Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17373 | 16 May 2025
Klinis : Seorang perempuan, 47 tahun, didiagnosis dengan Diabetes Mellitus tipe 2 sejak tahun 2015. Hasil pengkajian: sering merasa haus, sering buang air kecil, nyeri kepala hilang timbul, kadar gula darah sewaktu 286 mg/dL. Klien mengeluh cepat lelah, tidak teratur minum obat, dan sering mencampur obat herbal dengan obat oral diabetes. Hasil pemeriksaan fisik: tekanan darah 231/121 mmHg, suhu 36,8 °C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Diagnosa ini sesuai dengan keluhan klien yang merasa cepat lelah. Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (00078)
Diagnosa ini sesuai dengan perilaku klien yang tidak teratur minum obat dan mencampur obat herbal dengan obat oral diabetes. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola penyakit atau kondisi kesehatan.
3. Risiko Komplikasi Diabetes (00263)
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi klien yang mengalami diabetes tidak terkontrol, dengan gejala sering merasa haus, sering buang air kecil, dan nyeri kepala. Risiko Komplikasi Diabetes adalah kerentanan terhadap risiko komplikasi akut dan kronis yang berkaitan dengan diabetes.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas (0005)
Luaran ini sesuai dengan diagnosa Intoleransi Aktivitas, dengan tujuan agar klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Manajemen Kesehatan (1813)
Luaran ini sesuai dengan diagnosa Manajemen Kesehatan Tidak Efektif, dengan tujuan agar klien dapat mengelola penyakitnya secara efektif.
3. Kontrol Glikemik (1820)
Luaran ini sesuai dengan diagnosa Risiko Komplikasi Diabetes, dengan tujuan agar klien dapat mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Energi (4220)
Intervensi ini bertujuan untuk membantu klien mengatur penggunaan energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga dapat mencegah kelelahan berlebihan.
2. Edukasi Manajemen Penyakit (5602)
Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klien dalam mengelola penyakitnya, termasuk pentingnya kepatuhan minum obat dan penggunaan obat herbal yang tepat.
3. Pemantauan Glukosa Darah (5640)
Intervensi ini bertujuan untuk memantau kadar gula darah klien secara rutin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, perawat harus memperhatikan kondisi klien secara holistik, membangun komunikasi yang efektif, dan melibatkan klien dalam setiap proses pengambilan keputusan. Perawat juga harus memantau perkembangan klien secara berkala dan melakukan evaluasi untuk menyesuaikan rencana asuhan keperawatan jika diperlukan. -
Article No. 17374 | 16 May 2025
Klinis : Seorang pria, 47 tahun, dengan diagnosa medis Acut Mieloid Leukemia saat ini dirawat di ruang onkologi. Pasien mengeluhkan lemah, lemas, perut terasa sesak, perdarahan pada area gusi sekitar 50 cc per hari, mual, dan muntah 3 kali/hari sebanyak 100 cc, dan bed rest. Pengukuran tanda vital menunjukkan bahwa TD : 100/60 mmHg, respirasi : 20 kali/menit, nadi : 72 kali/menit, suhu : 37,90C. Hasil pengkajian: konjungtiva anemis, kulit pucat, nyeri kepala skala 3 dari 10, mengeluh sulit tidur selama beberapa hari, terlihat mengantuk, kedua mata tampak sayu, kekuatan otot ekstremitas atas 5-5-5-5/5-5-5-5 dan ekstremitas bawah 5-5-5-5/5-5-5-5, semua aktivitas pasien dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin=7,6 g/dL; hematokrit=25 %; Leukosit= 8,05 ribu/L. Pasien direncanakan mendapatkan transfusi PRC 2 kolf. Pasien merasa sedih dan cemas dengan kondisinya saat ini dan merasa penyakitnya saat ini sulit disembuhkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, dan kode berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI Kode: 00092
- Definisi: Keterbatasan pada persiapan, toleransi, atau kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penjelasan: Pasien mengalami kelemahan, kelelahan, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
- SDKI Kode: 00206
- Definisi: Rentan mengalami hilangnya darah, baik dari tempat yang diharapkan (misal luka) maupun tidak diharapkan (misal gusi), yang dapat mengancam kesehatan.
