Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17507 | 18 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 55 tahun dirawat di RS dengan stroke iskemik. Hasil pengkajian: afasia, hemiplegi kiri, tonus otot ekstremitas kiri 2, tidak bisa mengangkat bahu, menjulurkan lidah. Tidak BAB sejak 3 hari lalu. GCS 12 (E3V4M5), TD 190/100 mmHg, nadi 93x/menit, suhu 36,3 °C, RR 22x/menit. Lab: gula darah puasa 180 mg/dL, kolesterol 211 mg/dL, HDL 33 mg/dL, LDL 140,8 mg/dL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran atau output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kasus seorang laki-laki 55 tahun dengan stroke iskemik.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan kelemahan otot, penurunan koordinasi dan kontrol motorik akibat stroke iskemik.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan muntah akibat afasia.
3. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik, perubahan pola diet, dan keterbatasan mobilitas akibat stroke iskemik.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan oklusi pembuluh darah otak akibat stroke iskemik.
5. Risiko Jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan gangguan keseimbangan akibat hemiplegi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik Membaik: Pasien dapat bergerak secara mandiri atau dengan bantuan minimal, aktivitas fungsional meningkat, tidak ada komplikasi terkait imobilitas.
2. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien dapat batuk dan bernapas dengan lancar, menggunakan teknik napas dalam, dan sekresi jalan napas minimal.
3. Bebas Konstipasi: Pasien dapat buang air besar secara regular tanpa bantuan, tidak mengalami distensi abdomen atau gejala lain.
4. Perfusi Serebral Membaik: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda penurunan aliran darah otak.
5. Bebas Risiko Jatuh: Pasien tidak mengalami jatuh selama perawatan, dapat bergerak dengan aman dan stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Fasilitasi latihan ROM aktif dan pasif untuk ekstremitas kiri
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
- Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi dan latihan
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Auskultasi suara napas dan suction sputum jika perlu
- Latih teknik batuk efektif dan napas dalam
- Kolaborasi dengan terapi respirasi untuk intervensi tambahan
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
3. Risiko Konstipasi:
- Evaluasi pola defekasi dan riwayat konstipasi
- Berikan intake cairan dan makanan berserat yang cukup
- Berikan laksatif atau supositoria sesuai indikasi
- Stimulasi taktil pada abdomen dan latihan mobilisasi
4. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral:
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan obat-obatan antihipertensi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya kontrol tekanan darah
5. Risiko Jatuh:
- Lakukan asesmen risiko jatuh secara komprehensif
- Sediakan alat bantu mobilisasi yang sesuai
- Terapkan pencegahan jatuh seperti pemberian pagar di sisi tempat tidur
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan stroke iskemik. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 17508 | 18 May 2025
Klinis : Retinoblastoma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Pola Nafas
Kode SDKI: 00033
Definisi: Berisiko mengalami gangguan pada mekanisme yang mengatur ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit
Kode SDKI: 00047
Definisi: Berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit.
3. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Kode SDKI: 00179
Definisi: Berisiko mengalami fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
4. Risiko Ketidakefektifan Pola Tidur
Kode SDKI: 00198
Definisi: Berisiko mengalami gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang mengakibatkan ketidaknyamanan atau disfungsi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI membantu perawat dalam mengidentifikasi dan mengelola masalah kesehatan pasien secara sistematis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SLKI membantu perawat dalam menetapkan dan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SIKI membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan pasien.
Dalam konteks retinoblastoma, diagnosa keperawatan yang telah disebutkan di atas dapat membantu perawat dalam mengelola risiko dan masalah kesehatan yang mungkin timbul pada pasien dengan kondisi tersebut, seperti risiko gangguan pernafasan, risiko gangguan integritas kulit, risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan risiko ketidakefektifan pola tidur. -
Article No. 17509 | 18 May 2025
Klinis : Kalo SLKI nya presepsi sensori SIKI nya apa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai gangguan persepsi sensori (SLKI) yang menyebabkan gangguan mental (SIKI). Untuk kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur ICD-9-CM yang sesuai, berikut adalah penjelasannya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F29
- Deskripsi: Gangguan psikotik tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.24
- Deskripsi: Terapi psikofarmakologi, tidak di tempat lain diklasifikasikan
Penjelasan:
- Kode ICD-10 F29 (Gangguan psikotik tidak spesifik) mencakup diagnosis yang sesuai dengan kondisi ini, yaitu gangguan persepsi sensori yang menyebabkan gangguan mental atau psikotik.
