Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17431 | 17 May 2025
Klinis : pasien wanita 52 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mudah letih dan ada luka pada dorsalis pedis dekstra. pasien mengatakan luka disebabkan karena tertusuk duri saat di ladang. pada saat terkena duri pasien mengatakan tidak berasa, banun luka cepat sekali melebar. luka tampak menghitam, kotor, terdapat pus, dan berbau. saat dilakukan pf pada daerah sekeliling luka, pasien mengatakan sudah tidak merasakan sentuhan perawat. hasil pengkajian didapat dara pasien mengalami poliphagi, polidipsi, poliuri, dan nokturia. pasien juga mengalami gejala kabur untuk melihat. hasil pemeriksaan lab didapat data gds 138 mg/dl, glukosuria +, hba1c 10,6%. pasien mengatakan orangtuanya meninggal 5 tahun lalu dengan riwayat ada luka yang sama seperti pasien sendiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai dengan kasus yang Anda sampaikan, berdasarkan standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**Gangguan Integritas Jaringan: Luka Diabetik pada Dorsalis Pedis Dekstra**
*(Kode SDKI: 00046)*
**Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):**
- **Definisi:** Kerusakan jaringan yang terkait dengan gangguan sirkulasi, neuropati, dan hiperglikemia pada pasien diabetes melitus.
- **Faktor Penyebab:** Neuropati perifer, iskemia jaringan, infeksi bakteri, dan kontrol glikemik yang buruk.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):** *(Kode terkait: 1701 – Penyembuhan Luka)*
- **Kriteria Luaran:**
- Luka menunjukkan tanda granulasi jaringan.
- Penurunan ukuran luka.
- Tidak ada tanda infeksi (pus, bau, eritema).
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):** *(Kode terkait: 3520 – Perawatan Luka)*
- **Intervensi:**
- Lakukan debridemen luka (jika diperlukan).
- Berikan perawatan luka steril dengan balutan sesuai kondisi.
- Pantau tanda infeksi dan perkembangan luka.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
1. **Hiperglikemia** *(Kode SDKI: 00079)*
- **SDKI:** Peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal akibat defisiensi insulin atau resistensi insulin.
- **SLKI (Kode 1401 – Kontrol Glikemik):**
- Kadar gula darah dalam rentang target.
- Tidak ada gejala poliuria, polidipsi, atau polifagi.
- **SIKI (Kode 2120 – Manajemen Diabetes):**
- Edukasi diet diabetik.
- Pantau GDS dan HbA1c.
- Kolaborasi pemberian terapi insulin/OHO.
2. **Gangguan Sensori Persepsi: Penglihatan Kabur** *(Kode SDKI: 00122)*
- **SDKI:** Perubahan ketajaman penglihatan akibat retinopati diabetik atau fluktuasi glukosa.
- **SLKI (Kode 0802 – Fungsi Penglihatan):**
- Pasien dapat mengenali objek dengan jelas.
- **SIKI (Kode 6540 – Proteksi Mata):**
- Anjurkan kontrol rutin ke dokter mata.
- Hindari aktivitas yang memicu peningkatan tekanan intraokular.
3. **Risiko Infeksi** *(Kode SDKI: 00004)*
- **SDKI:** Peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat hiperglikemia dan luka terbuka.
- **SLKI (Kode 1101 – Status Infeksi):**
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik.
- **SIKI (Kode 6540 – Pencegahan Infeksi):**
- Lakukan perawatan luka aseptik.
- Pantau tanda vital (demam, leukositosis).
---
### **Catatan Tambahan**
- **Faktor Risiko Keturunan:** Riwayat orang tua dengan luka diabetik meningkatkan risiko pasien mengalami komplikasi serupa.
- **Prioritas Intervensi:** Fokus pada manajemen luka diabetik dan kontrol glikemik untuk mencegah amputasi atau sepsis.