- Penjelasan: Pasien mengalami perdarahan pada area gusi sekitar 50 cc per hari, yang merupakan salah satu gejala dari Akut Mieloid Leukemia.
3. Diagnosa Keperawatan: Mual
- SDKI Kode: 00134
- Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan yang menyebabkan dorongan untuk muntah.
- Penjelasan: Pasien mengalami mual dan muntah sebanyak 3 kali per hari dengan volume 100 cc, yang dapat disebabkan oleh efek samping pengobatan atau penyakit.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI Kode: 00198
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penjelasan: Pasien mengeluhkan sulit tidur selama beberapa hari, yang dapat disebabkan oleh penyakit, efek samping pengobatan, atau kondisi psikologis.
5. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SLKI Kode: 00146
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi ancaman.
- Penjelasan: Pasien merasa sedih dan cemas dengan kondisinya saat ini dan merasa penyakitnya sulit disembuhkan.
6. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SIKI Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penjelasan: Pasien mengeluhkan nyeri kepala skala 3 dari 10, yang mungkin disebabkan oleh penyakit atau efek samping pengobatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan semua diagnosa keperawatan yang relevan dan menyusun rencana perawatan yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik. -
Article No. 17375 | 16 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit pinggang sudah satu tahun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai
Berdasarkan keluhan pasien yaitu sakit pinggang yang sudah berlangsung selama satu tahun, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab:
- Cedera muskuloskeletal kronis
- Ketidakefektifan regimen terapeutik
- Kurang pengetahuan mengenai manajemen nyeri
Gejala dan Tanda:
- Laporan pasien mengenai nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan
- Perubahan pola tidur
- Gangguan aktivitas sehari-hari
- Perubahan gaya hidup
- Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
Diagnosis ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan sakit pinggang selama satu tahun, yang merupakan nyeri kronis.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
Luaran Keperawatan: Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan rasa sakit yang dirasakan.
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
- Pasien menunjukkan peningkatan kualitas tidur
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beradaptasi dengan nyeri kronis
Luaran ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami nyeri kronis, sehingga diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat mengendalikan nyeri yang dirasakan, meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari, dan beradaptasi dengan nyeri kronis.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI)
Untuk mencapai luaran keperawatan "Kontrol Nyeri", diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi terapeutik (fisioterapi, psikologi)
2. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan proses terjadinya nyeri kronis
- Ajarkan strategi manajemen nyeri kronis
- Diskusikan gaya hidup yang dapat mengurangi nyeri
- Berikan informasi mengenai sumber dukungan dan perawatan jangka panjang
3. Peningkatan Koping
- Identifikasi mekanisme koping yang efektif
- Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien
Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk membantu pasien dalam mengendalikan nyeri, meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari, dan beradaptasi dengan kondisi nyeri kronis yang dialaminya. -
Article No. 17376 | 16 May 2025
Klinis : Diagnosis 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai dengan frekuensi napas meningkat, penggunaan otot bantu napas, dan bunyi napas tambahan (ronchi). 2. Hipotermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh menurun, nadi cepat, dan tampak lemah. 3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakefektifan ventilasi ditandai dengan napas cepat dan tampak lemah. buatkan intervensi dari diagnosis diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
1. Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI Kode: 00032
- Definisi: Kemampuan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI Kode: P0301
- Definisi: Kemampuan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat.
- SIKI Kode: P0301
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki pola napas yang tidak efektif.
2. Diagnosis Keperawatan: Hipotermi
- SDKI Kode: 00006
- Definisi: Suhu tubuh di bawah normal karena ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu.
- SLKI Kode: P0302
- Definisi: Suhu tubuh di bawah normal karena ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu.
- SIKI Kode: P0302
- Definisi: Intervensi untuk mengatasi hipotermi.
