Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17617 | 21 May 2025
Klinis : KELUHAN UTAMA: Pasien datang ke IGD dengan keluhan kelemahan mendadak pada lengan dan tungkai kanan seiak 6 jam sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri kepala, pusing dan bicara pelo. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Tn. C, Laki-laki 64 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kelemahan tiba-tiba pada lengan dan tungkai kanan sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan kelemahan tersebut disertai kesulitan berbicara (bicara pelo) dan mulut terasa mencong ke kiri. Tidak ada riwayat keiang, pingsan, atau kehilangan kesadaran. Pasien masih dapat memahami pembicaraan, tetapi mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata. Pasien menyatakan sempat merasakan nyeri kepala ringan sebelum gejala muncul. Tidak ada keluhan demam, mual, atau muntah. Pasien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi, namun tidak rutin kontrol dan hanya sesekali minum obat amlodipin. Pasien juga memiliki iwayat kolesterol tinggi tetapi tidak kontrol sejak 1 tahun terakhir. Pasien merokok sejak usia 20 tahun, rata-rata 1 bungkus/hari, dan masih aktif merokok sampai saat ini. Pasien mengatakan selama ini tidak memiliki riwayat diabetes mellitus. Riwayat keluarga: Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 70 tahun. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi. PEMERIKSAAN FISIK: Kesadaran pasien sadar compos mentis E4M6V5, tampak lemah dan dibantu keluarganya saat datang ke IGD. Status gizi pasien terkesan overweight, dengan berat badan 78 kg dan tinggi badan 168 cm. Tanda-tanda vital saat masuk menunjukkan tekanan darah 190/100 mmHg, MAP: 130 mmHg, Nadi: 88 kali per menit dengan irama teratur dengan kekuatan 2+, frekuensi napas 20 kali per menit irama teratur, suhu tubuh 36,7°C, dan saturasi oksigen 98% dengan room air, Pupil size isokhor 2+/2+. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan deviasi mulut ke arah kiri yang menunjukkan adanya kelemahan otot fasialis perifer kanan. Pemeriksaan motorik menunjukkan penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kanan dengan nilai 2222/2222, sementara ekstremitas kirt masin dalam batas normal dengan kekuatan SSs5/5555. Refleks patologis Babinski postut di ssl kanan mengindikasikan adanya lesi pada taktus korikospinalis. Pemeriksaan sensonik uidak menuniussan selainan bermakna dan koordinasi tidak dapat diniai secara optimal karena hemiparesis pada sisi kanan tubub. Skor NIHSS pasien saat pemeriksaan awal adalah 9, mengindikasikan stroke sedang. Pemeriksaan kepala tidak menunjukkan adanya tanda-tanda trauma atau cedera. Leher dalam kondisi normal, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening servikal. Pada pemeriksaan sistem kardiopulmonary tidak ditemukan kelainan bermakna Buny! jantung reguler tanpa murmur, dan bunyi napas yesikular terdengar pada kedua lapang par Tidak ada Dyeri abdomen dan bising usus normal RUQ: 11 x/menit, RLQ 9 x/menit, LLQ: 8 x/menit, LUQ: 9 x/menit . Tidak ditemukan edema perifer dengan akral hangat, CRT<3 detik. PEMERIKSAAN PENUNJANG • CT Scan Kepala non-kontras (25 Januari 2025): Infark iskemik akut di daerah kapsula interna kiri, tanpa perdarahan EKG: Sinus rhythm, left ventricular hypertrophy (LVH) • . D-dimer: 1.200 ng/mL • HbAlc: 9,2% • Glukosa darah sewaktu: 287 mg/dL • Leukosit: 10.200/mm3 • Kolesterol total: 245 mg/dL LDL: 170 mg/dL • HDL: 38 mg/dL • Trigliserida: 210 mg/dL • CRP: 7 mg/L • Albumin: 3,5 g/dL • Hb: 13,2 g/dL Ht: 39% Ureum/Kreatinin: 33/1,1 mg/dI Foto thorax (21 Mei 2025): Kardiomegali, pulmo dalam batas normal Doppler carotid duplex (25 Desember: 2024): Aterosklerosis ringan pada A. carotis communis kiri, tanpa stenosis signifikan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perfusi Serebral Terganggu
Faktor yang berhubungan: Gangguan aliran darah serebrum (infark iskemik akut di daerah kapsula interna kiri)
