Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19412 | 08 Jul 2025
Klinis : korengan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dokter. Untuk kondisi "korengan", berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM Procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Dermatitis atopik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.0
- Deskripsi: Aplikasi atau pemberian obat atau bahan biologis topikal
Penjelasan:
- Kode ICD-10 L20.9 merupakan diagnosis untuk dermatitis atopik, yang mencakup kondisi "korengan". Dermatitis atopik adalah kondisi peradangan kulit kronis yang ditandai dengan ruam merah, gatal, dan kering.
- Kode ICD-9-CM 99.0 mencakup prosedur pemberian obat atau bahan biologis topikal, yang sering dilakukan dalam penanganan kondisi "korengan" atau dermatitis atopik. Prosedur ini dapat berupa pemberian krim, salep, atau lotion topikal untuk meredakan gejala dan membantu penyembuhan.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu, dokter. -
Article No. 19413 | 08 Jul 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan gatal, perih dan basah di selangkangan sudah satu minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda kemukakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu gatal, perih, dan basah di selangkangan selama satu minggu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Infeksi Kulit Perifer
Definisi: Kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh agen infeksi.
Karakteristik mayor: Adanya lesi kulit, gatal, dan kemerahan.
Karakteristik minor: Perubahan warna kulit, rasa terbakar/perih, dan drainase.
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami gejala-gejala infeksi kulit di area selangkangan, seperti gatal, perih, dan basah/drainase.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Integritas Kulit: Terkendali
Kriteria hasil:
1) Lesi kulit membaik
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi (gatal, perih, drainase)
3) Tidak ada perubahan warna kulit yang abnormal
4) Tidak ada rasa terbakar atau nyeri
Luaran ini sesuai karena bertujuan untuk mengembalikan integritas kulit pasien dan mengatasi tanda-tanda infeksi yang dialaminya.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Manajemen Infeksi
Tindakan:
1) Identifikasi tanda dan gejala infeksi kulit
2) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan penyebab infeksi dan pengobatan yang sesuai
3) Observasi tanda-tanda vital dan kondisi kulit secara berkala
4) Berikan perawatan kulit yang sesuai, seperti pembersihan area yang terkena, penggunaan obat topikal, dan perawatan luka jika diperlukan
5) Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan diri dan pencegahan infeksi
Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi infeksi kulit yang dialami pasien, melalui identifikasi penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta pemberian perawatan dan edukasi yang sesuai.
Dengan melakukan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari infeksi kulit di area selangkangan dan mencapai integritas kulit yang optimal. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19414 | 08 Jul 2025
Klinis : POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "POST TERKENA BENDA DI MATA SUDAH DIRUJUK DAN MATA SUDAH ENAKAN", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T15.9
- Deskripsi: Efek asing di mata, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 98.11
- Deskripsi: Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T15.9 (Efek asing di mata, tidak spesifik) digunakan untuk kondisi di mana suatu benda asing mengenai mata, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut tentang jenis atau lokasi benda asing tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 98.11 (Pemeriksaan mata, tak terspesifikasi) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan mata yang dilakukan setelah pasien dirujuk dan mata sudah merasa lebih baik. Ini merupakan tindakan rutin untuk memastikan kondisi mata sudah membaik.
Dalam kasus ini, pasien telah mendapatkan penanganan awal setelah terkena benda asing di mata dan sekarang merasa bahwa mata sudah "enakan". Oleh karena itu, kode ICD-10 T15.9 dan kode ICD-9-CM 98.11 dapat digunakan untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang telah dilakukan. -
Article No. 19415 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien yang mengalami hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tinggi (00904)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Kode: 00904
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tekanan Darah Terkontrol (1904)
Definisi: Tekanan darah individu dalam rentang normal.
Kode: 1904
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertensi (6680)
Definisi: Membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi.
