Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17539 | 19 May 2025
Klinis : Ny. S (70 Tahun) mengalami hemiparesis bagian kanan. Tiga hari yang lalu pulang di rawat di rumah sakit. Sejak 5 tahun yang lalu Ny. S mengalami hipertensi. Hasil pemeriksaan Tekanan darah 180/90 mmHg, Nadi 85 kali permenit, Suhu 36,5. Sering mengalami throbbing di bagian kepala dan palpitasi. Kekuatan otot anggota gerak bagian kanan 3. Ny.S sering mengkonsumsi daging 3-4 kali dalam seminggu, ayam minimal 3 kali dalam seminggu dan ikan seminggu sekali. Air putih dikonsumsi sebanyak 4-6 gelas dan Ny.S mempunyai kebiasaan minum kopi 3-4 gelas/hari. Karena keluhannya tersebut, Ny.S merasa stress karena tidak bisa bekerja dan ditambah masalah keluarga yang sedang dialaminya. Ny.S sudah meminum obat penurun tekanan darah namun tidak cukup membantu untuk menangani keluhannya. Ny.S kemudian meminta saran kepada perawat tentang terapi lain yang bisa mengurangi keluhannya dan meningkatkan kemampuan bergerak. Sebagai seorang perawat, apa yang akan Anda lakukan saat menangani pasien dengan kondisi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan hal-hal berikut dalam menangani kondisi Ny. S:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092) - Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan (00078) - Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau menangani masalah kesehatan secara efektif.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (00205) - Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas (00092) - Kode: 10001 - Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
2. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan (00078) - Kode: 10004 - Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau menangani masalah kesehatan secara efektif.
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (00205) - Kode: 10016 - Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Pengelolaan Kesehatan Efektif
3. Perfusi Serebral Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Edukasi Manajemen Kesehatan
3. Peningkatan Perfusi Serebral
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan hal-hal berikut dalam menangani kondisi Ny. S:
1. Melakukan assessmen menyeluruh untuk mengetahui tingkat keterbatasan aktivitas, kemampuan pengelolaan kesehatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi serebral.
2. Menyusun rencana perawatan yang meliputi:
a. Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik yang bertahap dan manajemen energi.
b. Edukasi tentang manajemen hipertensi, pengaturan diet rendah garam dan lemak, serta kebiasaan minum obat yang teratur.
c. Intervensi untuk meningkatkan perfusi serebral, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, dan relaksasi.
3. Melaksanakan rencana perawatan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi.
4. Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai kemajuan pasien dan melakukan penyesuaian rencana perawatan sesuai kebutuhan.
5. Memberikan dukungan psikologis dan edukasi kepada Ny. S serta keluarganya untuk membantu mengatasi masalah stress dan meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 17540 | 19 May 2025
Klinis : Badan meriang, pinggang sebelah kiri sakit, panas, pusing
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan ekspresi wajah, Perubahan perilaku.
Karakteristik Minor: Gelisah, Gangguan tidur, Nafsu makan menurun.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Mengendalikan pengalaman nyeri dan respons terhadap nyeri.
Indikator Hasil:
a. Melaporkan nyeri terkontrol.
b. Mendemonstrasikan teknik pengendalian nyeri.
c. Menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mengurangi nyeri.
d. Menunjukkan ekspresi wajah yang relaks.
e. Mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Definisi: Memfasilitasi kenyamanan pasien yang mengalami nyeri.
Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Observasi tanda-tanda vital dan respons nonverbal terhadap nyeri.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai.
d. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin.
e. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan modifikasi sesuai kebutuhan.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu badan meriang, pinggang sebelah kiri sakit, panas, dan pusing, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kemungkinan adanya kerusakan jaringan yang ditandai dengan gejala-gejala tersebut.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri, di mana pasien dapat mengendalikan pengalaman nyeri dan respons terhadap nyeri. Indikator hasil yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan teknik pengendalian nyeri, menunjukkan perilaku yang sesuai untuk mengurangi nyeri, menunjukkan ekspresi wajah yang relaks, dan dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri, di mana perawat akan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda vital dan respons nonverbal pasien, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis yang sesuai, mengajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan. -
Article No. 17541 | 19 May 2025
Klinis : Tubuh terasa meriang pegal pegal, sakit kepala, pinggang sebelah kiri sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut (10019)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut, dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol nyeri (10002)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri (30007)
Definisi: Tindakan untuk membantu individu mengurangi nyeri hingga ke tingkat toleransi yang dapat diterima.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu tubuh terasa meriang, pegal-pegal, sakit kepala, dan pinggang sebelah kiri sakit, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Ini menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Dalam SDKI, diagnosa ini dikenal sebagai Nyeri Akut (10019), yang memiliki definisi yang sama. Luaran keperawatan yang sesuai adalah Kontrol Nyeri (10002), yang mengacu pada kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri (30007), yang bertujuan untuk membantu individu mengurangi nyeri hingga ke tingkat toleransi yang dapat diterima. -
Article No. 17450 | 18 May 2025
Klinis : Seorang Ibu Rumah Tangga, 49 tahun mempunyai keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian, pasien merasakan badan sering kali terasa lemah, bengkak dikedua tungkai kaki, dan merasa perut membesar, serta sulit untuk tertidur nyenyak. Pasien dibawa ke RS dan dokter mendiagnosa CKD dan sudah 3 kali menjalani hemodialisis. Pasien melewatkan 2 jadwal dialisis karena merasa tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik; TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, Frekuensi napas 28x/menit, suhu 37ºC, konjungtiva anemis, terlihat edema periorbital, terpasang CDL di leher pasien sebelah kanan. Edema pada bagian kaki derajat 3, ascites (edema diakui telah berkurang oleh Ny.W, serta perut yang tidak lagi bengkak seperti sebelumnya). Saat ini BB Ny.W 55 Kg, TB 150 Cm. Tidak mempunyai riwayat alergi. Terpasang oksigen 3 lpm nasal canul. Pemeriksaan lab Hb 8.6, Ht 29. MCV 66.4, MCH 19.5, MCHC 29.5. Kadar kreatinin 6.32, ureum 119. AGD pH 7.335, PCO2 30.9, PO2 94.2, HCO3 16.2, TCO3 32.1 Pasien mendapatkan terapi farmakologis: Furosemide 20mg/amp 1x3 amp IV Bicnat 500mg tab 3x1 tab Asam folat 5mg tab 1x1 tab PO Amlodipin 10mg tab 1x10 mg tab PO Insulin 10 unit IV Ceftriaxon 1gr vial 2x1 gr IV Azitromycin 500mg tab 1x1 PO N-acetilcystein 200mg tab 3x1 PO Program Perawatan dan Tindakan selanjutnya : 1. Pasien direncanakan menjalani hemodialisis 2 x/minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Kelebihan Volume Cairan
3. Gangguan Tidur
4. Kurang Pengetahuan Manajemen Penyakit Kronis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Kelebihan cairan isotonik yang diretensikan dalam kompartemen cairan tubuh.
3. Gangguan Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
4. Kurang Pengetahuan Manajemen Penyakit Kronis (00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan penyakit kronis dan pengobatannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif (1902)
2. Keseimbangan Cairan (0601)
3. Kualitas Tidur (0004)
4. Pengetahuan Manajemen Penyakit Kronis (1847)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Respirasi (3350)
2. Manajemen Cairan (4120)
3. Manajemen Gangguan Tidur (1850)
4. Edukasi Manajemen Penyakit Kronis (7040)
Berdasarkan kondisi pasien, rencana perawatan selanjutnya dapat mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin, terutama frekuensi napas, untuk mengevaluasi pola napas.
