merupakan salah satu aktivitas utamanya.
3. Kode dan Definisi SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. Risiko Bunuh Diri (SDKI Kode: 00150)
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki kemungkinan untuk mengakhiri hidupnya.
b. Depresi (SDKI Kode: 00103)
Definisi: Keadaan emosional yang ditandai dengan perasaan sedih, pesimistis, dan tidak berdaya.
c. Ketidakefektifan Koping (SDKI Kode: 00069)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengelola stresor yang mengancam kesejahteraan fisik dan psikologis.
d. Gangguan Pola Tidur (SDKI Kode: 00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
e. Gangguan Aktivitas Produktif (SLKI Kode: 00050)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan kegiatan produktif yang memberikan makna dan tujuan dalam hidup.
f. Masalah Kesehatan Mental (SIKI Kode: P0004)
Definisi: Masalah dalam fungsi psikologis, emosional, perilaku, atau sosial yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Harap diperhatikan bahwa diagnosis keperawatan dan kode-kode tersebut mengacu pada klasifikasi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 19314 | 05 Jul 2025
Klinis : Klien mengatakan memiliki rawat kecelakan patah tulang di bahu namun tidak diobat selama 2 minggu kemudian ayah klien meninggal namun klien tidak bisa pulang, hal ini yang membuat klien depresi. Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mau melompat dari gedung kampus namun dicegah oleh dosennya. Kemudian dosen klien mengantarkan klien ke pskiatri. Klien awalnya tinggal di Bali kemudian pindah ke Yogyakarta. Klien sebelumnya pernah mencoba menggunakan sabu-sabu dan ganja selama 2 tahun dipadang. Klien mengatakan saat ini karirnya menurun. Tidak bisa melukis seperti biasa. Klien mengatakan kemarin sempat drop selama 2 minggu tidak bisa ngapain-ngapin dan akhirnya teman klien menyarankan untuk periksa kesehatan. Klien mengatakan tidak kontrol rutin. Kontrol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sesuai dengan kondisi klien yang Anda deskripsikan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Resiko Bunuh Diri (00250)**
**Definisi:** Perilaku yang mengancam jiwa akibat depresi, putus asa, atau ketidakmampuan mengatasi situasi stres, dengan indikasi riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Riwayat percobaan bunuh diri (melompat dari gedung kampus).
- Depresi akibat kehilangan (ayah meninggal), isolasi sosial (tidak bisa pulang), dan penurunan fungsi (tidak bisa melukis).
- Penyalahgunaan zat (sabu-sabu dan ganja).
- Penurunan produktivitas (karir menurun).
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI:** **L.14011** – **Kontrol Perilaku Bunuh Diri**
**Indikator:**
- Klien mengungkapkan tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
- Klien mampu mengidentifikasi dukungan sosial (teman, keluarga, tenaga kesehatan).
- Klien menggunakan strategi koping adaptif saat stres.
**Target:** **Meningkat** (Klien menunjukkan penurunan risiko bunuh diri dalam 2 minggu).
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI:** **I.14011** – **Manajemen Bunuh Diri**
**Intervensi Utama:**
- **Lakukan kontrak keselamatan** (janji tidak melakukan percobaan bunuh diri dan segera mencari bantuan jika ada pikiran tersebut).
- **Pantau tanda-tanda peringatan** (perubahan mood, isolasi, pembicaraan tentang kematian).
- **Kolaborasi dengan psikiater** untuk terapi farmakologis (antidepresan) dan psikoterapi.
- **Fasilitasi dukungan sosial** (melibatkan teman, keluarga, atau kelompok pendukung).
- **Edukasi tentang strategi koping** (relaksasi, distraksi positif, manajemen stres).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Gangguan Proses Pikir (00130)** terkait penyalahgunaan zat.
**Gangguan Koping Maladaptif (00069)** terkait depresi dan kehilangan.
**Nyeri Akut (00132)** terkait patah tulang bahu yang tidak diobat.
---
### **Kesimpulan:**
Klien memerlukan pendekatan holistik dengan fokus utama pada **pencegahan bunuh diri**, manajemen depresi, dan pemulihan fungsi sosial-okupasional. Intervensi keperawatan harus mencakup **pengawasan ketat, dukungan psikologis, dan kolaborasi multidisiplin** (psikiater, pekerja sosial).