3. Diagnosis Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI Kode: 00025
- Definisi: Berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI Kode: P0303
- Definisi: Berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat membahayakan kesehatan.
- SIKI Kode: P0303
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- SLKI Kode: P0304
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- SIKI Kode: P0304
- Definisi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Untuk intervensi keperawatan dari masing-masing diagnosis, akan saya lakukan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat. -
Article No. 17377 | 16 May 2025
Klinis : Bayi usia 2 bulan dirawat karena batuk berlendir, sesak nafas dan demam. Hasil pengkajian didapatkan kesadaran compos mentis, suhu 35,7C, nadi 123x/mnt, RR 52/mnt, TB 50cm, BB saat ini 4,1 kg LK 39cm LD 35cm. anak tidak mengalami kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, nafas cepat dan ada pernafasan cuping hidung, mukosa bibir dan mulut lembab, ronchi di paru-paru sebelah kiri. Hasil laboratorium Hb 12,5gr/dl, eritrosit 4,36, leukosit 20,62, terpasang 02 kanul 2 It/mnt carikan diagnosis dan intervensi keperawatannya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai dengan kondisi bayi usia 2 bulan yang dirawat karena batuk berlendir, sesak napas, dan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00033)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengelola secara mandiri ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
Kode SDKI: P-006
2. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
Kode SDKI: G-003
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Kode SDKI: C-005
Intervensi Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00033)
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Fasilitasi batuk efektif dan pengeluaran sekret
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik
- Cegah kelelahan dengan mempertahankan istirahat cukup
2. Hipertermia (00007)
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Lakukan intervensi penurunan suhu (kompres, mandi hangat, dll)
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Dorong asupan cairan yang adekuat
- Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman
3. Risiko Infeksi (00004)
- Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
- Pertahankan teknik aseptik saat perawatan
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Monitor tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, dll)
- Edukasi keluarga terkait pencegahan infeksi
Sebagai perawat profesional, saya akan terus memantau kondisi bayi, melakukan intervensi keperawatan, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal dan pemulihan yang cepat bagi bayi ini. -
Article No. 17378 | 16 May 2025
Klinis : pasien dengan gejala distosia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk pasien dengan gejala distosia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan gejala distosia adalah "Ketidakefektifan Proses Persalinan". Distosia adalah suatu kondisi di mana terjadi hambatan atau kesulitan dalam proses persalinan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan letak janin, kelainan bentuk panggul, atau kontraksi uterus yang tidak adekuat. Kondisi ini dapat mengakibatkan persalinan menjadi tidak efektif dan memerlukan intervensi medis untuk membantu proses kelahiran.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Kemajuan Persalinan: Pasien menunjukkan kemajuan persalinan yang adekuat sesuai dengan fase persalinan.
2. Manajemen Nyeri: Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri yang timbul selama proses persalinan.
3. Adaptasi Psikologis: Pasien dan keluarga menunjukkan adaptasi psikologis yang positif terhadap proses persalinan.
4. Pencegahan Komplikasi: Pasien terbebas dari komplikasi yang dapat timbul akibat distosia, seperti infeksi, perdarahan, atau trauma pada ibu maupun janin.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Kemajuan Persalinan:
- Melakukan pemeriksaan servik secara berkala untuk menilai dilatasi, effacement, dan posisi janin.
- Memantau kontraksi uterus, frekuensi, durasi, dan intensitasnya.
- Mengobservasi tanda-tanda vital ibu dan janin.
2. Manajemen Nyeri:
- Memberikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan resep dokter.
- Mengajarkan teknik-teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Menyediakan lingkungan yang nyaman dan mendukung.
3. Dukungan Psikologis:
- Memberikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga.
- Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk memberikan dukungan.
- Membantu pasien dan keluarga dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan.
4. Pencegahan Komplikasi:
- Melakukan perawatan aseptik dan monitoring tanda-tanda infeksi.
- Memantau tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan segera jika diperlukan.