Karakteristik definitif: Kelemahan mendadak pada lengan dan tungkai kanan, bicara pelo, deviasi mulut ke kiri, penurunan kekuatan otot ekstremitas kanan.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Faktor yang berhubungan: Hipertensi (tekanan darah 190/100 mmHg), diabetes mellitus (kadar glukosa darah 287 mg/dL, HbA1c 9,2%), dislipidemia (kolesterol total 245 mg/dL, LDL 170 mg/dL, trigliserida 210 mg/dL)
3. Defisit Perawatan Diri
Faktor yang berhubungan: Kelemahan fisik (hemiparesis kanan) dan gangguan kognitif (kesulitan berbicara)
Karakteristik definitif: Membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Serebral
- Pasien akan mempertahankan/meningkatkan kekuatan otot ekstremitas kanan (skor kekuatan otot pada pemeriksaan motorik)
- Pasien akan menunjukkan tidak ada peningkatan gejala neurologis (deviasi mulut, bicara pelo)
2. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
- Pasien akan mempertahankan/mencapai tekanan darah dalam rentang normal (tekanan darah 120-140/80-90 mmHg)
- Pasien akan mempertahankan/mencapai kadar glukosa darah dalam rentang normal (80-130 mg/dL)
- Pasien akan mempertahankan/mencapai profil lipid dalam rentang normal (kolesterol total <200 mg/dL, LDL <100 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL)
3. Kemandirian Perawatan Diri
- Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Serebral
- Monitor tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan farmakologis (antiplatelet, antikoagulan, antihipertensi, antidiabetik, antidislipidemia)
- Berikan posisi kepala hingga 30 derajat untuk meningkatkan aliran darah serebral
- Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif dan pasif untuk ekstremitas kanan
2. Manajemen Hipertensi
- Monitor tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi antihipertensi
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kepatuhan minum obat dan modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktifitas fisik, berhenti merokok)
3. Manajemen Diabetes Mellitus
- Monitor kadar glukosa darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian terapi antidiabetik
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai diet diabetik, aktivitas fisik, dan pemantauan glukosa mandiri
4. Perawatan Diri
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat ketergantungannya
- Kolaborasi dengan tim terapi okupasi untuk melatih kemandirian pasien dalam aktivitas sehari-hari
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai strategi perawatan diri yang tepat
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai seorang perawat pakar. -
Article No. 17618 | 21 May 2025
Klinis : S: - O: Keadaan umum berat, Kesadaran delirium GCS 7 (E3M3V1) - Skala nyeri tidak terkaji, Akses vaskular dialisis; CTL a/r v. Jugularis Dextra - Rubor (+), Kalor (-), Dolor (-), Tumor (-), FL (-), Bleeding (-), Purulen (-) - Akral hangat, pulsasi cepat-teraba-Rrythm, CRT<2 detik, Turgor kulit sedang, Mukosa mulut/bibir kering-pecah-pecah (+), Terpasang NGT Spooling NS & Aquabides 1000mL/24jam - Warna kulit pucat (-), Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva Suffusion (+/+), Sklera ikterik (-/-) - SN Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-, PCH (-), PIC (+), PABD (+) - Sianosis/Hipoksia/Dyspnea (+), Ortopnea (-), PND (-) - Edema ekstremitas +3/+3, Ascites (-) - Oliguria/Anuria/Hematuria (-) Terpasang: - Insulin Alg. 1; 3mL/jam (GDS/4jam) - NS 0.9% 500mL/12jam (14tpm/macro) - Urin Kateter, Prod. (+) 100mL, warna kuning jernih - NRM 10LpM/FiO2 95% - NGT Spooling with Aquabides 1000mL/24jam Hasil Lab: - HB 11.7, HT 35.6, LEU 16.000, TR 111.000, Na+ 135, K+ 4.1, Cl- 105, UR 268.0, CR 8.10, IgM Leptospira Positif Lemah (19-05-2025) - Anti HCV Negatif, HBsAg & HIV Non-Reaktif, PT 9.6, INR 0.9 (20-05-2025) - pH 7.54, pCO2 12, pO2 84, HCO3- 10, SO2 99.3, BeB 9.3 (21-05-2025) - SGOT 91, SGPT 43, ALB 2.72, GDS 294 (21-05-2025) - TD 144/85 mmHg - HR 100 x/mnt (Arrythm) - RR 24 x/mnt - Sh 36.5 °C - SpO2 100% on NRM 10LpM/FiO2 95%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kehilangan cairan akibat dialisis ditandai dengan akral hangat, pulsasi cepat, CRT <2 detik, turgor kulit sedang, mukosa kering, dan produksi urin oliguria.
2. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kesadaran, dan gangguan pernapasan ditandai dengan keadaan umum berat, GCS 7, dan adanya sianosis/hipoksia/dispnea.
3. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cedera fisiologis yang tidak terkaji ditandai dengan skala nyeri tidak terkaji.
4. Risiko infeksi (00004) berhubungan dengan tindakan dialisis, akses vaskular dan terpasang NGT ditandai dengan adanya rubor dan adanya tanda-tanda infeksi lainnya.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer (00204) berhubungan dengan penurunan volume cairan dan perubahan hemodinamik ditandai dengan akral hangat, pulsasi cepat, CRT <2 detik, dan edema ekstremitas.
6. Gangguan keseimbangan elektrolit (00195) berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan hasil laboratorium elektrolit yang tidak normal.
7. Gangguan fungsi hati (00235) berhubungan dengan gagal ginjal akut dengan komplikasi ditandai dengan hasil laboratorium fungsi hati yang tidak normal.
Luaran (SLKI):
1. Tercapainya keseimbangan cairan yang ditandai dengan akral hangat, pulsasi teraba, CRT <2 detik, turgor kulit normal, dan produksi urin >30 ml/jam.
2. Meningkatnya toleransi aktivitas yang ditandai dengan GCS 14-15, penurunan sianosis/hipoksia/dispnea, dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
3. Terkontrolnya nyeri yang ditandai dengan skala nyeri <4.
4. Tidak terjadi infeksi yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
5. Mempertahankan perfusi jaringan perifer yang ditandai dengan akral hangat, pulsasi teraba, CRT <2 detik, dan edema minimal.
6. Tercapainya keseimbangan elektrolit yang ditandai dengan hasil laboratorium elektrolit dalam batas normal.
7. Mempertahankan fungsi hati yang ditandai dengan hasil laboratorium fungsi hati dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kekurangan volume cairan:
- Pantau tanda-tanda vital dan intake/output
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian dialisis sesuai indikasi
- Pantau tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan
2. Intoleransi aktivitas:
- Pantau status kesadaran dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Batasi aktivitas dan dorong istirahat
- Kolaborasi pemberian terapi suportif
3. Nyeri akut:
- Identifikasi dan dokumentasi karakteristik nyeri
- Berikan analgesik sesuai kolaborasi
- Gunakan manajemen nyeri non-farmakologi
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri
4. Risiko infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Lakukan perawatan akses vaskular dan NGT secara aseptik
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
- Tingkatkan higiene personal dan lingkungan
5. Gangguan perfusi jaringan perifer:
- Pantau tanda-tanda perfusi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah
- Kolaborasi pemberian vasoaktif jika diperlukan
6. Gangguan keseimbangan elektrolit:
- Pantau hasil laboratorium elektrolit
- Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian terapi dialisis jika diperlukan
- Evaluasi keseimbangan elektrolit secara berkala
7. Gangguan fungsi hati:
- Pantau hasil laboratorium fungsi hati
- Berikan nutrisi yang mendukung fungsi hati
- Kolaborasi pemberian terapi suportif hati jika diperlukan
- Evaluasi perkembangan fungsi hati secara berkala
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan sesuai dengan persona pakar nurse. -
Article No. 17619 | 21 May 2025
Klinis : buatkan intervensi dan tujuan pada pasien dgn keluhan nyeri 3/10 siki nya pemberian analgesik, buatkan outputnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien dengan nyeri 3/10 setelah pemberian analgesik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1994).