2. Manajemen pemberian cairan dan elektrolit, serta pemantauan edema.
3. Intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti pengaturan lingkungan dan teknik relaksasi.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit CKD, pentingnya kepatuhan dialisis, dan pengelolaan gejala yang muncul. -
Article No. 17451 | 18 May 2025
Klinis : Seorang Ibu Rumah Tangga, 49 tahun mempunyai keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian, pasien merasakan badan sering kali terasa lemah, bengkak dikedua tungkai kaki, dan merasa perut membesar, serta sulit untuk tertidur nyenyak. Pasien dibawa ke RS dan dokter mendiagnosa CKD dan sudah 3 kali menjalani hemodialisis. Pasien melewatkan 2 jadwal dialisis karena merasa tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik; TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, Frekuensi napas 28x/menit, suhu 37ºC, konjungtiva anemis, terlihat edema periorbital, terpasang CDL di leher pasien sebelah kanan. Edema pada bagian kaki derajat 3, ascites (edema diakui telah berkurang oleh Ny.W, serta perut yang tidak lagi bengkak seperti sebelumnya). Saat ini BB Ny.W 55 Kg, TB 150 Cm. Tidak mempunyai riwayat alergi. Terpasang oksigen 3 lpm nasal canul. Pemeriksaan lab Hb 8.6, Ht 29. MCV 66.4, MCH 19.5, MCHC 29.5. Kadar kreatinin 6.32, ureum 119. AGD pH 7.335, PCO2 30.9, PO2 94.2, HCO3 16.2, TCO3 32.1 Pasien mendapatkan terapi farmakologis: Furosemide 20mg/amp 1x3 amp IV Bicnat 500mg tab 3x1 tab Asam folat 5mg tab 1x1 tab PO Amlodipin 10mg tab 1x10 mg tab PO Insulin 10 unit IV Ceftriaxon 1gr vial 2x1 gr IV Azitromycin 500mg tab 1x1 PO N-acetilcystein 200mg tab 3x1 PO Program Perawatan dan Tindakan selanjutnya : 1. Pasien direncanakan menjalani hemodialisis 2 x/minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus Ny. W:
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas** (SDKI Code: 00030)
**Penjelasan:**
Kondisi ini terkait dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat, ditandai dengan sesak napas (frekuensi napas 28x/menit), penggunaan oksigen nasal kanul 3 lpm, dan hasil AGD yang menunjukkan asidosis metabolik (pH 7.335, HCO3 16.2).
**SLKI:**
- **Perbaikan pertukaran gas** (SLKI Code: 0301): Frekuensi napas dalam rentang normal (16-20x/menit), saturasi O2 ?95%, dan nilai AGD stabil.
**SIKI:**
- **Manajemen jalan napas** (SIKI Code: 3180): Memantau saturasi O2, posisi semi-Fowler, dan pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
- **Manajemen asidosis metabolik** (SIKI Code: 2010): Memantau AGD, pemberian bikarbonat (Bicnat), dan kolaborasi dengan tim medis.
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit** (SDKI Code: 00027)
**Penjelasan:**
Akumulasi cairan akibat penurunan fungsi ginjal (CKD stadium lanjut), ditandai dengan edema tungkai derajat 3, ascites, dan hasil lab (ureum 119, kreatinin 6.32).
**SLKI:**
- **Keseimbangan cairan tercapai** (SLKI Code: 0603): Edema berkurang, berat badan stabil, dan tanda vital dalam batas normal.
**SIKI:**
- **Manajemen hipervolemia** (SIKI Code: 2120): Pemberian diuretik (Furosemide), pembatasan cairan, dan pemantauan balance cairan.
- **Manajemen hemodialisis** (SIKI Code: 2160): Memastikan kepatuhan jadwal dialisis dan evaluasi post-dialisis.
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Intoleransi Aktivitas** (SDKI Code: 00092)
**Penjelasan:**
Kelemahan fisik akibat anemia (Hb 8.6), retensi toksin uremik, dan komorbiditas (DM, hipertensi).
**SLKI:**
- **Peningkatan toleransi aktivitas** (SLKI Code: 0403): Pasien mampu melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
**SIKI:**
- **Dukungan ambulasi** (SIKI Code: 0840): Latihan rentang gerak pasif/aktif dan manajemen energi.
- **Manajemen anemia** (SIKI Code: 2110): Pemberian asam folat dan pemantauan Hb.
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pola Tidur** (SDKI Code: 00045)
**Penjelasan:**
Kesulitan tidur nyenyak akibat ketidaknyamanan fisik (sesak, edema) dan faktor psikologis (kecemasan terkait penyakit).
**SLKI:**
- **Perbaikan pola tidur** (SLKI Code: 0902): Pasien melaporkan tidur ?6 jam/hari dengan kualitas baik.
**SIKI:**
- **Hygiene tidur** (SIKI Code: 1850): Pengaturan lingkungan tidur dan teknik relaksasi.
---
**5. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi** (SDKI Code: 00004)
**Penjelasan:**
Imunosupresi sekunder akibat CKD, pemasangan CDL, dan terapi antibiotik (Ceftriaxon, Azitromycin).
**SLKI:**
- **Pencegahan infeksi** (SLKI Code: 1101): Tidak ada tanda infeksi (demam, leukositosis).
**SIKI:**
- **Perawatan luka invasif** (SIKI Code: 3540): Pemantauan CDL dan teknik steril.