- Berkoordinasi dengan tim medis untuk intervensi lebih lanjut, seperti tindakan persalinan Caesar, jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien dengan gejala distosia, perawat harus bekerja sama dengan tim medis lainnya untuk memastikan kemajuan persalinan yang efektif, pengelolaan nyeri yang optimal, dukungan psikologis yang memadai, serta pencegahan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, dan berkoordinasi dengan tim medis untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 17379 | 16 May 2025
Klinis : Seorang pria, 47 tahun, dengan diagnosa medis Acut Mieloid Leukemia saat ini dirawat di ruang onkologi. Pasien mengeluhkan lemah, lemas, perut terasa sesak, perdarahan pada area gusi sekitar 50 cc per hari, mual, dan muntah 3 kali/hari sebanyak 100 cc, dan bed rest. Pengukuran tanda vital menunjukkan bahwa TD : 100/60 mmHg, respirasi : 20 kali/menit, nadi : 72 kali/menit, suhu : 37,90C. Hasil pengkajian: konjungtiva anemis, kulit pucat, nyeri kepala skala 3 dari 10, mengeluh sulit tidur selama beberapa hari, terlihat mengantuk, kedua mata tampak sayu, kekuatan otot ekstremitas atas 5-5-5-5/5-5-5-5 dan ekstremitas bawah 5-5-5-5/5-5-5-5, semua aktivitas pasien dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin=7,6 g/dL; hematokrit=25 %; Leukosit= 8,05 ribu/L. Pasien direncanakan mendapatkan transfusi PRC 2 kolf. Pasien merasa sedih dan cemas dengan kondisinya saat ini dan merasa penyakitnya saat ini sulit disembuhkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan (00093)
SDKI: Kelelahan adalah respons subjektif dan objektif terhadap energi yang menurun, yang disertai perasaan tidak mampu untuk melanjutkan fungsi fisik dan mental pada tingkat biasa.
SLKI: Pemulihan Energi
SIKI: Manajemen Kelelahan
2. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan (00964)
SDKI: Perdarahan adalah hilangnya darah dari sistem vaskuler, secara tidak terkendali dan melebihi batas normal.
SLKI: Kontrol Perdarahan
SIKI: Manajemen Perdarahan
3. Diagnosa Keperawatan: Mual (00134)
SDKI: Mual adalah sensasi ketidaknyamanan di daerah epigastrium yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
SLKI: Kontrol Mual
SIKI: Manajemen Mual
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur (00198)
SDKI: Gangguan Pola Tidur adalah perubahan kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan diskomfort.
SLKI: Pemulihan Tidur
SIKI: Manajemen Tidur
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas (00146)
SDKI: Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI: Kontrol Ansietas
SIKI: Manajemen Ansietas
6. Diagnosa Keperawatan: Ketidakberdayaan (00125)
SDKI: Ketidakberdayaan adalah pengalaman subjektif individu bahwa ia tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengubah hasil yang tidak menyenangkan.