- Kode ICD-9-CM 94.24 (Terapi psikofarmakologi) dapat digunakan jika pasien memerlukan intervensi farmakologis untuk mengelola gejala psikotik yang timbul akibat gangguan persepsi sensori.
- Dalam praktik klinis, evaluasi yang menyeluruh dan pemeriksaan medis yang lengkap diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat dan menentukan tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 17510 | 18 May 2025
Klinis : Kalo SLKI nya presepsi sensori SIKI nya apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi: Presepsi Sensori
Berdasarkan Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi presepsi sensori adalah:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Penglihatan
2. Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran
3. Gangguan Sensori Persepsi: Kinestetik
4. Gangguan Sensori Persepsi: Perabaan
Masing-masing diagnosa keperawatan ini mencakup perubahan dalam persepsi sensorik yang dialami oleh pasien, yang dapat mempengaruhi kemampuannya dalam menerima, menginterpretasi, dan merespons stimulus sensorik dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Sensori Persepsi: Penglihatan
2. Pemulihan Sensori Persepsi: Pendengaran
3. Pemulihan Sensori Persepsi: Kinestetik
4. Pemulihan Sensori Persepsi: Perabaan
Masing-masing luaran ini mencakup pemulihan kemampuan pasien dalam menerima, menginterpretasi, dan merespons stimulus sensorik dengan tepat, sehingga dapat kembali berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Sensori Persepsi: Penglihatan
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi visual
- Implementasi terapi stimulasi visual
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan mata
2. Manajemen Sensori Persepsi: Pendengaran
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi auditori
- Implementasi terapi stimulasi auditori
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan telinga
3. Manajemen Sensori Persepsi: Kinestetik
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kinestetik
- Implementasi terapi stimulasi kinestetik
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai latihan gerak dan aktivitas
4. Manajemen Sensori Persepsi: Perabaan
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi taktil
- Implementasi terapi stimulasi taktil
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan kulit dan sentuhan
Masing-masing intervensi keperawatan ini bertujuan untuk memulihkan fungsi sensorik pasien, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 17408 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipertensi pulmonal, ditandai dengan sesak saat beraktivitas, frekuensi napas 24 x/menit.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipertensi pulmonal, ditandai dengan pasien mengeluh cepat lelah saat beraktivitas.
3. Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan dengan hipertensi pulmonal, ditandai dengan pembesaran vena jugularis (+) dan bunyi jantung S2 tajam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi napas 12-20 x/menit, irama napas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Perfusi jaringan kardiopulmonal membaik, ditandai dengan penurunan tekanan darah pulmonal, penurunan pembesaran vena jugularis, dan bunyi jantung normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas, meliputi:
a. Memantau pola napas dan status oksigenasi.
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Mengajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif.
2. Manajemen aktivitas, meliputi:
a. Mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan.
b. Mengatur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
c. Mengajarkan teknik penghematan energi.
3. Manajemen perfusi, meliputi:
a. Memantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik.
b. Mengkaji adanya edema dan pembesaran vena jugularis.
c. Memberikan terapi farmakologi sesuai indikasi (diuretik, vasodilator, antikoagulan, dll).
d. Mengajarkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah pulmonal.
