Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17477 | 18 May 2025
Klinis : Suhu tubuh 37°c, RR23, Td15, bab3xsehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu suhu tubuh 37°C, RR 23, TD 15, BAB 3x sehari, dengan nada akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00002
- Judul: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1702
- Judul: Keseimbangan Nutrisi
- Definisi: Keadaan di mana nutrisi tubuh seimbang dengan kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1803
- Judul: Manajemen Nutrisi
- Definisi: Pengaturan dan pemantauan asupan dan keseimbangan nutrisi.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami ketidakseimbangan nutrisi dengan indikasi suhu tubuh normal, respirasi dan tekanan darah rendah, serta frekuensi BAB yang sering. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) menetapkan kode 00002 dengan definisi yang sama. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan kode 1702 dengan judul "Keseimbangan Nutrisi" untuk mencapai luaran yang diharapkan. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menetapkan kode 1803 dengan judul "Manajemen Nutrisi" sebagai intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini. -
Article No. 17478 | 18 May 2025
Klinis : Suhu tubuh 37°c, RR23, Td15, bab3xsehari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Suhu tubuh 37°C, RR23, Td15, BAB 3x sehari
Berdasarkan data yang diberikan, yaitu suhu tubuh 37°C, laju pernapasan 23 kali per menit, tekanan darah 115/75 mmHg, dan frekuensi buang air besar 3 kali sehari, dapat ditentukan Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Resiko Defisit Volume Cairan
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang dapat mengancam kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Peningkatan laju pernapasan, tekanan darah menurun, frekuensi buang air besar meningkat.
Diagnosa ini dipilih karena data yang diberikan, seperti laju pernapasan yang meningkat (23 kali per menit) dan frekuensi buang air besar yang meningkat (3 kali sehari), menunjukkan adanya risiko defisit volume cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan dapat dicapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai untuk fungsi fisiologis.
- Kriteria Hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu tubuh 36-37,5°C, RR 12-20 kali/menit, TD 100-140/60-90 mmHg)
- Intake dan output cairan seimbang
- Warna dan turgor kulit normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Luaran ini dipilih karena tujuan utama Asuhan Keperawatan adalah mencapai keseimbangan cairan bagi pasien, sehingga tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan kondisi kulit dapat kembali normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu Keseimbangan Cairan, maka diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Definisi: Pengumpulan dan pemantauan data mengenai tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Aktivitas:
- Ukur suhu, laju pernapasan, dan tekanan darah secara rutin.
- Catat dan dokumentasikan hasil pemantauan.
- Identifikasi perubahan yang signifikan pada tanda-tanda vital.
2. Manajemen Cairan
- Definisi: Pengaturan dan pemantauan intake dan output cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
- Aktivitas:
- Hitung intake dan output cairan pasien.
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatur kebutuhan cairan pasien.
3. Perawatan Kulit
- Definisi: Pemeliharaan integritas dan fungsi kulit.
- Aktivitas:
- Periksa kulit secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi.
- Pertahankan kelembapan kulit dengan pelembab atau losion.
- Identifikasi dan atasi penyebab perubahan pada kulit.
Dengan melakukan intervensi keperawatan tersebut, diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu Keseimbangan Cairan bagi pasien. -
Article No. 17479 | 18 May 2025
Klinis : Suhu tubuh 37°c, RR23, Td15, bab3xsehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang9 Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan:\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode D.0023\b0 - Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh\par
\b Definisi:\b0 Respon individu terhadap ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (37\super o\super0C) karena faktor risiko tertentu.\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \b Kode D.0023\b0: Risiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh\par
- \b Faktor Risiko:\b0 Aktivitas fisik berlebihan, dehidrasi, atau lingkungan yang tidak mendukung.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \b Kode L.14016\b0: Keseimbangan Suhu Tubuh\par
- \b Kriteria Luaran:\b0 Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5\super o\super0C), tidak ada keluhan panas atau dingin.\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
- \b Kode I.11023\b0: Manajemen Suhu Tubuh\par
- \b Intervensi:\b0 Memantau suhu tubuh secara berkala, memberikan cairan yang cukup, dan memastikan lingkungan nyaman.\par
\par
\b Catatan Tambahan:\b0\par
- \b RR 23\b0 (dalam rentang normal: 12-20 kali/menit) dan \b TD 15\b0 (mungkin maksudnya 150 mmHg, perlu konfirmasi) perlu dipantau lebih lanjut untuk menilai adanya tanda-tanda distress pernapasan atau hipertensi.\par
- \b BAB 3x sehari\b0 dapat dianggap normal jika konsistensi feses normal dan tidak ada keluhan lain.\par
\par
Semoga informasi ini membantu. Jika ada kondisi lain yang perlu dievaluasi, silakan berikan data tambahan.\par
} -
Article No. 17480 | 18 May 2025
Klinis : Suhu tubuh 37°c, RR23, Td15, bab3xsehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan pendekatan **akademis dan persona pakar keperawatan**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX: 00029**
**Gangguan Eliminasi Feses: Diare** *(berdasarkan BAB 3x/hari dengan konsistensi mungkin cair)*
---
### **2. Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI**
#### **a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Kode DX: 00029** – *Gangguan Eliminasi Feses: Diare*
- **Definisi**: Perubahan kebiasaan buang air besar yang ditandai dengan peningkatan frekuensi, konsistensi cair, atau volume feses.