---
**Referensi:**
- *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3*
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika memerlukan penjelasan lebih lanjut, silakan ditanyakan. -
Article No. 17432 | 17 May 2025
Klinis : pasien wanita 52 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mudah letih dan ada luka pada dorsalis pedis dekstra. pasien mengatakan luka disebabkan karena tertusuk duri saat di ladang. pada saat terkena duri pasien mengatakan tidak berasa, banun luka cepat sekali melebar. luka tampak menghitam, kotor, terdapat pus, dan berbau. saat dilakukan pf pada daerah sekeliling luka, pasien mengatakan sudah tidak merasakan sentuhan perawat. hasil pengkajian didapat dara pasien mengalami poliphagi, polidipsi, poliuri, dan nokturia. pasien juga mengalami gejala kabur untuk melihat. hasil pemeriksaan lab didapat data gds 138 mg/dl, glukosuria +, hba1c 10,6%. pasien mengatakan orangtuanya meninggal 5 tahun lalu dengan riwayat ada luka yang sama seperti pasien sendiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosis keperawatan untuk pasien wanita berusia 52 tahun dengan keluhan mudah letih dan luka pada dorsalis pedis dekstra, serta riwayat diabetes mellitus, sebagai berikut:
1. Risiko Infeksi SDKI: 00004
Definisi: Peningkatan risiko organisme patogen untuk masuk dan berkembang biak, yang dapat mengancam kesehatan.
Kode SIKI: D0001
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami masuknya organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
2. Kerusakan Integritas Kulit SDKI: 00046
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Kode SIKI: K0002
Definisi: Keadaan di mana terjadi kerusakan pada kulit.
3. Perubahan Sensasi Perifer SDKI: 00046
Definisi: Perubahan pada sensasi kulit dan jaringan subjacent.
Kode SIKI: K0003
Definisi: Keadaan di mana terjadi perubahan pada sensasi kulit dan jaringan subjacent.
4. Intoleransi Aktivitas SDKI: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Kode SIKI: K0004
Definisi: Keadaan di mana individu tidak mampu menyelesaikan aktivitas rutin.
5. Gangguan Penglihatan SDKI: 00124
Definisi: Penurunan kemampuan visual yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode SIKI: P0001
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan kemampuan visual yang mengganggu fungsi sehari-hari.
6. Pola Tidur Terganggu SDKI: 00198
Definisi: Gangguan pada kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode SIKI: T0001
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami gangguan pada kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Masing-masing diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar. -
Article No. 17434 | 17 May 2025
Klinis : pasien wanita 52 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mudah letih dan ada luka pada dorsalis pedis dekstra. pasien mengatakan luka disebabkan karena tertusuk duri saat di ladang. pada saat terkena duri pasien mengatakan tidak berasa, banun luka cepat sekali melebar. luka tampak menghitam, kotor, terdapat pus, dan berbau. saat dilakukan pf pada daerah sekeliling luka, pasien mengatakan sudah tidak merasakan sentuhan perawat. hasil pengkajian didapat dara pasien mengalami poliphagi, polidipsi, poliuri, dan nokturia. pasien juga mengalami gejala kabur untuk melihat. hasil pemeriksaan lab didapat data gds 138 mg/dl, glukosuria +, hba1c 10,6%. pasien mengatakan orangtuanya meninggal 5 tahun lalu dengan riwayat ada luka yang sama seperti pasien sendiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan: Luka Diabetik pada Dorsalis Pedis Dekstra** *(Kode: 00046)*
**Definisi:** Kerusakan jaringan yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi perifer dan neuropati diabetik, ditandai dengan luka menghitam, berbau, bernanah, dan hilangnya sensasi di sekitar luka.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Hiperglikemia kronis *(GDS 138 mg/dL, HbA1c 10,6%)*
- Neuropati perifer *(tidak merasakan sentuhan saat palpasi)*
- Infeksi *(pus, bau, luka kotor)*
- Riwayat keluarga diabetes dengan komplikasi luka
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: 1402 – Penyembuhan Luka**
**Indikator:**
- **Luka menunjukkan tanda granulasi (140201)**
- **Berkurangnya ukuran luka (140202)**
- **Tidak ada tanda infeksi (140203)**
- **Nyeri luka berkurang (140204)** *(meskipun pasien tidak merasakan nyeri akibat neuropati, indikator tetap relevan untuk pemantauan klinis)*
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: 3520 – Perawatan Luka**
**Aktivitas:**
- **Membersihkan luka dengan larutan antiseptik (352001)**
- **Debridemen jaringan nekrotik (352002)** *(jika diperlukan)*
- **Memantau tanda infeksi (352003)**
- **Memberikan balutan luka sesuai kondisi (352004)**
**Kode: 5610 – Manajemen Diabetes**
**Aktivitas:**
- **Edukasi kontrol gula darah (561001)**
- **Memantau kadar glukosa darah (561002)**
- **Kolaborasi pemberian insulin/OHO (561003)**
**Kode: 6530 – Manajemen Neuropati Perifer**
**Aktivitas:**
- **Edukasi perawatan kaki diabetik (653001)**
- **Memantau sensasi perifer (653002)**
- **Mencegah trauma berulang (653003)**
---
### **Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (00046)** menggambarkan gangguan integritas jaringan akibat diabetes yang tidak terkontrol, diperburuk oleh neuropati dan infeksi.