SLKI: Pemberdayaan
SIKI: Fasilitasi Pemberdayaan
Kode dan definisi dalam SDKI, SLKI, dan SIKI di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk membantu perawat dalam menentukan, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 17380 | 16 May 2025
Klinis : pasien dengan gejala distosia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang9 Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan gejala \b distosia\b0 :\par
\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan\b0 : \b Gangguan Mobilitas Fisik\b0 (SDKI Code: 00085)\par
\b Penjelasan\b0 : Distosia dapat menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan akibat nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami pasien.\par
\b SLKI\b0 : \i Kemampuan mobilitas fisik meningkat\i0 (SLKI Code: 0201)\par
\b SIKI\b0 : \i Latihan rentang gerak\i0 (SIKI Code: 0204)\par
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan\b0 : \b Nyeri Akut\b0 (SDKI Code: 00132)\par
\b Penjelasan\b0 : Distosia seringkali disertai dengan nyeri hebat akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau adanya hambatan pada jalan lahir.\par
\b SLKI\b0 : \i Tingkat nyeri menurun\i0 (SLKI Code: 0801)\par
\b SIKI\b0 : \i Manajemen nyeri\i0 (SIKI Code: 0804)\par
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan\b0 : \b Ansietas\b0 (SDKI Code: 00146)\par
\b Penjelasan\b0 : Pasien dengan distosia mungkin mengalami kecemasan akibat ketidakpastian kondisi dan proses persalinan yang sulit.\par
\b SLKI\b0 : \i Tingkat ansietas menurun\i0 (SLKI Code: 1301)\par
\b SIKI\b0 : \i Terapi relaksasi\i0 (SIKI Code: 1304)\par
\par
\b 4. Diagnosa Keperawatan\b0 : \b Risiko Infeksi\b0 (SDKI Code: 00004)\par
\b Penjelasan\b0 : Distosia yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko infeksi akibat prosedur invasif atau ruptur membran yang lama.\par
\b SLKI\b0 : \i Tidak terjadi infeksi\i0 (SLKI Code: 1901)\par
\b SIKI\b0 : \i Pencegahan infeksi\i0 (SIKI Code: 1904)\par
\par
\b 5. Diagnosa Keperawatan\b0 : \b Gangguan Eliminasi Urine\b0 (SDKI Code: 00016)\par
\b Penjelasan\b0 : Distosia dapat menyebabkan retensi urine akibat tekanan pada kandung kemih atau efek analgesik.\par
\b SLKI\b0 : \i Eliminasi urine normal\i0 (SLKI Code: 0501)\par
\b SIKI\b0 : \i Manajemen eliminasi urine\i0 (SIKI Code: 0504)\par
\par
Demikian diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien dengan gejala distosia. Semoga informasi ini bermanfaat.\par
} -
Article No. 17381 | 16 May 2025
Klinis : pasien dengan gejala distosia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk pasien dengan \b distosia\b0 , disusun dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:\par
\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Nyeri Akut\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00132)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Distosia (persalinan sulit/lama) menyebabkan nyeri akibat kontraksi uterus intensif, iskemia jaringan, atau trauma jalan lahir. Kriteria mayor: ekspresi wajah kesakitan, gelisah, dan laporan verbal.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Tingkat Nyeri Menurun\ulnone\cf1 (Code: L-04021)\par
Indikator: Skala nyeri ?3, ekspresi wajah rileks, mampu menggunakan teknik non-farmakologis.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Manajemen Nyeri\ulnone\cf1 (Code: I-09023)\par
Intervensi: Ajarkan teknik pernapasan, reposisi maternal, kolaborasi analgesik sesuai protokol obstetri.\par
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Risiko Kelelahan Ibu\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00204)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Prolonged labour meningkatkan risiko deplesi energi. Faktor risiko: durasi persalinan >12 jam, asupan nutrisi tidak adekuat.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Status Energi Membaik\ulnone\cf1 (Code: L-03002)\par
Indikator: Tanda vital stabil, mampu berpartisipasi dalam proses persalinan.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Manajemen Energi\ulnone\cf1 (Code: I-06010)\par
Intervensi: Atur posisi semi-Fowler, berikan cairan IV/nutrisi parenteral, batasi pengunjung.\par
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Ansietas\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00146)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Ansietas terkait persalinan yang tidak progresif. Kriteria: ketakutan akan outcome janin, verbalisasi kekhawatiran.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Koping Efektif\ulnone\cf1 (Code: L-14001)\par
