Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19483 | 10 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.DH) 37 tahun dirawat di Ruang Medikal Bedah RSU Bhamada Slawi dengan Dx Medis Gastroenteritis, mengeluh BAB dan BAK sehari sampai 10x, feses cair tanpa ampas dan berbuih, sakit perut terasa seperti diremas-remas diseluruh area abdomen, nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan: wajah pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, akral hangat, anus tampak kemerahan, pemeriksaan fisik: bunyi hipertympani, kembung, peristaltic usus 28 x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR : 22 x/menit, HR: 84 x/menit, T: 38.2 0 C, Leukosit: 12.400/uL, Hb: 13.2 g/dL, Trombosit 178.000/uL, Natrium 142 mmol/L, Kalium 4.0 mmol/L
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi Tn. DH (37 tahun) yang dirawat di Ruang Medikal Bedah RSU Bhamada Slawi dengan diagnosis medis Gastroenteritis, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Kekurangan Volume Cairan (NANDA-I: 00025)
Definisi: Risiko penurunan cairan intraseluler, intravaskuler, dan/atau ekstravaskular yang dapat membahayakan kesehatan.
b. Nyeri Akut (NANDA-I: 00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Kode: 10063
Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan cairan intraseluler, intravaskuler, dan/atau ekstravaskular yang dapat membahayakan kesehatan.
b. Nyeri Akut
Kode: 10026
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Hidrasi
Kode: 10063
Definisi: Keseimbangan cairan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Kontrol Nyeri
Kode: 10026
Definisi: Tingkat kemampuan individu untuk mengendalikan atau meredakan rasa nyeri.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Cairan
Kode: 10063
Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Manajemen Nyeri
Kode: 10026
Definisi: Upaya untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri pada individu.
Dalam kondisi Tn. DH dengan diagnosis medis Gastroenteritis, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan dan Nyeri Akut. Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan dan Manajemen Nyeri untuk mencapai luaran Hidrasi dan Kontrol Nyeri yang optimal. -
Article No. 19484 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis) merupakan kode yang sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru pada pasien ini. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kasus tuberkulosis paru yang dikonfirmasi secara bakteriologis dan histologis.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis) adalah kode prosedur yang mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien ini. Pemeriksaan sputum merupakan salah satu langkah penting dalam konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis tuberkulosis paru harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologis yang lebih lanjut, sesuai dengan standar praktik medis yang berlaku. Penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk dokumentasi dan penagihan yang akurat. -
Article No. 19485 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas. Hal ini menunjukkan adanya hambatan dalam pembersihan sekresi dari saluran napas.
b. Risiko Infeksi
Pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi karena diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Pasien juga mengalami demam dan penurunan nafsu makan, yang merupakan tanda-tanda infeksi.
c. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengontrol batuk dan mengeluarkan dahak dengan baik.
- Suara napas bronkial di paru kanan atas berkurang atau menghilang.
- Pasien tidak lagi mengalami sesak napas.
b. Tidak Terjadi Infeksi
- Tanda-tanda infeksi seperti demam dan penurunan nafsu makan hilang.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan (misalnya penurunan jumlah leukosit).
c. Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
- Pasien mampu mempertahankan berat badan atau mengalami peningkatan berat badan.
- Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitoring tanda-tanda vital dan status pernapasan
- Manajemen jalan napas (misalnya suction, postural drainage)
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Edukasi mengenai teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
b. Risiko Infeksi:
- Monitoring tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, leukosit, dll.)
- Pemberian obat anti-tuberkulosis sesuai resep
- Edukasi mengenai pencegahan penularan penyakit
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dll.)
c. Gangguan Nutrisi: Intake Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Asesmen status gizi dan kebutuhan nutrisi
- Pemberian makanan dan suplemen sesuai kebutuhan
- Edukasi mengenai pentingnya nutrisi dan peningkatan asupan
- Monitoring berat badan dan perubahan status gizi
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang dilakukan harus komprehensif dan berfokus pada penanganan masalah pernapasan, pencegahan infeksi, serta pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 19486 | 10 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.DH) 37 tahun dirawat di Ruang Medikal Bedah RSU Bhamada Slawi dengan Dx Medis Gastroenteritis, mengeluh BAB dan BAK sehari sampai 10x, feses cair tanpa ampas dan berbuih, sakit perut terasa seperti diremas-remas diseluruh area abdomen, nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan: wajah pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, akral hangat, anus tampak kemerahan, pemeriksaan fisik: bunyi hipertympani, kembung, peristaltic usus 28 x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR : 22 x/menit, HR: 84 x/menit, T: 38.2 0 C, Leukosit: 12.400/uL, Hb: 13.2 g/dL, Trombosit 178.000/uL, Natrium 142 mmol/L, Kalium 4.0 mmol/L
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi Tn. DH, 37 tahun dengan Dx Medis Gastroenteritis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan diare dan kehilangan cairan berlebih.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan motilitas usus.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Klien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Klien akan mempertahankan turgor kulit yang baik.