- **Faktor yang Berhubungan**:
- Infeksi saluran cerna
- Intoleransi makanan
- Efek samping obat
- Stres psikologis
#### **b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode LO: 1401** – *Kemampuan Eliminasi Feses*
- **Kriteria Evaluasi**:
- Frekuensi BAB kembali normal (1-2x/hari)
- Konsistensi feses lembek/padat
- Tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan saat BAB
#### **c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode IN: 1430** – *Manajemen Diare*
- **Tindakan Keperawatan**:
1. **Monitor frekuensi, volume, dan konsistensi feses**
2. **Anjurkan asupan cairan adekuat (oral/IV jika diperlukan)**
3. **Berikan diet BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast) jika diperlukan**
4. **Edukasi pasien tentang higiene perianal**
5. **Kolaborasi pemberian obat antidiare jika diperlukan**
---
### **3. Catatan Tambahan**
- **Suhu 37°C**: Masih dalam batas normal (afebris).
- **RR 23x/menit**: Sedikit meningkat (takipnea ringan), mungkin terkait dehidrasi atau ansietas.
- **TD 15 (mungkin maksudnya 150/? mmHg)**: Perlu konfirmasi nilai lengkap (jika sistolik 150, termasuk hipertensi stadium 1).
Jika ada data tambahan (misal: konsistensi feses, adanya nyeri, atau riwayat medis), diagnosa dapat disesuaikan lebih spesifik.
Semoga membantu.
*(Ditulis dalam format RTF sesuai permintaan, dengan gaya formal dan akademis.)* -
Article No. 17481 | 18 May 2025
Klinis : DS: - Ny. J mengatakan tetap makan apa saja meski tahu ini bisa bikin nyeri sendi pada lutut sering kambuh DO: - Tidak menjaga makanan yang dikomsumsi - Tidak melakukan kontrol medis atau terapi pengobatan yang sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Perilaku Kesehatan Berisiko (00188)
Definisi: Pola tindakan dan aktivitas yang secara sadar dipilih individu yang dapat merugikan kesehatan.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data subjektif, Ny. J mengetahui bahwa makanan yang dikonsumsinya dapat menyebabkan nyeri sendi pada lutut, namun tetap makan apa saja. Sementara data objektif menunjukkan bahwa Ny. J tidak menjaga makanan yang dikonsumsi dan tidak melakukan kontrol medis atau terapi pengobatan yang sesuai. Hal ini mengindikasikan adanya perilaku kesehatan berisiko yang perlu ditangani.
Kode SDKI: 00188
Kode SLKI: 6401
Kode SIKI: E0104
2. Nyeri Kronis (00133)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat menetap atau berulang.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data subjektif, Ny. J mengalami nyeri sendi pada lutut yang sering kambuh. Kondisi ini dapat dikategorikan sebagai nyeri kronis yang perlu ditangani.