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Ketidakefektifan pola napas: Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan penurunan compliance paru dan peningkatan resistensi saluran napas, sehingga menyebabkan sesak saat beraktivitas.
b. Intoleransi aktivitas: Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan peningkatan afterload jantung kanan, sehingga menurunkan cardiac output dan menimbulkan kelelahan saat beraktivitas.
c. Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal: Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan, pembesaran vena jugularis, dan bunyi jantung S2 tajam akibat peningkatan tekanan darah pulmonal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pola napas efektif: Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
b. Toleransi aktivitas meningkat: Menunjukkan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan berlebihan.
c. Perfusi jaringan kardiopulmonal membaik: Menunjukkan penurunan tekanan darah pulmonal dan perbaikan fungsi kardiovaskular.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen jalan napas: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
b. Manajemen aktivitas: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien dengan hipertensi pulmonal.
c. Manajemen perfusi: Intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan kardiopulmonal dan menurunkan tekanan darah pulmonal.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami pengelolaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi pulmonal. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 17409 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan kode serta definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (10019)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10019
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Pemulihan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 10001
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan dalam mengatasi diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan hipertensi pulmonal mengalami peningkatan tekanan darah di pembuluh darah paru-paru, yang dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan pembesaran ventrikel kanan jantung. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas, yang menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat kondisi medisnya. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah membantu meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, latihan fisik, dan manajemen energi. -
Article No. 17410 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus pasien dengan **hipertensi pulmonal**:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Pertukaran Gas (00030)**
**Definisi**: Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler.
**Faktor Penyebab (Etiologi)**:
- Peningkatan tekanan arteri pulmonal (hipertrofi ventrikel kanan).
- Penurunan compliance paru (sesak napas saat aktivitas).
- Peningkatan afterload jantung (pembesaran vena jugularis, bunyi jantung S2 tajam).
**Tanda/Kriteria Mayor**:
- Sesak napas (RR 24x/menit).
- Cepat lelah.
- Hipoksemia (TD 110/70 mmHg, nadi 56x/menit).
---
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: L.0401** – **Peningkatan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi**:
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20x/menit).
2. Saturasi O? ?95% pada udara ruangan.
3. Tidak ada keluhan sesak atau kelelahan saat aktivitas ringan.
4. Tekanan darah stabil sesuai kondisi pasien.
---
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: I.09039** – **Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama**:
1. **Monitor saturasi O? dan tanda vital** (setiap 2–4 jam).
2. **Posisikan semi-Fowler** untuk optimalkan ventilasi.
3. **Berikan oksigen tambahan** sesuai indikasi (target SpO? ?90%).
4. **Edukasi teknik pernapasan diafragma** untuk mengurangi kerja napas.
5. **Kolaborasi pemberian terapi farmakologi** (vasodilator, diuretik).
**Kode: I.09025** – **Manajemen Aktivitas**
**Intervensi**:
1. Anjurkan istirahat antaraktivitas.
2. Batasi aktivitas berat untuk mencegah kelelahan.
3. Ajarkan pacing activity (penjadwalan aktivitas bertahap).
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (00030)**: Fokus pada gangguan pertukaran gas akibat peningkatan tekanan pulmonal dan beban ventrikel kanan.
- **SLKI (L.0401)**: Target luaran adalah stabilisasi oksigenasi dan toleransi aktivitas.
- **SIKI (I.09039 & I.09025)**: Intervensi gabungan manajemen jalan napas dan adaptasi aktivitas untuk mengurangi gejala.
**Catatan**: Perlu pemantauan ketat terhadap tanda gagal jantung kanan (edema tungkai, ascites) dan evaluasi respons terapi.
---
*Referensi: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi 4 PPNI (2020).*
Format **RTF** dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 17411 | 17 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 33 tahun datang ke RS dengan hipertensi pulmonal. Hasil pengkajian, pasien mengeluh cepat lelah, sesak saat beraktivitas, TD 110/70 mmHg, RR 24×/menit, nadi 56×/menit, pembesaran vena jugularis (+), bunyi jantung S2 tajam. Hasil EKG: hipertrofi ventrikel kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk kasus pasien dengan **hipertensi pulmonal**, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas** *(SDKI Code: 00030)*
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada tingkat alveolar-kapiler akibat peningkatan tekanan arteri pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan penurunan curah jantung.