Kode: 6680
Penjelasan singkat:
Pasien dengan hipertensi membutuhkan pengelolaan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Diagnosa keperawatan "Manajemen Tekanan Darah Tinggi" menggambarkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal. Luaran yang diharapkan adalah "Tekanan Darah Terkontrol", yaitu tekanan darah individu berada dalam rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Hipertensi", yaitu membantu individu untuk mengontrol dan mengelola hipertensi. -
Article No. 19416 | 08 Jul 2025
Klinis : pasien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) pada pasien yang mengalami hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan hipertensi adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini menggambarkan kondisi dimana terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah. Pasien dapat mengalami gejala seperti ekstremitas terasa dingin, kebas, atau kram.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Perfusi Jaringan Perifer: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan ekstremitas hangat, tidak ada rasa kebas atau kram, dan kapiler refill dalam batas normal (<3 detik).
2. Kontrol Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan penurunan tekanan darah menjadi dalam batas normal (sistolik 120-129 mmHg dan diastolik 80-84 mmHg).
3. Pengetahuan tentang Hipertensi: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dan keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup yang sehat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan identifikasi tanda-tanda komplikasi.
2. Manajemen Hipertensi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertensi, faktor risiko, pengobatan, dan gaya hidup sehat. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memantau efektivitas pengobatan antihipertensi.
3. Manajemen Perfusi Jaringan: Melakukan pemeriksaan status perfusi jaringan perifer, seperti pemeriksaan suhu ekstremitas, warna kulit, dan pengisian kapiler. Memberikan intervensi untuk meningkatkan perfusi, seperti pengaturan posisi, pemberian oksigen, dan penggunaan pemanas.
4. Manajemen Rasa Tidak Nyaman: Memberikan intervensi untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada ekstremitas, seperti masase, kompres hangat, dan posisi yang nyaman.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan pada pasien dengan hipertensi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 19417 | 08 Jul 2025
Klinis : tekanan darah pasien 100/80 napas dan suhu normal, mengeluhkan pusing setelah keluar dari kamar mandi, dan memiliki riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: 00027)**
**Penjelasan Singkat:**
Pasien dengan riwayat hipertensi yang mengeluhkan pusing setelah keluar dari kamar mandi dan memiliki tekanan darah 100/80 mmHg (tekanan diastolik cenderung rendah) dapat mengindikasikan **hipotensi ortostatik atau gangguan keseimbangan cairan**. Kondisi ini berisiko menyebabkan penurunan perfusi jaringan, terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi yang mungkin sedang dalam terapi antihipertensi.
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode SDKI: 00027 – Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
**Definisi:** Ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan serta elektrolit yang mengganggu homeostasis tubuh.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Perubahan tekanan darah (hipotensi ortostatik).
- Efek samping obat antihipertensi (misal: diuretik).
- Dehidrasi ringan akibat aktivitas (misal: mandi air hangat).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: 0801 – Keseimbangan Cairan**
**Indikator:**
- Tekanan darah dalam rentang normal (110–120/70–80 mmHg).
- Tidak ada keluhan pusing atau lemas setelah perubahan posisi.
- Turgor kulit normal.
**Target Luaran:**
- Pasien mampu mempertahankan tekanan darah stabil dalam 24–48 jam.
- Pasien tidak mengalami pusing saat berdiri atau beraktivitas.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: 2120 – Manajemen Cairan**
**Intervensi Utama:**
1. **Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu) setiap 2–4 jam.**
2. **Anjurkan pasien untuk bangun perlahan dari posisi duduk/berbaring.**
3. **Evaluasi asupan cairan dan elektrolit (minum air cukup, hindari dehidrasi).**
4. **Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian dosis obat antihipertensi jika diperlukan.**
**Intervensi Tambahan:**
- **Edukasi pasien tentang gejala hipotensi ortostatik dan pencegahannya.**
- **Anjurkan untuk menghindari mandi air panas terlalu lama.**
---
**Catatan Akademis:**
Pada pasien hipertensi, penurunan tekanan darah mendadak (misal: dari 140/90 mmHg ke 100/80 mmHg) dapat menjadi tanda **overdiuresis** atau **hipovolemia relatif**, terutama jika disertai gejala pusing. Perlu evaluasi lebih lanjut terhadap **penggunaan obat diuretik** dan **status hidrasi**.