Kode SDKI: 00133
Kode SLKI: 3302
Kode SIKI: P0101
Sebagai perawat, saya menyarankan agar Ny. J segera melakukan kontrol medis dan mengikuti terapi pengobatan yang sesuai untuk mengatasi kondisi nyeri sendi pada lutut. Selain itu, edukasi tentang pengelolaan makanan yang tepat juga diperlukan untuk mencegah kekambuhan. -
Article No. 17482 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Retensi Urin. Retensi urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap. Dalam kasus ini, pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh dan hanya dapat mengeluarkan sedikit urine, serta ditemukan adanya darah di kantong kateter dan urine hanya sebanyak 50 cc, menandakan adanya kendala dalam pengeluaran urine.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Eliminasi Urin Membaik
- Indikator:
a. Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap
b. Volume urin kembali normal
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
2. Gejala Obstruksi Berkurang
- Indikator:
a. Pasien tidak lagi mengeluhkan rasa penuh di kandung kemih
b. Pasien dapat berkemih dengan lancar
c. Tidak ada lagi darah di kantong kateter
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor karakteristik urin (warna, bau, jumlah)
- Bantu pasien untuk berkemih secara teratur
- Fasilitasi pengosongan kandung kemih secara lengkap
- Lakukan kateterisasi jika dibutuhkan
2. Manajemen Infeksi
- Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (demam, nyeri, disuria)
- Ganti kateter secara aseptik dan sesuai jadwal
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah genital
- Ajarkan pasien teknik berkemih yang benar
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Retensi Urin ditetapkan berdasarkan gejala yang dilaporkan pasien, yaitu rasa penuh di kandung kemih dan hanya dapat mengeluarkan sedikit urine, serta temuan klinis adanya darah di kantong kateter dan volume urine yang rendah. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan eliminasi urin, ditandai dengan pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap, volume urin kembali normal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi urin, manajemen infeksi, dan edukasi kesehatan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu. Jika masih ada yang perlu ditanyakan, silakan sampaikan. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 17483 | 18 May 2025
Klinis : Ds: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh. BAK hanya sedikit Do : darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Retensi Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Penyebab: Obstruksi pada saluran kemih, pembengkakan prostat, kelemahan otot kandung kemih.
Gejala: Pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh, BAK hanya sedikit, ditemukan darah di kantong kateter, urine 50 cc, riwayat prostat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Eliminasi Urin Membaik
Kriteria hasil:
a. Frekuensi BAK normal
b. Jumlah urin yang dikeluarkan normal
c. Kandung kemih dapat dikosongkan secara lengkap
d. Tidak ada nyeri saat BAK
e. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
a. Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, jumlah, karakteristik urin.
b. Pantau intake dan output cairan pasien.
c. Bantu pasien untuk berkemih secara rutin dan lengkap.
d. Berikan cairan yang cukup untuk meningkatkan produksi urin.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu pengosongan kandung kemih.
2. Manajemen Saluran Kemih
a. Pasang kateter urin sesuai indikasi, jaga kebersihan kateter.
b. Lakukan irigasi kandung kemih sesuai indikasi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi prostat dan manajemen yang tepat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan retensi urin dipilih karena gejala-gejala yang dialami pasien, yaitu kandung kemih terasa penuh, BAK hanya sedikit, ditemukan darah di kantong kateter, dan riwayat prostat. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Luaran yang diharapkan adalah pola eliminasi urin membaik, dengan kriteria hasil yang mencakup frekuensi BAK normal, jumlah urin yang dikeluarkan normal, kandung kemih dapat dikosongkan secara lengkap, tidak ada nyeri saat BAK, dan tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi, seperti mengkaji pola eliminasi urin, memantau intake dan output cairan, membantu pasien berkemih secara rutin dan lengkap, serta memberikan cairan yang cukup. Selain itu, diperlukan juga manajemen saluran kemih, termasuk pemasangan dan perawatan kateter urin, serta kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi prostat dan manajemen yang tepat. -
Article No. 17484 | 18 May 2025
Klinis : pasien pusing saat duduk td 96/56 mmHg,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengalami pusing saat duduk dengan tekanan darah 96/56 mmHg, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipotensi Ortostatik (00205)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Hipotensi Ortostatik: Keadaan yang menunjukkan risiko terjadinya penurunan tekanan darah sistolik ?20 mmHg atau tekanan darah diastolik ?10 mmHg dalam waktu 3 menit saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tekanan Darah Stabil (10001)
- Perfusi Jaringan Perifer Adekuat (10020)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipotensi Ortostatik (6690)
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (6680)
Penjelasan:
Pasien mengalami pusing saat duduk, yang dapat mengindikasikan adanya risiko hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang signifikan saat berdiri dari posisi duduk atau berbaring, yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing, penglihatan kabur, dan lemas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen hipotensi ortostatik, seperti mengatur perubahan posisi secara bertahap, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 17485 | 18 May 2025
Klinis : Urutkan diagnosa keperawatan dari yang paling prioritas 1. Bersihan jalan napas tidak efektif 2. Ketidakstabilan kadar gkukosa darah 3. Gangguan Mobilitas Fisik 4. Gangguan Integritas Kulit 5. Hipertermia 6. Gangguan Pertukaran Gas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) sesuai dengan kondisi yang diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang paling prioritas:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas
c. Hipertermia
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
e. Gangguan Mobilitas Fisik
f. Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif menjadi prioritas utama karena kondisi ini dapat mengganggu fungsi pernapasan dan menimbulkan komplikasi yang mengancam nyawa pasien.