2. Nyeri Akut:
- Klien akan melaporkan penurunan nyeri.
- Klien akan menunjukkan ekspresi wajah yang relaks.
- Klien akan dapat beristirahat dengan nyaman.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Klien akan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Klien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Klien akan melaporkan peningkatan energi dan stamina.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan:
- Monitor intake dan output cairan.
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
- Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital secara rutin.
- Anjurkan klien untuk minum air putih atau cairan rehidrasi oral.
- Pantau turgor kulit, membran mukosa, dan tanda-tanda dehidrasi.
2. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri.
- Posisikan klien dengan posisi yang nyaman.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri yang efektif.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas klien dan batasan yang dirasakan.
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Ajarkan teknik penghemat energi dan aktivitas yang dapat ditoleransi.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan istirahat yang cukup.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang sesuai.
Penjelasan rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kebutuhan klien Tn. DH dengan diagnosa Gastroenteritis. -
Article No. 19487 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan asi eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan dikarnakan bayi tidak dirawat gabung dengan ibu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O92.20
- Deskripsi: Kegagalan menyusui, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Kode O92.20 dalam ICD-10 digunakan untuk kondisi di mana pasien tidak dapat memberikan ASI eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan karena bayi tidak dirawat bersama dengan ibu. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelelahan, masalah laktasi, atau pemisahan antara ibu dan bayi.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang spesifik yang perlu dikodekan berdasarkan ICD-9-CM Procedure, karena tidak dijelaskan adanya prosedur medis yang dilakukan. Manajemen yang mungkin diberikan dapat mencakup konseling laktasi, dukungan menyusui, atau tindakan lain untuk membantu ibu dan bayi menjalin kontak dan memulai pemberian ASI eksklusif. -
Article No. 19488 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan asi eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan dikarnakan bayi tidak dirawat gabung dengan ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sebutkan, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui (SDKI kode 00104)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk menyusui bayi secara efektif.
Faktor yang Berhubungan:
- Ketidaktersediaan dukungan keluarga
- Ketidaktersediaan perawatan gabung ibu-bayi
- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan menyusui
Karakteristik Mayor:
- Bayi tidak dapat menempel pada payudara dengan baik
- Bayi tidak dapat mengisap puting susu dengan efektif
- Produksi ASI tidak adekuat
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Keefektifan Menyusui (SLKI kode 1803)
Definisi:
Kemampuan ibu untuk menyusui bayinya secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Bayi dapat menempel pada payudara dengan baik
- Bayi dapat mengisap puting susu dengan efektif
- Produksi ASI adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Laktasi (SIKI kode 6640)
Definisi:
Pemberian bantuan dan dukungan kepada ibu untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI.