2. **SLKI (1402)** menargetkan penyembuhan luka dan pencegahan komplikasi.
3. **SIKI (3520, 5610, 6530)** mencakup perawatan luka, manajemen diabetes, dan pencegahan kerusakan saraf lebih lanjut.
**Catatan Tambahan:**
- Pasien memiliki **risiko tinggi amputasi** jika tidak ditangani dengan tepat.
- Perlu **kolaborasi dengan dokter** untuk terapi antibiotik dan kontrol gula darah.
- **Edukasi perawatan kaki diabetik** sangat penting untuk mencegah luka berulang.
Semoga penjelasan ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan informasi tambahan. -
Article No. 17435 | 17 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh badannya panas sejak 1 hari yang lalu dan pasien mengatakan makan 3 kali sehari tetapi sedikit karena tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) Kode: 00007
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Nafsu Makan
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) Kode: 00002
- Definisi: Penurunan minat atau keinginan untuk makan.
3. Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Kode: 00027
- Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Penjelasan singkat:
1. Hipertermia (SDKI Kode: 00007)
- Kondisi di mana suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya.
- Tanda dan gejala dapat meliputi rasa panas pada tubuh, kulit kemerahan, dan peningkatan suhu tubuh.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan, dan penanganan penyebab hipertermia.
2. Penurunan Nafsu Makan (SLKI Kode: 00002)
- Kondisi di mana pasien mengalami penurunan minat atau keinginan untuk makan.
- Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, depresi, atau efek samping pengobatan.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi identifikasi penyebab, pemberian makanan dalam porsi kecil, dan upaya meningkatkan nafsu makan.
3. Kekurangan Volume Cairan (SIKI Kode: 00027)
- Kondisi di mana pasien mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan, asupan cairan yang tidak adekuat, atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda dehidrasi, pemberian cairan, dan pengaturan asupan cairan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 17436 | 17 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh badannya panas sejak 1 hari yang lalu dan pasien mengatakan makan 3 kali sehari tetapi sedikit karena tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
---
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode: D.0019** – **Hipertermia**
**Definisi**: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (36,5–37,5°C) akibat ketidakseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.
**Faktor yang Berhubungan**:
- Proses infeksi (misalnya: demam).
- Penurunan asupan cairan/nutrisi (pasien makan sedikit karena tidak nafsu makan).
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: L.14001** – **Keseimbangan Suhu Tubuh**
**Kriteria Luaran**:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5–37,5°C).
2. Kulit teraba hangat tanpa kemerahan atau berkeringat berlebihan.
3. Pasien melaporkan tidak merasa panas atau menggigil.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: I.11020** – **Manajemen Hipertermia**
**Intervensi Utama**:
1. **Pantau suhu tubuh** setiap 2–4 jam atau sesuai kebutuhan.
2. **Berikan kompres hangat/dingin** pada area lipatan tubuh (aksila, leher, selangkangan).
3. **Anjurkan asupan cairan** yang adekuat (minimal 1,5–2 L/hari) untuk mencegah dehidrasi.
4. **Kolaborasi pemberian antipiretik** (jika diperlukan sesuai resep dokter).
**Kode: I.11010** – **Manajemen Nutrisi**
**Intervensi Tambahan**:
1. **Anjurkan makan sedikit tapi sering** (small frequent meals) untuk meningkatkan asupan nutrisi.
2. **Sajikan makanan dalam porsi kecil** dengan tampilan menarik untuk merangsang nafsu makan.
---
### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (D.0019)**: Diagnosis ini dipilih karena pasien mengalami peningkatan suhu tubuh (badan panas) dan penurunan nafsu makan, yang dapat memengaruhi status hidrasi dan nutrisi.
2. **SLKI (L.14001)**: Luaran yang diharapkan adalah stabilisasi suhu tubuh dan perbaikan gejala terkait.
3. **SIKI (I.11020 & I.11010)**: Intervensi difokuskan pada penurunan suhu tubuh dan optimalisasi asupan nutrisi.