Jika diperlukan pengembangan lebih lanjut, evaluasi berkala terhadap luaran dan penyesuaian intervensi harus dilakukan.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi. -
Article No. 19315 | 05 Jul 2025
Klinis : Klien mengatakan memiliki rawat kecelakan patah tulang di bahu namun tidak diobat selama 2 minggu kemudian ayah klien meninggal namun klien tidak bisa pulang, hal ini yang membuat klien depresi. Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mau melompat dari gedung kampus namun dicegah oleh dosennya. Kemudian dosen klien mengantarkan klien ke pskiatri. Klien awalnya tinggal di Bali kemudian pindah ke Yogyakarta. Klien sebelumnya pernah mencoba menggunakan sabu-sabu dan ganja selama 2 tahun dipadang. Klien mengatakan saat ini karirnya menurun. Tidak bisa melukis seperti biasa. Klien mengatakan kemarin sempat drop selama 2 minggu tidak bisa ngapain-ngapin dan akhirnya teman klien menyarankan untuk periksa kesehatan. Klien mengatakan tidak kontrol rutin. Klien mengatakan saat ini merasa cemas. badan tarasa lemas. 4. Data Fokus a. DO : - Klien tampak cemas - klien tampak gelisah - klien tampak mondar-mandir seperti orang binggung. - Klien mampu diajak komunikasi b. DS : - Klien mengatakan merasa cemas yang berlebihan - klien mengatakan saat ini karirnya turun. - klien mengatakan tidak bisa melukis seperti biasanya. - Klien mengaatakan minum obat tidak sesuai resep dari dokter - Klien mengatakan jika tidak minum obat klien gelisah dan tidak mampu mengontrol dirinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kecemasan (00146)
SDKI: Respon tidak menyenangkan terhadap antisipasi ancaman yang diketahui atau tidak diketahui yang berasal dari sumber internal atau eksternal dan dirasakan individu.
SLKI: Kemampuan individu untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola perasaan cemas.
SIKI: Intervensi untuk membantu individu mengenali, mengekspresikan, dan mengelola perasaan cemas.
b. Gangguan Proses Pikir (00130)
SDKI: Gangguan dalam kemampuan berpikir yang ditandai dengan gangguan persepsi, konsentrasi, atensi, memori, atau pengambilan keputusan.
SLKI: Kemampuan individu untuk memproses informasi secara akurat.
SIKI: Intervensi untuk membantu individu memproses informasi secara akurat.
c. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
SDKI: Adanya potensi bertindak secara tidak terkontrol yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
SLKI: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku kekerasan.
SIKI: Intervensi untuk membantu individu mengendalikan perilaku kekerasan.
d. Gangguan Citra Tubuh (00118)
SDKI: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik.
SLKI: Kemampuan individu untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan fisik.
SIKI: Intervensi untuk membantu individu menerima dan beradaptasi dengan perubahan fisik.
2. Penjelasan Singkat:
a. Kecemasan (00146): Klien menunjukkan gejala kecemasan yang berlebihan, seperti tampak cemas, gelisah, dan tidak dapat mengontrol dirinya.
b. Gangguan Proses Pikir (00130): Klien mengalami gangguan dalam kemampuan berpikir, seperti penurunan kemampuan melukis yang merupakan bagian dari karirnya.
c. Risiko Perilaku Kekerasan (00138): Klien pernah melakukan percobaan bunuh diri, menunjukkan potensi perilaku kekerasan terhadap diri sendiri.
d. Gangguan Citra Tubuh (00118): Klien mengalami perubahan fisik akibat patah tulang di bahu yang tidak diobati, yang dapat mempengaruhi persepsinya terhadap penampilan fisik.
Kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI dapat ditemukan dalam buku-buku atau sumber referensi yang diterbitkan oleh PPNI. -
Article No. 19316 | 05 Jul 2025
Klinis : Klien mengatakan memiliki rawat kecelakan patah tulang di bahu namun tidak diobat selama 2 minggu kemudian ayah klien meninggal namun klien tidak bisa pulang, hal ini yang membuat klien depresi. Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mau melompat dari gedung kampus namun dicegah oleh dosennya. Kemudian dosen klien mengantarkan klien ke pskiatri. Klien awalnya tinggal di Bali kemudian pindah ke Yogyakarta. Klien sebelumnya pernah mencoba menggunakan sabu-sabu dan ganja selama 2 tahun dipadang. Klien mengatakan saat ini karirnya menurun. Tidak bisa melukis seperti biasa. Klien mengatakan kemarin sempat drop selama 2 minggu tidak bisa ngapain-ngapin dan akhirnya teman klien menyarankan untuk periksa kesehatan. Klien mengatakan tidak kontrol rutin. Klien mengatakan saat ini merasa cemas. badan tarasa lemas. 4. Data Fokus a. DO : - Klien tampak cemas - klien tampak gelisah - klien tampak mondar-mandir seperti orang binggung. - Klien mampu diajak komunikasi b. DS : - Klien mengatakan merasa cemas yang berlebihan - klien mengatakan saat ini karirnya turun. - klien mengatakan tidak bisa melukis seperti biasanya. - Klien mengaatakan minum obat tidak sesuai resep dari dokter - Klien mengatakan jika tidak minum obat klien gelisah dan tidak mampu mengontrol dirinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Resiko Bunuh Diri (00250)**
*(SDKI: Risiko Cedera terhadap Diri)*
**Penjelasan Singkat:**
Klien menunjukkan riwayat percobaan bunuh diri (melompat dari gedung), depresi akibat kehilangan ayah, ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan hidup (pindah lokasi, penurunan karir), serta penggunaan zat terlarang (sabu-sabu dan ganja). Gejala saat ini meliputi kecemasan berlebihan, gelisah, dan ketidakpatuhan minum obat.
---
### **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode: 00250 – Risiko Bunuh Diri**
**Definisi:** Kerentanan terhadap tindakan yang dapat mengakhiri hidup sendiri secara disengaja.
**Faktor Risiko pada Klien:**
- Riwayat percobaan bunuh diri.
- Depresi akibat kehilangan signifikan (ayah) dan isolasi sosial.
- Penyalahgunaan zat (sabu-sabu dan ganja).
- Penurunan fungsi sosial dan pekerjaan (tidak bisa melukis).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: 1405 – Perilaku Adaptif terhadap Stres**
**Indikator:**
1. Klien mampu mengidentifikasi pemicu stres (SKP: 1→4).
2. Klien melaporkan penurunan keinginan bunuh diri (SKP: 1→4).
3. Klien menggunakan strategi koping sehat (SKP: 1→4).
*(SKP: Skala Likert 1–4, 1 = tidak pernah, 4 = selalu)*
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: 5270 – Pencegahan Bunuh Diri**
**Intervensi:**
1. **Lakukan kontrak keselamatan** (klien berjanji tidak menyakiti diri).
2. **Pantau tanda-tanda perilaku bunuh diri** (perubahan mood, isolasi).
3. **Kolaborasi dengan psikiater** untuk evaluasi obat antidepresan/ansiolitik.
4. **Terapi kognitif-perilaku** untuk mengatasi distorsi pikiran negatif.
5. **Dukungan sosial** (libatkan teman/dosen dalam pendampingan).
**Kode: 5280 – Manajemen Kecemasan**
**Intervensi:**
1. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam, grounding).
2. Bantu klien mengidentifikasi sumber kecemasan.
3. Anjurkan aktivitas positif (melukis secara bertahap).
---
**Catatan Akademis:**
- **Prioritas:** Risiko bunuh diri memerlukan intervensi segera (kewaspadaan tinggi).
- **Pendekatan Holistik:** Kombinasi terapi farmakologis (obat) dan non-farmakologis (dukungan sosial, terapi seni).
- **Evaluasi:** Pantau kepatuhan minum obat dan perkembangan strategi koping setiap 24 jam.
*(Referensi: PPNI, 2017; SDKI Edisi 4, SLKI-SIKI Edisi 3)*
Format RTF terlampir. -
Article No. 19317 | 05 Jul 2025
Klinis : gangguan nyaman gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan nyaman gatal berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan Gatal (00125)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan iritasi kulit, yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00125
Judul: Gangguan Kenyamanan Gatal
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan iritasi kulit, yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L-06001
Judul: Kenyamanan Kulit
Definisi: Kemampuan individu untuk merasakan, menerima, dan mengontrol sensasi dan iritasi pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I-06001
Judul: Manajemen Gatal
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi sensasi gatal pada kulit.
Secara akademis, sebagai seorang perawat profesional, saya dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi gangguan nyaman gatal pada pasien. Diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang saya paparkan di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 19318 | 05 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 35 tahun, datang kerumah sakit untuk ketiga kalinya. Dokter yang menanganinya mendiagnosa bahwa pasien terserang HIV dan sudah menderita AIDS.Klien mengatakan setelah terdiagnosa penyakit tersebut tidak mau bertemu orang lain, klien mengatakan dirinya tidak lagi berguna, hanya akan menyusahkan keluarga dan memberatkan kerabat sekitarnya, Apakah diagnosa yang tepat terkait kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan meninjau kasus yang Anda berikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Isolasi Sosial (SDKI Kode: 00053)
Definisi: Rentan untuk mengalami keterpisahan yang tidak diinginkan dari hubungan interpersonal yang bermakna serta keterlibatan dalam komunitas.