Indikator: Mengajukan pertanyaan relevan, menggunakan teknik relaksasi.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Edukasi Proses Persalinan\ulnone\cf1 (Code: I-05012)\par
Intervensi: Jelaskan perkembangan persalinan secara objektif, dampingi keluarga.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 \par
- Kode mengacu pada \i PPNI Edition 3 (2019)\i0 .\par
- Distosia memerlukan pendekatan holistik dengan mempertimbangkan faktor mekanik (janin/panggul), psikologis, dan intervensi klinis.\par
- Rekomendasi literatur: \i Varney's Midwifery\i0 (edisi terkini) untuk manajemen distosia komprehensif.\par
} -
Article No. 17382 | 16 May 2025
Klinis : Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (34 tahun) dan Ibu W (30 tahun) merupakan keluarga inti yang tinggal di lingkungan perkotaan di sebuah perumahan padat penduduk. Mereka memiliki dua anak, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun (A) dan seorang bayi perempuan berusia 2 minggu (B). Ibu W baru saja melahirkan anak kedua melalui operasi sesar dan sedang dalam masa pemulihan. Bapak T bekerja sebagai pegawai swasta dengan jam kerja yang cukup panjang, sedangkan Ibu W adalah ibu rumah tangga yang sebelumnya berjualan online secara kecil-kecilan. Masalah Utama: Ibu W mengalami kelelahan fisik dan mental setelah persalinan, kurangnya dukungan dalam perawatan bayi baru lahir, dan adanya kecemasan terkait kesejahteraan anak-anaknya. Selain itu, anak pertama (A) menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan regresi perilaku sejak kelahiran adiknya. 2. Identifikasi Data Keluarga - Identitas Kepala Keluarga: - Nama: Bapak T (34 tahun) - Pendidikan: Sarjana Ekonomi - Pekerjaan: Pegawai Swasta (pulang pukul 20.00 setiap hari) - Penghasilan: Cukup untuk kebutuhan pokok namun terbatas untuk biaya tambahan seperti layanan kesehatan dan pembantu. - Istri: - Nama: Ibu W (30 tahun) - Pendidikan: SMA - Pekerjaan: Ibu rumah tangga dan penjual online kecil-kecilan (tidak aktif sejak melahirkan). - Anak: - Anak pertama: A, laki-laki, 5 tahun. - Anak kedua: B, perempuan, 2 minggu. - Kondisi Kesehatan: - Ibu W masih dalam masa pemulihan pasca-operasi sesar. - Bayi B lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 2.200 gram dan perlu pemantauan rutin. - Anak pertama, A, sehat namun mengalami perubahan perilaku (menjadi lebih rewel dan sering mengompol). 3. Data Lingkungan Keluarga - Tempat Tinggal: Rumah kontrakan berukuran 36 m² dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan dapur kecil. Ventilasi terbatas, pencahayaan kurang optimal, dan sering kali pengap. - Kebersihan Lingkungan: Kebersihan rumah cukup baik namun sulit dijaga optimal karena keterbatasan waktu dan energi Ibu W. - Fasilitas Kesehatan: Puskesmas terdekat berjarak 2 km dan dapat dijangkau dengan sepeda motor. Tidak ada klinik 24 jam di sekitar lingkungan mereka. - Sumber Air Bersih: Menggunakan air PDAM namun terkadang berbau kaporit. 4. Pola dan Proses Komunikasi Keluarga - Komunikasi: - Pola komunikasi antara anggota keluarga lebih bersifat satu arah. Bapak T sering memberi instruksi atau nasihat, namun jarang mendengarkan perasaan atau keluhan Ibu W dan anak-anak. - Ibu W lebih banyak berkomunikasi dengan anak pertama, namun komunikasi ini kerap diwarnai dengan nada tinggi karena kondisi lelah. - Anak pertama (A) lebih sering menyendiri dan tampak kurang ingin berkomunikasi. - Proses Komunikasi: Keluarga jarang melakukan diskusi terbuka, terutama saat ada masalah. Isu-isu cenderung ditahan oleh masing-masing anggota keluarga. 5. Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan Keluarga - Pengambil Keputusan Utama: Bapak T memegang peran utama dalam pengambilan keputusan, terutama terkait masalah finansial dan kesehatan anak. - Partisipasi Istri: Ibu W memiliki sedikit kontribusi dalam pengambilan keputusan karena sering dianggap kurang memahami masalah keuangan. - Anak: Tidak dilibatkan dalam keputusan keluarga. 