---
### **Catatan Akademis**
- **Evidence-Based Practice**: Kompres hangat lebih direkomendasikan daripada kompres dingin untuk menghindari vasokonstriksi yang dapat menghambat pelepasan panas (WHO, 2020).
- **Persona Pakar**: Perawat perlu mempertimbangkan penyebab dasar hipertermia (misalnya infeksi) dan melakukan pengkajian lebih lanjut (misalnya pemeriksaan laboratorium).
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat digunakan dalam dokumentasi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan (ASKEP). -
Article No. 17437 | 17 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh badannya panas sejak 1 hari yang lalu dan pasien mengatakan makan 3 kali sehari tetapi sedikit karena tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya paparkan secara rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu keluhan badan panas sejak 1 hari yang lalu serta nafsu makan yang menurun, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
Batasan karakteristik: Peningkatan suhu tubuh, sensasi panas, menggigil, kulit kemerahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Temperatur tubuh dalam batas normal (00001)
Definisi: Pemeliharaan suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
- Kulit berwarna normal
- Tidak ada keluhan rasa panas
2. Peningkatan Nafsu Makan (00002)
Definisi: Peningkatan keinginan untuk makan.
Kriteria hasil:
- Makan 3 kali sehari dengan porsi yang cukup
- Tidak ada keluhan penurunan nafsu makan
- Berat badan stabil atau meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Hipertermia (4612)
Tindakan:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui kompres dingin, pemberian obat penurun demam, dll.
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Tingkatkan asupan cairan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai penanganan demam
2. Peningkatan Nafsu Makan (1240)
Tindakan:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan nafsu makan
- Tingkatkan asupan makanan dan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan makanan yang disukai pasien dan sesuai dengan kondisinya
- Libatkan keluarga dalam penyediaan dan pemberian makan
- Berikan dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi makan
- Pantau berat badan dan asupan nutrisi secara berkala
Penjelasan di atas memaparkan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien yang mengalami hipertermia dan penurunan nafsu makan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. -
Article No. 17438 | 17 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh badannya panas sejak 1 hari yang laludengan suhu 38,7 dan badan pegal pegal dan pasien mengatakan makan 3 kali sehari tetapi sedikit karena tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Hipertermia (SDKI: 00007)**
*Definisi:* Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (?38°C) akibat ketidakseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.
#### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode SLKI 1401**: Suhu tubuh dalam rentang normal (*Tercapai jika suhu 36,5–37,5°C*).
- **Kode SLKI 1403**: Nyeri terkontrol (*Tercapai jika skala nyeri ?3 pada skala 0–10*).
- **Kode SLKI 1301**: Asupan nutrisi adekuat (*Tercapai jika pasien mampu menghabiskan ?80% porsi makan*).
#### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode SIKI 2620**: *Manajemen Hipertermia*
- Monitor suhu tubuh setiap 2–4 jam.
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai protokol.
- Anjurkan asupan cairan adekuat.
- **Kode SIKI 3520**: *Manajemen Nyeri*
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan.
- **Kode SIKI 2410**: *Dukungan Nutrisi*
- Tawarkan makanan kecil frekuensi sering.
- Fasilitasi lingkungan makan nyaman.
---
### **Penjelasan Singkat**
1. **Hipertermia (SDKI 00007)** dipilih karena pasien demam (38,7°C) dan keluhan pegal (gejala inflamasi).
2. **SLKI** fokus pada luaran: normalisasi suhu, pengurangan nyeri, dan peningkatan asupan nutrisi.
3. **SIKI** mencakup intervensi spesifik seperti manajemen suhu, nyeri, dan nutrisi berbasis evidence-based.
*Catatan:* Jika pasien menunjukkan tanda dehidrasi atau infeksi berat, tambahkan diagnosa **Risiko Defisit Volume Cairan (SDKI 00027)** atau **Infeksi (SDKI 00019)*.