**Persona Perawat Pakar:**
Sebagai perawat, penting untuk melakukan **assesmen menyeluruh**, termasuk riwayat pengobatan dan pola aktivitas pasien, sebelum menentukan intervensi. Pendekatan **patient-centered care** dengan edukasi dan pemantauan ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumentasi keperawatan.)* -
Article No. 19418 | 08 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki, umur 70 tahun, dirawat diruangan sebuah Rumah Sakit. Hasil pengkajian: klien mengalami kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, selama perawatan pasien bedrest, lemah, mual, nafsu makan menurun. Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kelumpuhan pada kaki kiri dan kanan, serta mengalami pelemahan, mual, dan penurunan nafsu makan selama perawatan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, diagnosa keperawatan SDKI yang tepat adalah:
a. Mobilitas Fisik Terganggu
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terarah.
Penyebab: Penurunan tonus otot, kelumpuhan anggota gerak, dan keterbatasan pergerakan.
b. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Ketidakmampuan menelan, mual, anoreksia.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Mobilitas Fisik
- Klien dapat melakukan pergerakan anggota gerak secara mandiri.
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien dapat mempertahankan kekuatan otot dan koordinasi pergerakan.
b. Status Nutrisi
- Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metaboliknya.
- Klien tidak mengalami mual dan dapat meningkatkan nafsu makan.
- Klien dapat mencapai berat badan yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Mobilitas Fisik Terganggu:
- Berikan latihan pergerakan anggota gerak secara bertahap.
- Ajarkan teknik mobilisasi dan transfer yang aman.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu pergerakan yang sesuai.
- Berikan terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi.
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk program rehabilitasi.
b. Intervensi untuk Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji kebutuhan nutrisi klien dan monitor asupan makanan.
- Berikan intervensi gizi sesuai dengan kebutuhan klien, seperti pemberian suplemen atau diet yang tepat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan dan evaluasi nutrisi.
- Berikan terapi antiemesis untuk mengatasi mual.
- Motivasi klien untuk meningkatkan nafsu makan dan konsumsi makanan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klien secara holistik, membangun kolaborasi dengan tim kesehatan lain, serta melibatkan klien dan keluarga dalam proses perawatan. Evaluasi dan penyesuaian intervensi secara berkelanjutan juga diperlukan untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 19419 | 08 Jul 2025
Klinis : ny. e sering mengeluhkan leher kaku, ketika diperiksa menunjukkan nilai tekanan darah nya tinggi, dan terkadang juga lutut terasa linu sehingga sedikit menghambat aktivitasnya, ketika duduk dan ingin berdiri biasanya mencari kursi untuk membantunya berdiri dan sedikit sering akan terjatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang ditugaskan untuk memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. E.
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan, yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kekakuan Sendi (Impaired Joint Mobility) - Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam kisaran gerak sendi yang normal.
b. Hipertensi (Hypertension) - Kode: 00014
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik.
c. Risiko Jatuh (Risk for Falls) - Kode: 00155
Definisi: Rentan terhadap peningkatan frekuensi jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Mobilitas Fisik Terganggu (Impaired Physical Mobility) - Kode: 10001
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan mandiri, yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, perkembangan, atau lingkungan.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Manajemen Hipertensi (Hypertension Management) - Kode: 3420
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
b. Pencegahan Jatuh (Fall Prevention) - Kode: 3340
Definisi: Tindakan untuk mengurangi risiko dan frekuensi jatuh pada pasien.
Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa:
1. Kekakuan Sendi (Impaired Joint Mobility): Ny. E mengalami keterbatasan dalam kisaran gerak sendi, terutama pada leher dan lutut, yang dapat menghambat aktivitasnya.