6. Struktur Peran Keluarga - Peran Ayah: Pencari nafkah utama. Namun, jarang berperan dalam perawatan anak dan pekerjaan rumah tangga karena jam kerja yang padat. - Peran Ibu: Mengurus rumah tangga, merawat anak-anak, dan sementara ini bertanggung jawab penuh terhadap perawatan bayi baru lahir. - Peran Anak Pertama (A): Awalnya bermain mandiri, tetapi setelah kelahiran adiknya, cenderung mencari perhatian lebih dan menunjukkan perilaku regresi seperti rewel dan mengompol. - Bayi Baru Lahir (B): Menjadi pusat perhatian keluarga saat ini. 7. Nilai Keluarga - Nilai Utama: Keluarga menghargai kesehatan dan pendidikan anak sebagai prioritas utama. - Kepercayaan: Keluarga percaya bahwa perawatan ibu dan anak baru lahir dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa bantuan pihak ketiga, seperti perawat atau pembantu. - Kesehatan Tradisional: Ibu W sering menggunakan jamu untuk pemulihan pasca-melahirkan. 8. Fungsi Afeksi Keluarga - Hubungan Emosional: Hubungan antara suami-istri mengalami ketegangan akibat beban pekerjaan dan kelelahan fisik. Dukungan emosional dari suami kepada istri masih minim. - Interaksi Orang Tua-Anak: Ibu W memberikan lebih banyak perhatian pada bayi baru lahir, sehingga anak pertama merasa kurang diperhatikan dan menunjukkan kecemburuan. - Ekspresi Kasih Sayang: Terbatas karena situasi lelah dan fokus pada bayi. 9. Fungsi Sosialisasi Keluarga - Lingkungan Sosial: Keluarga jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar akibat kesibukan masing-masing. - Perkembangan Anak: Anak pertama (A) tidak memiliki teman bermain di lingkungan sekitar, sehingga ia lebih banyak bermain sendiri di rumah. - Bayi Baru Lahir: Masih dalam masa adaptasi dengan lingkungan keluarga. 10. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga - Perawatan Ibu Pasca-Melahirkan: Ibu W merawat dirinya sendiri dengan terbatas. Ia hanya rutin minum jamu dan mengonsumsi makanan sederhana. - Perawatan Bayi Baru Lahir: Bayi B mendapat ASI eksklusif, namun karena berat lahir rendah, ia membutuhkan perhatian ekstra seperti kunjungan rutin ke puskesmas untuk memantau pertumbuhannya. - Anak Pertama: Tidak ada masalah kesehatan serius, namun perilaku regresi belum diatasi dengan baik. - Upaya Pencegahan: Keluarga belum memiliki kebiasaan rutin memeriksakan kesehatan secara menyeluruh (general check-up). 11. Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga - Sumber Stres: - Kelelahan fisik dan mental Ibu W. - Tekanan pekerjaan Bapak T. - Perilaku anak pertama yang berubah sejak kelahiran adik. - Kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah. - Strategi Koping: - Ibu W cenderung memendam masalah dan mengatasinya sendiri. - Bapak T fokus pada pekerjaan untuk menghindari konflik di rumah. - Adaptasi Keluarga: - Proses adaptasi masih berlangsung, namun belum optimal. - Dukungan dari keluarga besar tidak ada karena mereka tinggal jauh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan identifikasi keluarga dan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan (00093)
2. Ketidakefektifan Peran (00064)
3. Ansietas (00146)
4. Perubahan Proses Keluarga (00060)
5. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Luaran/Output SLKI:
1. Kelelahan (0007):
- Pemulihan Kelelahan (000703)
- Kontrol Energi (000705)
- Pemeliharaan Kesehatan (000707)
2. Peran Keluarga (2600):
- Fungsi Peran (260001)
- Kepuasan Peran (260002)
- Keseimbangan Peran (260003)
3. Tingkat Kecemasan (1211):
- Kontrol Kecemasan (121105)
- Relaksasi (121108)
- Dukungan Emosional (121101)
4. Stabilitas Keluarga (2602):
- Integrasi Keluarga (260201)
- Komunikasi Keluarga (260202)
- Pengambilan Keputusan Keluarga (260203)
5. Status Nutrisi: Asupan Makanan (1004):
- Asupan Nutrisi: Makanan dan Cairan (100403)
- Kontrol Berat Badan (100410)
- Monitoring Nutrisi (100408)
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Kelelahan (3000):
- Pengaturan Aktivitas (300001)
- Manajemen Energi (300003)
- Terapi Istirahat (300013)
2. Peningkatan Peran (7320):
- Identifikasi Peran (732001)
- Bimbingan Peran (732002)
- Mediasi Anggota Keluarga (732003)
3. Manajemen Kecemasan (5820):
- Psikoterapi (582001)
- Terapi Relaksasi (582005)
- Dukungan Emosional (582008)
4. Fasilitasi Pengambilan Keputusan Keluarga (7370):
- Identifikasi Masalah (737001)
- Fasilitasi Diskusi Keluarga (737002)
- Fasilitasi Konsensus Keluarga (737003)
5. Manajemen Nutrisi (1100):
- Pemantauan Nutrisi (110001)
- Edukasi Nutrisi (110005)
- Manajemen Berat Badan (110007)
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Kelelahan (00093): Diidentifikasi dari Ibu W yang mengalami kelelahan fisik dan mental setelah persalinan.