Aktivitas Keperawatan:
- Ajarkan teknik menyusui yang benar
- Fasilitasi perawatan gabung ibu-bayi
- Berikan dukungan emosional dan informasi kepada ibu
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar-standar yang terkait. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 19489 | 10 Jul 2025
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.DH) 37 tahun dirawat di Ruang Medikal Bedah RSU Bhamada Slawi dengan Dx Medis Gastroenteritis, mengeluh BAB dan BAK sehari sampai 10x, feses cair tanpa ampas dan berbuih, sakit perut terasa seperti diremas-remas diseluruh area abdomen, nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan: wajah pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, akral hangat, anus tampak kemerahan, pemeriksaan fisik: bunyi hipertympani, kembung, peristaltic usus 28 x/menit, TD : 100/70 mmHg, RR : 22 x/menit, HR: 84 x/menit, T: 38.2 0 C, Leukosit: 12.400/uL, Hb: 13.2 g/dL, Trombosit 178.000/uL, Natrium 142 mmol/L, Kalium 4.0 mmol/L
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis karena infeksi yang diasumsikan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan prosedur yang disebutkan dalam kasus ini. Pasien hanya didiagnosis dan dirawat untuk kondisi gastroenteritis.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. DH, seorang laki-laki berusia 37 tahun, dirawat di Ruang Medikal Bedah RSU Bhamada Slawi dengan diagnosis medis Gastroenteritis. Pasien mengeluhkan BAB dan BAK yang meningkat hingga 10 kali sehari, dengan feses cair tanpa ampas dan berbuih, serta nyeri perut yang terasa seperti diremas-remas di seluruh area abdomen.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, yaitu wajah pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit kering, dan akral hangat. Pemeriksaan fisik lainnya mencakup anus yang tampak kemerahan, bunyi hipertympani, kembung, dan peristalsis usus yang meningkat (28 kali/menit). Tanda-tanda vital pasien menunjukkan demam (38,2°C), tekanan darah 100/70 mmHg, laju napas 22 kali/menit, dan denyut nadi 84 kali/menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (12.400/uL), namun kadar hemoglobin (13,2 g/dL) dan trombosit (178.000/uL) masih dalam batas normal. Hasil elektrolit menunjukkan hipernatremia (142 mmol/L) dan kalium normal (4,0 mmol/L).
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah Gastroenteritis (Kode ICD-10: A09). Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini. -
Article No. 19490 | 10 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan asi eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan dikarnakan bayi tidak dirawat gabung dengan ibu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan ASI eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan karena bayi tidak dirawat gabung dengan ibu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan pola menyusui (00104)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyusui atau mempertahankan laktasi yang efektif.
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk menyusui bayi, kesulitan dalam memposisikan bayi untuk menyusu, pola menyusui yang tidak efektif, produksi ASI yang tidak adekuat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mendemonstrasikan teknik menyusui yang efektif.
2. Mempertahankan produksi ASI yang adekuat.
3. Mempertahankan pemberian ASI eksklusif.
4. Menunjukkan kepuasan dan kenyamanan dalam pemberian ASI.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Monitoring dan evaluasi pola menyusui:
- Mengobservasi dan mengevaluasi teknik menyusui.
- Mengukur produksi ASI.
- Menilai kecukupan ASI bagi bayi.
2. Edukasi dan dukungan tentang menyusui:
- Memberikan edukasi tentang teknik menyusui yang efektif.
- Membantu memposisikan bayi dengan benar saat menyusu.
- Mengajarkan teknik perawatan payudara untuk meningkatkan produksi ASI.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain:
- Berkolaborasi dengan ahli laktasi atau konselor menyusui untuk mendapatkan konsultasi dan intervensi yang lebih komprehensif.
- Berkoordinasi dengan tim perawat neonatal untuk memastikan bayi dapat dirawat gabung dengan ibu.
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakefektifan pola menyusui (00104) dipilih karena pasien mengatakan tidak bisa bertemu dengan bayi dan memberikan ASI eksklusif pada hari pertama setelah melahirkan, yang menunjukkan adanya hambatan dalam proses menyusui.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Tujuan utama adalah memastikan pasien dapat menyusui dengan efektif, mempertahankan produksi ASI yang adekuat, dan memberikan ASI eksklusif. Hal ini akan menciptakan kepuasan dan kenyamanan bagi ibu dan bayi dalam proses menyusui.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI): Monitoring dan evaluasi pola menyusui dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan intervensi yang tepat. Edukasi dan dukungan tentang menyusui bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam teknik menyusui yang efektif. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti ahli laktasi atau konselor menyusui, dapat memberikan intervensi yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. -
Article No. 19491 | 10 Jul 2025
Klinis : nyeri pada epigastrium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus nyeri epigastrium dengan tone akademis dan persona pakar keperawatan:
---
**DIAGNOSA KEPERAWATAN**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
*Definisi:* Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (epigastrium), dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat.
**STANDAR LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)**
**SLKI Code: 1401 – Kontrol Nyeri**
*Kriteria Luaran:*
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala ≤3/10).
- Ekspresi wajah/postur tubuh rileks.
- Tidak ada perilaku guarding pada area epigastrium.
- Tanda vital dalam rentang normal (TD, nadi, pernapasan).
**STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)**
**SIKI Code: 2310 – Manajemen Nyeri**
*Intervensi Utama:*
1. **Kaji karakteristik nyeri:** Lokasi (epigastrium), intensitas (skala 0-10), durasi, dan faktor pencetus/pereda.
2. **Monitor tanda vital** (TD, nadi, pernapasan) sebagai indikator respons fisiologis terhadap nyeri.
3. **Ajarkan teknik non-farmakologis:**
- Relaksasi napas dalam.
- Distraksi atau guided imagery.
- Posisi nyaman (misalnya semi-Fowler).
4. **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai resep (misalnya antasida, antagonis H2, atau PPI untuk nyeri epigastrium terkait gastritis).
5. **Edukasi klien** tentang faktor risiko (misalnya diet, stres) dan tanda bahaya (muntah darah, melena).
---
**Catatan Akademis:**
- **Diferensial Diagnosis:** Nyeri epigastrium dapat terkait gastritis, GERD, ulkus peptikum, atau patologi bilier. Asesmen komprehensif (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang seperti endoskopi) diperlukan untuk etiologi pasti.
- **Evidence-Based Practice:** Intervensi non-farmakologis seperti relaksasi terbukti mengurangi persepsi nyeri (Johnson et al., 2019). Pemantauan tanda vital esensial untuk deteksi dini komplikasi (perforasi ulkus).
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan asuhan keperawatan spesifik. -
Article No. 19492 | 10 Jul 2025
Klinis : sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait kondisi **sesak napas** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode SDKI: D.0009**
**Gangguan Pertukaran Gas**
*Definisi:* Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada membran alveolus-kapiler, yang dapat disebabkan oleh obstruksi jalan napas, penurunan luas permukaan paru, atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
**Faktor Penyebab (Etiologi):**
- Kondisi akut (asma, pneumonia, emboli paru)
- Penyakit kronis (PPOK, gagal jantung)
- Gangguan mekanik pernapasan (trauma dada, efusi pleura)
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.0401**
**Peningkatan Fungsi Pernapasan**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
2. Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95% pada udara ruangan.
3. Penggunaan otot bantu napas berkurang/tidak ada.
4. Pasien melaporkan penurunan keluhan sesak (skala dyspnea Borg ≤3).
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.0901**
**Manajemen Jalan Napas**
*Tindakan:*
1. **Posisikan pasien semi-Fowler/Fowler tinggi** untuk optimalisasi ekspansi paru.
2. **Berikan oksigen tambahan** sesuai indikasi (misal: nasal kanul 2–4 L/menit atau masker venturi).
3. **Lakukan fisioterapi dada** (jika tidak kontraindikasi) untuk mobilisasi sekret.
4. **Pantau tanda vital dan saturasi oksigen** setiap 1–2 jam.
5. **Ajarkan teknik pernapasan diafragma** untuk mengurangi kerja otot pernapasan.
**Kode SIKI Tambahan:**
- **I.1101** (Edukasi Kesehatan): Jelaskan penyebab sesak napas dan strategi pencegahan eksaserbasi.
- **I.0503** (Manajemen Ansietas): Turunkan kecemasan yang memperburuk sesak melalui pendekatan terapeutik.
---
### **Dasar Teori (Pendekatan Akademis)**
Sesak napas (*dyspnea*) merupakan gejala multidimensi yang melibatkan **fisiologi (hipoksemia, hiperkapnia) dan psikologis (ansietas)**. Patofisiologi utama mencakup:
- **Peningkatan resistensi jalan napas** (asma, bronkitis).
- **Penurunan compliance paru** (fibrosis, edema paru).
- **Gangguan difusi gas** (ARDS, emfisema).
*Evidence-Based Practice:* Pemberian oksigen dan posisi semi-Fowler didukung oleh studi **American Thoracic Society (2020)** sebagai intervensi pertama untuk meningkatkan ventilasi-perfusi.
---
### **Catatan Penting**
- **Kolaborasi dengan tim medis** diperlukan jika sesak napas disertai tanda kegawatan (sianosis, retraksi interkostal).
- **Dokumentasi** harus mencakup: karakteristik sesak (onset, durasi), respons terhadap intervensi, dan perubahan status klinis.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis Anda. Untuk kasus spesifik, selalu lakukan **asesmen komprehensif** dan pertimbangkan faktor individu pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Potter & Perry. (2021). *Fundamentals of Nursing*. Edisi 10. Elsevier.