Tujuan dan Intervensi Keperawatan (SIKI):
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga 1/10 dalam waktu 30 menit setelah intervensi keperawatan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan tidur dengan baik.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri).
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk optimalisasi manajemen nyeri.
5. Berikan kenyamanan fisik, seperti posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang.
6. Libatkan keluarga dalam manajemen nyeri pasien.
7. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri hingga 1/10.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan tidur dengan baik.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen nyeri yang efektif.
5. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengalami keluhan nyeri dengan intensitas 3/10 setelah pemberian analgesik. Tujuan keperawatan ditetapkan untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memastikan istirahat yang nyaman. Intervensi keperawatan difokuskan pada pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik manajemen nyeri non-farmakologis, kolaborasi dengan tim kesehatan, serta optimalisasi kenyamanan fisik dan dukungan keluarga. Luaran yang diharapkan mencakup penurunan intensitas nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, kualitas istirahat yang baik, dan stabilitas tanda-tanda vital.
Sebagai perawat profesional, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan keluhan nyeri. -
Article No. 17620 | 21 May 2025
Klinis : pasien post amputasi metatarsal akibat komplikasi dari DM dan CKD, keluhan anemia dan hipoglikemi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien post amputasi metatarsal akibat komplikasi dari DM dan CKD, dengan keluhan anemia dan hipoglikemi.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
a. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan pembedahan amputasi metatarsal
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anemia dan hipoglikemi
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan fatigue akibat anemia dan hipoglikemi
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
a. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Integritas kulit akan membaik, tidak terjadi kerusakan kulit lebih lanjut
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka amputasi
- Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kadar Hb dan glukosa darah dalam batas normal
- Pasien tidak mengeluhkan gejala anemia dan hipoglikemi
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan status gizi yang membaik
c. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa lemah dan kelelahan yang berlebihan
- Tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi kardiovaskular dan respirasi saat melakukan aktivitas
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
a. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Perawatan luka amputasi secara rutin
- Mempertahankan kebersihan dan kelembapan kulit
- Identifikasi tanda-tanda infeksi dan mengelolanya secara tepat
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Asesmen status nutrisi dan kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral
- Pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang tepat
- Pemantauan kadar Hb dan glukosa darah secara rutin
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
c. Intoleransi Aktivitas:
- Asesmen toleransi aktivitas pasien
- Perencanaan aktivitas bertahap sesuai dengan kondisi pasien
- Pemberian bantuan mobilisasi dan latihan fisik yang sesuai
- Pemantauan tanda-tanda vital saat melakukan aktivitas
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas yang aman
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 17621 | 21 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Pasien dengan Tuberkulosis Paru)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat pada membran alveolus-kapiler akibat proses inflamasi dan lesi tuberkulosis di paru.
**Faktor yang Berhubungan (Etiologi):**
- Kerusakan jaringan paru (lesi tuberkulosis).
- Peningkatan produksi sekret (dahak kental).
- Restriksi ekspansi paru akibat nyeri atau kelemahan otot pernapasan.
---
### **2. Kriteria Luaran (SLKI) dan Intervensi (SIKI):**
#### **a. Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 0401 – Status Pernapasan)**
**Indikator:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
- Saturasi oksigen (SpO?) ?95%.
- Tidak ada sianosis atau penggunaan otot bantu pernapasan.
- Batuk produktif dengan dahak jernih (penurunan viskositas sekret).
#### **b. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**1. Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 3140)**
- **Tindakan:**
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Berikan posisi semi-Fowler untuk optimasi ventilasi.
- Kolaborasi pemberian mukolitik/ekspektoran sesuai resep.
**2. Manajemen Oksigenasi (SIKI Code: 3320)**
- **Tindakan:**
- Monitor saturasi oksigen secara berkala.
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan (sesuai indikasi).
- Observasi tanda hipoksia (gelisah, takikardia).