2. Gangguan Harga Diri (SDKI Kode: 00120)
Definisi: Evaluasi diri yang negatif atau tidak sesuai dengan realita.
Penjelasan:
Pasien ini terdiagnosis dengan HIV dan AIDS, yang dapat menyebabkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Hal ini memicu pasien untuk menarik diri dari interaksi sosial karena merasa tidak berguna dan akan menyusahkan orang lain. Diagnosa Risiko Isolasi Sosial mencerminkan kerentanan pasien untuk mengalami keterpisahan dari hubungan interpersonal yang bermakna.
Selain itu, pasien juga menunjukkan Gangguan Harga Diri, di mana ia menilai dirinya secara negatif dan merasa tidak berharga. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan pasien.
Kode SLKI dan SIKI yang terkait:
- Integrasi Sosial (SLKI Kode: 1707)
- Interaksi Sosial (SIKI Kode: 6450)
- Pengembangan Harga Diri (SLKI Kode: 1708)
- Terapi Harga Diri (SIKI Kode: 6460)
Perawat berperan penting dalam memberikan dukungan emosional, edukasi, dan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosial dan memulihkan harga dirinya. Pendekatan holistik dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya sangat diperlukan dalam memberikan perawatan komprehensif bagi pasien. -
Article No. 19319 | 05 Jul 2025
Klinis : Seorang perempuan 30 tahun Hamil Usia 38 Minggu dengan rencana tindakan SC. Hasil pengkajian didapatkan Klien mengatakan takut akan menghadapi SC, klien tampak gelisah,tegang, dan 2 hari ini mengalami sulit tidur. Frekuensi Nafas 30 x/menit, Nadi 120 x/menit, BAK hari ini sudah 5 kali, jantung berdegup kencang, dan badannya berkeringat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Kecemasan Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan yang Dihadapi
Klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang signifikan, seperti perasaan takut, gelisah, tegang, sulit tidur, frekuensi napas dan denyut nadi yang meningkat, serta keringat berlebih. Hal ini sesuai dengan kriteria SDKI untuk diagnosa keperawatan Kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan
- Tanda-tanda vital klien (frekuensi napas, denyut nadi, dan keringat) kembali normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan klien dan faktor-faktor yang memengaruhinya
- Berikan informasi yang faktual dan spesifik tentang prosedur pembedahan yang akan dilakukan
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau meditasi, untuk membantu klien mengatasi kecemasan
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan ketakutannya secara terbuka
- Berikan dukungan emosional dan dampingi klien selama proses persiapan pembedahan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, psikolog, atau konselor) untuk mendapatkan intervensi tambahan jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Kecemasan Berhubungan Dengan Prosedur Pembedahan yang Dihadapi dipilih karena klien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang signifikan, seperti perasaan takut, gelisah, tegang, sulit tidur, serta perubahan tanda-tanda vital. Luaran yang diharapkan adalah tingkat kecemasan klien dapat terkendali, yang ditandai dengan kemampuan klien mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan tanda-tanda vital yang kembali normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kecemasan, seperti pengkajian, pemberian informasi, pelatihan teknik relaksasi, dukungan emosional, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan. -
Article No. 19320 | 05 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol pada skala nyeri 1-3 dari skala 0-10.
2. Kenyamanan Meningkat: Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda kenyamanan yang meningkat, seperti rileks, tenang, dan dapat beristirahat dengan baik.
3. Kepuasan Terhadap Penanganan Nyeri: Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap penanganan nyeri yang diberikan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri).
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kecemasan, ketakutan, dan stres.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker, fisioterapis, dan lain-lain) untuk menentukan terapi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Lakukan intervensi farmakologis sesuai dengan resep dokter.
- Monitor efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan evaluasi secara berkala.
2. Peningkatan Kenyamanan:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
- Fasilitasi istirahat yang cukup.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi faktor-faktor yang mengganggu kenyamanan, seperti masalah tidur atau gangguan psikologis.
3. Dukungan Emosional:
- Berikan empati dan dukungan emosional kepada pasien.
- Identifikasi dan bantu pasien mengatasi kecemasan, ketakutan, atau stres yang berkaitan dengan nyeri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu nyeri terkontrol, kenyamanan meningkat, dan kepuasan terhadap penanganan nyeri.