---
**6. Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakpatuhan Terapeutik** (SDKI Code: 00079)
**Penjelasan:**
Pasien melewatkan 2x hemodialisis karena persepsi tidak ada perbaikan.
**SLKI:**
- **Kepatuhan terapeutik** (SLKI Code: 1601): Pasien menyatakan pemahaman tentang pentingnya dialisis.
**SIKI:**
- **Edukasi kesehatan** (SIKI Code: 5600): Penjelasan komplikasi CKD dan manfaat dialisis.
---
**Catatan:**
- **Prioritas:** Gangguan pertukaran gas dan ketidakseimbangan cairan adalah urgensi utama.
- **Kolaborasi:** Koordinasi dengan nephrologist untuk optimasi dialisis dan tim gizi untuk pembatasan protein/Na.
Format RTF terlampir dalam dokumen terpisah. -
Article No. 17452 | 18 May 2025
Klinis : Seorang Ibu Rumah Tangga, 49 tahun mempunyai keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian, pasien merasakan badan sering kali terasa lemah, bengkak dikedua tungkai kaki, dan merasa perut membesar, serta sulit untuk tertidur nyenyak. Pasien dibawa ke RS dan dokter mendiagnosa CKD dan sudah 3 kali menjalani hemodialisis. Pasien melewatkan 2 jadwal dialisis karena merasa tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik; TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit, Frekuensi napas 28x/menit, suhu 37ºC, konjungtiva anemis, terlihat edema periorbital, terpasang CDL di leher pasien sebelah kanan. Edema pada bagian kaki derajat 3, ascites (edema diakui telah berkurang oleh Ny.W, serta perut yang tidak lagi bengkak seperti sebelumnya). Saat ini BB Ny.W 55 Kg, TB 150 Cm. Tidak mempunyai riwayat alergi. Terpasang oksigen 3 lpm nasal canul. Pemeriksaan lab Hb 8.6, Ht 29. MCV 66.4, MCH 19.5, MCHC 29.5. Kadar kreatinin 6.32, ureum 119. AGD pH 7.335, PCO2 30.9, PO2 94.2, HCO3 16.2, TCO3 32.1 Pasien mendapatkan terapi farmakologis: Furosemide 20mg/amp 1x3 amp IV Bicnat 500mg tab 3x1 tab Asam folat 5mg tab 1x1 tab PO Amlodipin 10mg tab 1x10 mg tab PO Insulin 10 unit IV Ceftriaxon 1gr vial 2x1 gr IV Azitromycin 500mg tab 1x1 PO N-acetilcystein 200mg tab 3x1 PO Program Perawatan dan Tindakan selanjutnya : 1. Pasien direncanakan menjalani hemodialisis 2 x/minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat serta kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI Kode: 00092
- Definisi: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau yang dibutuhkan dari lingkungan.
- SLKI Kode: KT-I
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan berbagai aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan dengan rasa nyaman.
- SIKI Kode: 30101
- Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan dari lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI Kode: 00095
- Definisi: Pengalaman terganggu yang disadari pada kuantitas dan kualitas tidur yang tidak mencukupi.
- SLKI Kode: KS-P
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- SIKI Kode: 30104
- Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mempertahankan pola tidur yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI Kode: 00002
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI Kode: KS-N
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
- SIKI Kode: 30201
- Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
4. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
- SDKI Kode: 00026
- Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
- SLKI Kode: KS-C
- Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI Kode: 30303
- Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan individu dalam mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
Program Perawatan dan Tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan:
1. Perencanaan hemodialisis 2 kali per minggu sesuai rekomendasi dokter.
2. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
3. Pemberian terapi farmakologis sesuai resep dokter.
4. Edukasi dan konseling terkait penyakit, manajemen diet, dan pentingnya kepatuhan hemodialisis.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk penanganan komprehensif. -
Article No. 17453 | 18 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk, peningkatan kelelahan otot pernapasan.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional, kelemahan fisik, kelelahan.
Tanda dan Gejala: Sesak napas saat beraktivitas, penurunan nafsu makan.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Penyebab: Penurunan sistem imun, paparan patogen.