**3. Edukasi Kesehatan (SIKI Code: 5604)**
- **Tindakan:**
- Jelaskan pentingnya kepatuhan terapi OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
- Ajarkan pencegahan penularan (etika batuk, penggunaan masker).
- Rekomendasikan diet tinggi kalori-protein untuk pemulihan nutrisi.
---
### **3. Diagnosa Tambahan (Komorbid):**
**a. Risiko Defisit Nutrisi (SDKI Code: 00022)**
- **Intervensi:** Monitor asupan kalori, berikan suplemen nutrisi.
**b. Kelelahan (SDKI Code: 00093)**
- **Intervensi:** Atur jadual aktivitas-istirahat, edukasi penghematan energi.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** digunakan untuk merumuskan masalah keperawatan berbasis respon manusia.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)** mengukur capaian luaran objektif dan subjektif.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** memberikan kerangka tindakan berbasis evidence-based practice.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
*Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan pendekatan holistik (bio-psiko-sosio-spiritual).* -
Article No. 17622 | 21 May 2025
Klinis : 1. persalinan spontan 2 jam yang lalu 2. ?Bayi lahir sehat BB 4,3 Kg,PB :49 cm 3. Observasi kala IV persalinan, terjadi pendarahan pervaginam lebih dari 500cc 4. Uterus teraba lembek dan kontraksi lemah, TFU setinggi pusat 5. Terdapat laserasi jalan lahir yang telah dilakukan heacting 6. banyak lochea rubra dengan banyak gumpalan 7. ? Hasil pemeriksaan vital sign: 8. Tekanan darah: 90/65 mmHg 9. Nadi: 110 x/menit 10. Suhu: 36°C 11. Riwayat persalinan kala III cepat, diberikan oksitosin 10 Unit IM dan dilakukan kompresi eksternal pada uterus. 12. Saat ini mendapat terapi 20 Unit oksitosin dalam 1000 ml NaCl 20 tts/menit, 800 mcg misoprostol per rectal. 13. Dilakukan kateterisasi urine produksi 20 ml selama 2 jam pengamatan. 14. Dilakukan massage fundus uteri. 15. Ibu juga dalam persiapan pemberian transfusi darah dan masih menunggu hasil pemeriksaan darah lengkap dan jumlah trombosit, golongan darah, fibrinogen, produk-produk pemecahan fibrin, prothrombin time, dan partial prothrombin time. DS: 1. Seorang ibu postpartum berusia 37 tahun 2. ?Status partus P3A0
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
### **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Perfusi Jaringan Tidak Efektif (SDKI: 0002)**
**Kode:** 0002
**Penjelasan:**
Kondisi ini disebabkan oleh perdarahan postpartum (lebih dari 500 mL) dengan tanda-tanda hipovolemia (TD 90/65 mmHg, nadi 110x/menit, produksi urine rendah 20 mL/2 jam), uterus lembek, kontraksi lemah, dan banyak lochea rubra dengan gumpalan. Hal ini mengindikasikan risiko syok hipovolemik dan gangguan perfusi jaringan.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Perfusi Jaringan Membaik (SLKI: 0002)**
**Kode:** 0002
**Kriteria Evaluasi:**
- Tekanan darah stabil (?100/60 mmHg)
- Nadi ?100x/menit, teratur
- Produksi urine ?30 mL/jam
- Kulit hangat, tidak pucat
- Tingkat kesadaran baik (compos mentis)
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Manajemen Perdarahan Postpartum (SIKI: 2405)**
**Kode:** 2405
**Tindakan Keperawatan:**
1. **Pemantauan tanda vital setiap 15-30 menit** (TD, nadi, pernapasan, suhu).
2. **Pemantauan kontraksi uterus** (palpasi fundus uteri, pastikan tidak lembek).
3. **Massage fundus uteri** untuk merangsang kontraksi.
4. **Observasi jumlah dan karakteristik lochea** (catat perdarahan berlebih/gumpalan).
5. **Kolaborasi pemberian uterotonika** (oksitosin IV, misoprostol per rektal).
6. **Persiapan transfusi darah** sesuai hasil laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen).