**Data Pendukung:**
- Sesak saat beraktivitas (dispnea exertional)
- RR 24×/menit (takipnea)
- Bunyi jantung S2 tajam (peningkatan tekanan arteri pulmonal)
- Hipertrofi ventrikel kanan pada EKG
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas** *(SLKI Code: 0301)*
**Kriteria Evaluasi:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20×/menit)
- Saturasi oksigen ?95%
- Penurunan dispnea saat aktivitas
- Tidak ada tanda hipoksia (sianosis, gelisah)
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas** *(SIKI Code: 3180)*
**Tindakan:**
- Monitor saturasi oksigen dan tanda vital (TD, nadi, RR) secara berkala.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi (target SpO? ?90%).
- Posisikan pasien semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragma untuk mengurangi kerja napas.
**Manajemen Aktivitas** *(SIKI Code: 0840)*
**Tindakan:**
- Anjurkan istirahat antara aktivitas untuk mencegah kelelahan.
- Batasi aktivitas berat sesuai toleransi.
- Pantau respons kardiovaskuler (nadi, TD) sebelum/sesudah aktivitas.
---
### **4. Diagnosa Tambahan (Jika Diperlukan):**
**Intoleransi Aktivitas** *(SDKI Code: 00092)*
**Definisi:**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik secara adekuat akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**SLKI:** Peningkatan Toleransi Aktivitas *(SLKI Code: 0403)*
**SIKI:** Dukungan Aktivitas *(SIKI Code: 0841)*
---
### **Catatan Akademis:**
- **Hipertensi pulmonal** menyebabkan peningkatan afterload ventrikel kanan, mengakibatkan hipertrofi dan gagal jantung kanan (cor pulmonale).
- **Pembesaran vena jugularis** dan **S2 tajam** adalah tanda klasik hipertensi pulmonal.
- **Bradikardia (nadi 56×/menit)** mungkin terkait kompensasi atau efek obat (mis: beta-blocker).
Semua intervensi harus didokumentasikan secara **SOAP** dan dievaluasi setiap **24 jam** atau sesuai kondisi pasien.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5, PPNI (2022)*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 4, PPNI (2022)*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 4, PPNI (2022)*
---
*Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis.* -
Article No. 17412 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data objektif (DO) dan data subjektif (DS) yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan (Kode: 00027)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi jumlah asupan, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi yang Memadai (Kode: 00013)
2. Keseimbangan Cairan (Kode: 00104)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (Kode: 80048)
2. Manajemen Mual dan Muntah (Kode: 80063)
Berdasarkan data yang Anda berikan, pasien mengalami gejala lemas, pucat, dan mual muntah yang berlebihan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami defisit volume cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, serta manajemen mual dan muntah untuk mengatasi gejala tersebut. -
Article No. 17413 | 17 May 2025
Klinis : DO: Pasien nampak lemas dan pucat Ds: Pasien mengatakan lemas dan kurang nafsu makan, pasien tidak minat untuk makan apapun. Pasien mual dan muntah lebih dari 10x. pasien memiliki riwayat koleliatisis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis koleliatisis (batu empedu) dengan komplikasi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K80.2
- Deskripsi: Kolelitasis dengan kolecistitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 51.23
- Deskripsi: Kolecistektomi laparoskopis
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan gejala-gejala yang khas dengan kolelitasis, yaitu rasa lemah, kurang nafsu makan, mual, dan muntah berulang. Riwayat koleli atisis (batu empedu) yang dimiliki pasien mengarahkan pada diagnosis kolelitasis dengan komplikasi kolecistitis akut.
Kode ICD-10 K80.2 (Kolelitasis dengan kolecistitis akut) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami batu empedu dengan inflamasi kandung empedu (kolecistitis akut). Gejala mual, muntah, dan kurang nafsu makan yang disertai riwayat koleli atisis mengarah pada diagnosis ini.
Jika diperlukan tindakan medis, kode ICD-9-CM 51.23 (Kolecistektomi laparoskopis) dapat digunakan untuk prosedur pengangkatan kandung empedu secara laparoskopik. Prosedur ini sering dilakukan untuk mengatasi komplikasi kolelitasis, seperti kolecistitis akut.