- Ketidakefektifan Peran (00064): Terlihat dari adanya kesulitan Ibu W dalam merawat bayi baru lahir dan mengasuh anak pertama.
- Ansietas (00146): Terkait adanya kecemasan Ibu W terhadap kesejahteraan anak-anak.
- Perubahan Proses Keluarga (00060): Ditandai oleh adanya perubahan perilaku pada anak pertama (A) setelah kelahiran adiknya.
- Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Berkaitan dengan kondisi Ibu W yang masih dalam masa pemulihan pasca-operasi sesar.
2. Luaran/Output SLKI:
- Pemulihan Kelelahan (000703), Kontrol Energi (000705), Pemeliharaan Kesehatan (000707): Untuk mengatasi masalah kelelahan Ibu W.
- Fungsi Peran (260001), Kepuasan Peran (260002), Keseimbangan Peran (260003): Untuk meningkatkan efektivitas peran Ibu W dalam keluarga.
- Kontrol Kecemasan (121105), Relaksasi (121108), Dukungan Emosional (121101): Untuk mengurangi kecemasan Ibu W terkait kesejahteraan anak-anak.
- Integrasi Keluarga (260201), Komunikasi Keluarga (260202), Pengambilan Keputusan Keluarga (260203): Untuk memperbaiki proses dan stabilitas keluarga.
- Asupan Nutrisi: Makanan dan Cairan (100403), Kontrol Berat Badan (100410), Monitoring Nutrisi (100408): Untuk memastikan keseimbangan nutrisi Ibu W.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Pengaturan Aktivitas (300001), Manajemen Energi (300003), Terapi Istirahat (300013): Untuk memulihkan dan meningkatkan energi Ibu W.
- Identifikasi Peran (732001), Bimbingan Peran (732002), Mediasi Anggota Keluarga (732003): Untuk membantu Ibu W dalam menjalankan perannya secara efektif.
- Psikoterapi (582001), Terapi Relaksasi (582005), Dukungan Emosional (582008): Untuk mengurangi kecemasan Ibu W dan memberikan dukungan emosional.
- Identifikasi Masalah (737001), Fasilitasi Diskusi Keluarga (737002), Fasilitasi Konsensus Keluarga (737003): Untuk memfasilitasi pengambilan keputusan keluarga yang lebih baik.
- Pemantauan Nutrisi (110001), Edukasi Nutrisi (110005), Manajemen Berat Badan (110007): Untuk memastikan keseimbangan nutrisi Ibu W selama masa pemulihan.
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk membantu Ibu W dalam memulihkan kondisi fisik dan mental, meningkatkan efektivitas peran dalam keluarga, mengatasi kecemasan, memperbaiki proses dan stabilitas keluarga, serta memastikan keseimbangan nutrisi. Tujuannya adalah agar keluarga dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi saat ini dan mencapai fungsi keluarga yang optimal.