7. **Pemantauan produksi urine** (output <30 mL/jam menunjukkan hipovolemia).
8. **Pemberian cairan intravena** (NaCl 0,9% atau RL sesuai kebutuhan).
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**1. Risiko Infeksi (SDKI: 0004)**
**Kode:** 0004
**Faktor Risiko:** Laserasi jalan lahir, perdarahan masif, dan tindakan invasif (kateterisasi, kompresi uterus).
**Intervensi (SIKI: 3400 – Pencegahan Infeksi):**
- Perawatan luka perineum dengan teknik aseptik.
- Pantau tanda infeksi (demam, lochea berbau, nyeri).
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan.
**2. Nyeri Akut (SDKI: 0016)**
**Kode:** 0016
**Etiologi:** Laserasi jalan lahir, kontraksi uterus, dan tindakan hemostasis.
**Intervensi (SIKI: 1400 – Manajemen Nyeri):**
- Berikan analgesik sesuai resep.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Evaluasi skala nyeri (0-10).
---
### **Kesimpulan:**
Kondisi ini merupakan **perdarahan postpartum (atonia uteri)** dengan risiko tinggi syok hipovolemik. Prioritas keperawatan adalah **stabilisasi hemodinamik**, **penghentian perdarahan**, dan **pencegahan komplikasi** (infeksi, gagal ginjal akut).
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumentasi klinis.)* -
Article No. 17623 | 21 May 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun, satu tahun sebelumnya, klien mengalami KDRT oleh suaminya selama 10 tahun pernikahan. Klien seringkali mengalami kekerasan fisik seperti ditendang, dijambak bahkan pernah disayat oleh pisau. Selain kekerasan fisik yang diterima, klien juga mengalami kekerasan psikis, misalnya dibentak dengan kasar, dihina dengan kata kata kotor, dan diancam akan dibunuh oleh suaminya jika klien menceritakan kejadian yang dialaminya selama ini. Saat ini klien sudah berada di rumah orang tuanya, saat pengkajian klien mengatakan bahwa setelah kejadian itu, klien menjadi sulit tidur, jika mendengar suara keras klien tiba-tiba berteriak ketakutan sambil menangis dan menutup telinganya, badan gemetar, badan terasa lemas dan seakan tidak bisa digerakkan. Hal itu menurut klien masih sering dirasakan dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kasus yang Ibu sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Karakteristik mayor: Sulit untuk memulai atau mempertahankan tidur, terbangun terlalu dini, bangun tidak merasa segar.
Faktor yang berhubungan: Faktor stres psikologis, seperti pengalaman trauma, kekerasan, dan KDRT.
2. Cemas (00146)
Definisi: Kekhawatiran, ketakutan, atau kepanikan yang tidak tepat atau tidak proporsional dengan stimulus yang ada.
Karakteristik mayor: Gelisah, waspada, mudah terkejut, frekuensi jantung meningkat.
Faktor yang berhubungan: Paparan terhadap ancaman, seperti kekerasan fisik dan psikologis.
3. Gangguan Proses Pikir (00130)
Definisi: Gangguan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis, koheren, dan rasional.
Karakteristik mayor: Sulit konsentrasi, tidak fokus, persepsi menyimpang.
Faktor yang berhubungan: Stres psikologis, seperti trauma dan KDRT.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Tidur Membaik (0004)
Definisi: Tercapainya pola tidur yang adekuat dan memuaskan.
Indikator:
a. Klien dapat tidur tanpa gangguan.
b. Klien terbangun merasa segar.
c. Klien terbangun sesuai jam tidur normal.
2. Tingkat Kecemasan Menurun (1402)
Definisi: Tingkat kekhawatiran, ketakutan, atau kepanikan yang menurun.
Indikator:
a. Klien menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
b. Klien melaporkan tidak lagi merasa gelisah atau waspada.
c. Klien tidak lagi terkejut dengan mudah.
3. Proses Pikir Membaik (0907)
Definisi: Kemampuan untuk berpikir secara logis, koheren, dan rasional yang membaik.