Format ini memenuhi kriteria *akademis* dan *pakar* dengan referensi standar PPNI. -
Article No. 17439 | 17 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh badannya panas sejak 1 hari yang laludengan suhu 38,7 dan badan pegal pegal dan pasien mengatakan makan 3 kali sehari tetapi sedikit karena tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
Karakteristik Definitif:
- Peningkatan suhu tubuh di atas 38°C
- Kulit hangat dan kering
- Menggigil
Faktor yang Berhubungan:
- Infeksi
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
Pengendalian Suhu (0800)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Indikator:
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
- Pasien melaporkan tidak ada perasaan panas atau dingin yang tidak nyaman
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah:
1. Pemantauan Suhu (3900)
- Pantau suhu tubuh pasien secara berkala
- Catat tren suhu tubuh pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi suhu tubuh
2. Manajemen Demam (3740)
- Berikan kompres hangat pada tubuh pasien untuk menurunkan suhu
- Berikan obat antipiretik sesuai dengan resep
- Tingkatkan asupan cairan pasien
- Anjurkan pasien untuk beristirahat
3. Manajemen Nutrisi (1100)
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Berikan makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan pasien
- Pantau asupan dan output cairan pasien
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pengendalian suhu tubuh dalam rentang normal dan perbaikan status nutrisi. -
Article No. 17440 | 17 May 2025
Klinis : lemah pada tubuh bagian kanan, bibir perot, pendengaran kurang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Gangguan Neuromuskular (Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang disengaja, terkendali, dan terkoordinasi.
Karakteristik Definitif:
- Kelemahan atau paralisis pada bagian tubuh tertentu (dalam kasus ini, tubuh bagian kanan)
- Keterbatasan rentang gerak
- Perubahan tonus otot
2. Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Neuropati Saraf Kranial (Kode: 00051)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk menerima, memproses, transmisi, dan/atau produksi bahasa verbal.
Karakteristik Definitif:
- Keterbatasan dalam kemampuan bicara (dalam kasus ini, bibir perot)
- Kesulitan dalam memahami percakapan
3. Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran Terkait Kelainan Sistem Saraf (Kode: 00122)
Definisi: Perubahan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, dan/atau menginterpretasikan stimulus sensorik.
Karakteristik Definitif:
- Penurunan kemampuan pendengaran
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Meningkat (Kode: 0208)
Indikator:
- Kekuatan otot meningkat
- Rentang gerak sendi meningkat
- Koordinasi gerak meningkat
2. Komunikasi Verbal Membaik (Kode: 0902)
Indikator:
- Kemampuan berbicara meningkat
- Kemampuan mengekspresikan kebutuhan meningkat
- Kemampuan memahami orang lain meningkat
3. Pendengaran Membaik (Kode: 0910)
Indikator:
- Kemampuan mendengar meningkat
- Kemampuan menerima pesan verbal meningkat
- Kemampuan menginterpretasikan pesan verbal meningkat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
- Latihan Rentang Gerak (Kode: 0224)
- Latihan Otot (Kode: 0226)
- Manajemen Aktivitas (Kode: 0200)
2. Intervensi untuk Gangguan Komunikasi Verbal:
- Terapi Wicara (Kode: 4310)
- Komunikasi: Bantuan Alat (Kode: 4976)
- Manajemen Komunikasi (Kode: 4972)
3. Intervensi untuk Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran:
- Terapi Sensori: Pendengaran (Kode: 3580)
- Manajemen Lingkungan: Pendengaran (Kode: 6482)
- Peningkatan Komunikasi: Pendengaran (Kode: 4976)
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Gangguan Neuromuskular: Kelemahan atau paralisis pada tubuh bagian kanan menunjukkan adanya gangguan neuromuskular yang mempengaruhi mobilitas.
- Gangguan Komunikasi Verbal Terkait Neuropati Saraf Kranial: Bibir perot mengindikasikan adanya gangguan pada saraf kranial yang mengendalikan fungsi bicara.
- Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran Terkait Kelainan Sistem Saraf: Penurunan pendengaran mungkin disebabkan oleh kelainan pada sistem saraf yang terlibat dalam proses pendengaran.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Mobilitas Fisik Meningkat: Diharapkan pasien dapat meningkatkan kekuatan otot, rentang gerak sendi, dan koordinasi gerak yang terganggu akibat gangguan neuromuskular.
- Komunikasi Verbal Membaik: Diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan berbicara, mengekspresikan kebutuhan, dan memahami orang lain yang terganggu akibat neuropati saraf kranial.
- Pendengaran Membaik: Diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan mendengar, menerima pesan verbal, dan menginterpretasikan pesan verbal yang terganggu akibat kelainan pada sistem saraf.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Latihan Rentang Gerak, Latihan Otot, dan Manajemen Aktivitas untuk meningkatkan mobilitas fisik.
- Terapi Wicara, Komunikasi: Bantuan Alat, dan Manajemen Komunikasi untuk meningkatkan komunikasi verbal.
- Terapi Sensori: Pendengaran, Manajemen Lingkungan: Pendengaran, dan Peningkatan Komunikasi: Pendengaran untuk meningkatkan pendengaran.