2. Hipertensi (Hypertension): Ny. E menunjukkan nilai tekanan darah yang tinggi, yang perlu dikelola untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Risiko Jatuh (Risk for Falls): Ny. E memiliki risiko jatuh yang meningkat, terutama saat berdiri dari duduk, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
4. Mobilitas Fisik Terganggu (Impaired Physical Mobility): Keterbatasan dalam pergerakan mandiri Ny. E, baik karena faktor fisik (kekakuan sendi) maupun psikologis (kesulitan berdiri).
5. Manajemen Hipertensi (Hypertension Management): Tindakan keperawatan untuk mengontrol dan mengelola tekanan darah tinggi Ny. E.
6. Pencegahan Jatuh (Fall Prevention): Tindakan keperawatan untuk mengurangi risiko dan frekuensi jatuh pada Ny. E.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi Ny. E dan rencana keperawatan yang dapat diterapkan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 19420 | 08 Jul 2025
Klinis : seorang pasien post op apendiktomi 2 hari mengeluh nyeri pada lukanya, terdapat kemerahan pada area sekitar luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien post op apendiktomi 2 hari yang mengeluh nyeri pada lukanya dan terdapat kemerahan pada area sekitar luka.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut" (SDKI 2016). Pasien post op apendiktomi 2 hari mengeluh nyeri pada lukanya, yang merupakan tanda dan gejala dari nyeri akut. Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (SDKI 2016).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang (SLKI 2021).
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (SLKI 2021).
3. Tidak terjadi komplikasi pada luka post op (SLKI 2021).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dan faktor pencetus nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Perawatan Luka Post Op
a. Lakukan observasi dan perawatan luka post op secara aseptik.
b. Awasi tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu.
c. Lakukan debridemen dan pergantian balutan jika diperlukan.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka post op.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
a. Ukur tanda-tanda vital pasien secara berkala.
b. Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai normal dan analisis perubahan yang terjadi.
c. Lakukan intervensi sesuai dengan kondisi pasien, seperti pemberian oksigen atau cairan intravena.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pengurangan nyeri, stabilitas tanda-tanda vital, dan tidak terjadi komplikasi pada luka post op. -
Article No. 19421 | 08 Jul 2025
Klinis : seorang pasien post op apendiktomi 2 hari mengeluh sudah 2 hari belum ganti perban dan mengeluh nyeri pada lukanya, terdapat kemerahan pada area sekitar luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien post op apendiktomi 2 hari dengan keluhan belum ganti perban dan nyeri pada luka dengan kemerahan di sekitarnya.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi yang belum dilakukan perawatan/penggantian perban.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
3. Pasien akan melaporkan nyeri berkurang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap kondisi pasien, termasuk tanda-tanda vital, karakteristik luka, dan keluhan nyeri.
2. Cuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan perawatan luka.
3. Buka perban luka operasi dengan hati-hati dan periksa kondisi luka.
4. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan keringkan dengan kain steril.
5. Aplikasikan salep antibiotik pada luka jika diperlukan.
6. Tutup luka dengan balutan steril yang baru.
7. Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk mengurangi nyeri.
8. Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar.
9. Monitoring tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi secara berkala.
10. Kolaborasi dengan dokter jika ditemukan tanda-tanda infeksi atau kondisi memburuk.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dipilih karena pasien belum melakukan penggantian perban pada luka operasi selama 2 hari, sehingga terdapat risiko infeksi. Luaran/output yang diharapkan adalah kondisi pasien yang stabil, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan nyeri yang berkurang. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pengkajian komprehensif, perawatan luka yang aseptik, pemberian analgesik, edukasi pasien dan keluarga, serta monitoring dan kolaborasi dengan dokter jika diperlukan. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mengurangi nyeri, dan memaksimalkan proses penyembuhan luka operasi.