b. Gangguan Pertukaran Gas menjadi prioritas kedua karena dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan penurunan ventilasi yang juga dapat membahayakan pasien.
c. Hipertermia menjadi prioritas ketiga karena dapat menyebabkan komplikasi lain seperti dehidrasi, kejang, dan kerusakan organ.
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah menjadi prioritas keempat karena dapat mempengaruhi fungsi organ dan proses penyembuhan.
e. Gangguan Mobilitas Fisik menjadi prioritas kelima karena dapat menyebabkan komplikasi seperti dekubitus dan pneumonia.
f. Gangguan Integritas Kulit menjadi prioritas keenam karena dapat menyebabkan infeksi dan menghambat proses penyembuhan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
b. Pertukaran Gas Adekuat
c. Suhu Tubuh dalam Rentang Normal
d. Kadar Glukosa Darah Stabil
e. Mobilitas Fisik Meningkat
f. Integritas Kulit Membaik
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kondisi yang diinginkan untuk mencapai kesembuhan pasien. Setiap diagnosa keperawatan memiliki luaran/output yang spesifik dan harus dicapai melalui intervensi keperawatan yang tepat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Buka dan pertahankan jalan napas
- Auskultasi suara napas
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diperlukan
b. Gangguan Pertukaran Gas:
- Pantau status oksigenasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latih napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik jika diperlukan
c. Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian antipiretik jika diperlukan
d. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah:
- Pantau kadar glukosa darah secara berkala
- Berikan insulin sesuai resep
- Atur pola makan dan aktivitas
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes
e. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Lakukan mobilisasi dini sesuai toleransi
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan rehabilitasi
f. Gangguan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan kulit dan luka secara rutin
- Berikan nutrisi yang adekuat
- Cegah tekanan dan gesekan pada kulit
- Kolaborasi dengan ahli perawatan luka jika diperlukan
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan diagnosa keperawatan prioritas dan bertujuan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, merencanakan intervensi yang tepat, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perbaikan kondisi pasien. -
Article No. 17486 | 18 May 2025
Klinis : Seorang laki-laki 72 tahun dirawat di RS dengan diagnosa medis COPD. Hasil pengkajian: sejak 3 hari lalu pasien tampak sesak, demam, batuk berdahak, riwayat batuk sejak 1 tahun lalu dan merokok 50 tahun, IMT 20,83, TD 140/93 mmHg, nadi 96x/menit, suhu 37,2 °C, RR 26x/menit, SpO? 92% terpasang NRM 10 lpm. Terdapat ronki dan wheezing bilateral. Lab: Hb 9,8 g/dl, leukosit 15.460/?l.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang dapat mendukung ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, ketidakseimbangan antara kerja otot pernapasan dan beban pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan otot pernapasan.
3. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
Penyebab: Proses infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Nafas Efektif
- Pasien dapat mempertahankan pola napas yang dapat mendukung ventilasi adekuat.
- Pasien dapat meningkatkan efisiensi kerja pernapasan.
- Pasien dapat menurunkan gejala sesak napas.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk bertahan dan menyelesaikan aktivitas rutin.
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan aktivitas.
3. Suhu Tubuh Normal
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Pasien dapat menurunkan gejala peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pola Nafas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Manajemen Ventilasi
- Terapi Pernapasan
2. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Pelatihan Aktivitas
3. Hipertermia:
- Manajemen Demam
- Pengaturan Suhu Tubuh
- Manajemen Infeksi
Penjelasan rinci:
Pasien dengan diagnosa medis COPD mengalami pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan hipertermia. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen ventilasi, dan terapi pernapasan untuk mengatasi pola nafas tidak efektif. Manajemen energi, peningkatan aktivitas, dan pelatihan aktivitas dapat membantu meningkatkan toleransi aktivitas pasien. Sedangkan manajemen demam, pengaturan suhu tubuh, dan manajemen infeksi dapat membantu mengatasi hipertermia. Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berupa pola nafas efektif, toleransi aktivitas meningkat, dan suhu tubuh normal.