Setiap intervensi keperawatan ini akan dirancang secara spesifik untuk membantu pasien mencapai tujuan luaran yang diharapkan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien dan best practice dalam praktik keperawatan. -
Article No. 17441 | 17 May 2025
Klinis : lemah pada tubuh bagian kanan, bibir perot, pendengaran kurang riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak, dan koordinasi otot.
- Tanda dan Gejala: Lemah pada tubuh bagian kanan, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Faktor yang Berhubungan: Riwayat stroke.
2. Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan menerima, mengorganisasi, menafsirkan, dan merespons stimulasi auditori.
- Tanda dan Gejala: Pendengaran kurang.
- Faktor yang Berhubungan: Riwayat stroke.
3. Gangguan Komunikasi Verbal
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan mengungkapkan pesan verbal.
- Tanda dan Gejala: Bibir perot, kesulitan berbicara.
- Faktor yang Berhubungan: Riwayat stroke.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien dapat meningkatkan kekuatan, rentang gerak, dan koordinasi otot.
- Klien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
2. Sensori Persepsi: Pendengaran Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, menafsirkan, dan merespons stimulasi auditori.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat mendengar dengan baik.
- Klien dapat berpartisipasi dalam komunikasi verbal.
- Klien dapat menggunakan alat bantu pendengaran jika diperlukan.
3. Komunikasi Verbal Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk mengungkapkan pesan verbal secara efektif.
- Kriteria Hasil:
- Klien dapat berbicara dengan jelas.
- Klien dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Aktivitas Fisik
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan, rentang gerak, dan koordinasi otot.
- Tindakan:
- Latihan pergerakan ekstremitas atas dan bawah.
- Latihan keseimbangan dan koordinasi.
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi.
2. Manajemen Sensori
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menerima, mengorganisasi, menafsirkan, dan merespons stimulasi auditori.
- Tindakan:
- Evaluasi fungsi pendengaran.
- Edukasi penggunaan alat bantu pendengaran.
- Kolaborasi dengan terapi wicara.
3. Komunikasi
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan pesan verbal secara efektif.
- Tindakan:
- Latihan artikulasi dan fonasi.
- Edukasi penggunaan alat bantu komunikasi.
- Kolaborasi dengan terapi wicara.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu lemah pada tubuh bagian kanan, bibir perot, dan riwayat stroke, dapat diidentifikasi tiga diagnosa keperawatan utama, yaitu Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran, dan Gangguan Komunikasi Verbal. Setiap diagnosa tersebut memiliki definisi, tanda dan gejala, serta faktor yang berhubungan sesuai dengan SDKI.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI) dirancang untuk mencapai tujuan penatalaksanaan setiap diagnosa keperawatan. Untuk Gangguan Mobilitas Fisik, luaran yang diharapkan adalah Mobilitas Fisik Meningkat, dengan kriteria hasil seperti kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, peningkatan kekuatan, rentang gerak, dan koordinasi otot, serta partisipasi dalam program rehabilitasi. Untuk Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran, luaran yang diharapkan adalah Sensori Persepsi: Pendengaran Membaik, dengan kriteria hasil seperti kemampuan mendengar dengan baik, berpartisipasi dalam komunikasi verbal, dan penggunaan alat bantu pendengaran. Untuk Gangguan Komunikasi Verbal, luaran yang diharapkan adalah Komunikasi Verbal Membaik, dengan kriteria hasil seperti kemampuan berbicara dengan jelas, berkomunikasi efektif dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup tindakan-tindakan spesifik untuk setiap diagnosa keperawatan. Untuk Gangguan Mobilitas Fisik, intervensi yang diperlukan adalah Aktivitas Fisik, seperti latihan pergerakan ekstremitas, latihan keseimbangan dan koordinasi, serta kolaborasi dengan tim rehabilitasi. Untuk Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran, intervensi yang diperlukan adalah Manajemen Sensori, seperti evaluasi fungsi pendengaran, edukasi penggunaan alat bantu pendengaran, dan kolaborasi dengan terapi wicara. Untuk Gangguan Komunikasi Verbal, intervensi yang diperlukan adalah Komunikasi, seperti latihan artikulasi dan fonasi, edukasi penggunaan alat bantu komunikasi, dan kolaborasi dengan terapi wicara.
Penatalaksanaan yang komprehensif, termasuk diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien dengan kondisi seperti yang diberikan.