Tanda dan Gejala: Demam, hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan lesi di paru.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sputum yang tertimbun
- Tidak ada sesak napas
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Toleransi terhadap aktivitas meningkat
- Tidak ada sesak napas atau kelelahan saat beraktivitas
- Nafsu makan membaik
3. Tidak Terjadi Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, pembengkakan, dll.)
- Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan perbaikan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Posisikan semi fowler untuk memfasilitasi ekspektorasi
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi kapasitas fungsional pasien
- Rencanakan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi
3. Manajemen Risiko Infeksi
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan gejala infeksi
- Berikan antibiotik sesuai resep
- Edukasi pasien tentang pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan perkembangan kondisi
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisinya, khususnya terkait dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 17454 | 18 May 2025
Klinis : pemasangan keteter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pemasangan kateter.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (00004)
Definisi SDKI:
Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Definisi SLKI:
Risiko Infeksi: Kondisi individu yang rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Definisi SIKI:
Risiko Infeksi: Kondisi individu yang rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan:
Pemasangan kateter meningkatkan risiko infeksi karena prosedur tersebut dapat menyebabkan patogen masuk ke dalam sistem saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan kateter menetap. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko Infeksi" dengan kode 00004 sesuai dengan NANDA-I.
Perawat harus melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi, seperti memastikan teknik aseptik saat pemasangan kateter, melakukan perawatan kateter secara rutin, dan memantau tanda-tanda infeksi. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pasien. -
Article No. 17455 | 18 May 2025
Klinis : bladder irigasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi bladder irigasi, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00047)
- Definisi: Rentan terhadap kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
3. Ketidakefektifan Pola Eliminasi Urin (00016)
- Definisi: Gangguan dalam pengeluaran urin.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Kode: 00004, 00047, 00016
- Definisi:
- Risiko Infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengkompromikan kesehatan.
- Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Rentan terhadap kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Ketidakefektifan Pola Eliminasi Urin: Gangguan dalam pengeluaran urin.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode: 1802, 1101, 0600
- Definisi:
- Kontrol Infeksi: Kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Integritas Kulit: Kondisi epidermis dan dermis yang utuh.
- Keseimbangan Cairan: Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode: 3440, 3660, 0590
- Definisi:
- Perawatan Irigasi Vesika Urinaria: Tindakan untuk membersihkan kandung kemih melalui irigasi.
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki integritas kulit.
- Manajemen Cairan: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Secara singkat, kondisi bladder irigasi dapat menyebabkan risiko infeksi, risiko kerusakan integritas kulit, dan ketidakefektifan pola eliminasi urin. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan irigasi vesika urinaria, perawatan luka, dan manajemen cairan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 17456 | 18 May 2025
Klinis : resiko perdarahan dengan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons yang Anda minta dalam format RTF dengan gaya akademis dan persona pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan:**
**Resiko Perdarahan** (Kode: **00004**)
**Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap kehilangan darah yang dapat membahayakan kesehatan.
- **Faktor Risiko:** Gangguan koagulasi, trauma, prosedur invasif, atau kondisi patologis (misalnya trombositopenia, hemofilia).
- **Kode SDKI:** **00004** (Resiko Perdarahan).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Luaran yang Diharapkan:**
- Klien mempertahankan parameter hemodinamik stabil (TD, nadi, Hb dalam rentang normal).
- Tidak ada tanda perdarahan aktif (hematoma, petekie, epistaksis).
- **Indikator SLKI:**
- **Kode L.04001:** Tanda vital stabil.
- **Kode L.04002:** Tidak ada manifestasi perdarahan.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Intervensi Utama:**
- **Memantau Risiko Perdarahan** (Kode **I.04001**): Observasi tanda vital, nilai laboratorium (Hb, trombosit), dan tanda perdarahan.
- **Edukasi Pencegahan Perdarahan** (Kode **I.04003**): Hindari aktivitas berisiko trauma, penggunaan sikat gigi lembut, hindari obat antiplatelet.
- **Manajemen Perdarahan** (Kode **I.04004**): Teknik penekanan luka, kompres dingin, kolaborasi pemberian transfusi jika diperlukan.
**Rasionalisasi Akademis:**
Resiko perdarahan memerlukan pendekatan berbasis bukti dengan fokus pada *early detection* dan pencegahan. Intervensi keperawatan harus mencakup pemantauan ketat, edukasi klien, dan kolaborasi multidisiplin untuk meminimalkan komplikasi.
---
Format RTF dapat disimpan dengan ekstensi `.rtf` dan mempertahankan struktur di atas untuk keperluan dokumentasi klinis atau akademik.