Indikator:
a. Klien dapat berkonsentrasi dengan baik.
b. Klien dapat fokus pada pembicaraan atau tugas.
c. Klien dapat mempersepsikan realitas dengan akurat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Tidur (5850)
a. Identifikasi pola tidur klien saat ini dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
b. Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur, seperti teknik pernapasan dalam.
c. Anjurkan klien untuk menghindari stimulasi berlebihan sebelum tidur.
d. Monitor kualitas dan kuantitas tidur klien secara berkala.
2. Manajemen Kecemasan (5820)
a. Identifikasi penyebab kecemasan klien, seperti pengalaman trauma.
b. Ajarkan teknik manajemen stres, seperti teknik visualisasi dan distraksi.
c. Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan klien.
d. Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental, jika diperlukan.
3. Terapi Realitas (4920)
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak realistis.
b. Dorong klien untuk melihat realitas situasi secara objektif.
c. Ajarkan teknik pengolahan informasi yang realistis.
d. Berikan umpan balik positif untuk mendukung perilaku yang realistis.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan sampaikan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 17624 | 21 May 2025
Klinis : manajemen ansietas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "manajemen ansietas":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "manajemen ansietas" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ansietas". Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons autonom, perasaan tegang yang diakibatkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan pengalaman subyektif individu dan tidak dapat diamati secara langsung, serta dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi masalah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan "manajemen ansietas", diharapkan dapat tercapai luaran/output keperawatan sebagai berikut:
1. Kontrol Ansietas: Kemampuan individu untuk mengenali, mengelola, dan mengurangi respons fisiologis, perilaku, dan kognitif terhadap stimulus yang dipersepsikan sebagai ancaman.
2. Relaksasi: Penurunan ketegangan fisik dan mental yang memungkinkan individu untuk beristirahat dan memulihkan energi.
3. Tidur yang Adekuat: Pola tidur yang cukup dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan individu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan "manajemen ansietas", diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Ansietas:
- Identifikasi faktor penyebab dan pemicu ansietas
- Ajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, distraksi, visualisasi, dan progresif)
- Berikan terapi aroma dan musik untuk mengurangi ansietas
- Kolaborasi dengan terapis lain (psikolog, psikiater) jika diperlukan
2. Terapi Relaksasi:
- Ajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, dan guided imagery)
- Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang dapat memicu relaksasi
- Fasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas relaksasi secara mandiri
3. Manajemen Tidur:
- Kaji pola tidur dan identifikasi faktor yang mengganggu tidur
- Ajarkan teknik manajemen tidur (hindari kafein, pengaturan lingkungan tidur, dll.)
- Berikan intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat (terapi musik, terapipengaturan lingkungan, dll.)
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan dalam mengelola ansietas yang dialaminya. Pendekatan yang holistik dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 17625 | 21 May 2025
Klinis : Pasien mengeluh pusing seperti berputar putar, badan lemas, penglihatan agak buram, kesemutan diseluruh badan, nyeri dikepala dirasakan ± 3 jam sebelum masuk RS, nyeri dirasakan tumpul, dengan skala 4-5. Diagnosa medis vertigo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu pusing seperti berputar-putar, badan lemas, penglihatan agak buram, kesemutan di seluruh badan, dan nyeri kepala, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Risiko Ketidakstabilan Posisi Tubuh berhubungan dengan gangguan fungsi vestibular (vertigo).
Rasional: Gejala pusing seperti berputar-putar, badan lemas, dan kesemutan di seluruh badan menunjukkan adanya gangguan fungsi vestibular yang dapat menyebabkan risiko ketidakstabilan posisi tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Posisi Tubuh: Pasien menunjukkan stabilitas posisi tubuh yang memadai.
Rasional: Setelah menerima asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan stabilitas posisi tubuhnya dengan baik, sehingga risiko jatuh dapat diminimalkan.
b. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan nyeri kepala terkontrol dengan skala 0-2.
Rasional: Setelah menerima asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mengelola nyeri kepala yang dialaminya sehingga terkontrol dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Risiko Jatuh
- Kaji faktor risiko jatuh pada pasien.
- Lakukan pengukuran stabilitas posisi tubuh pasien.
- Berikan bantuan mobilisasi dan alat bantu jika diperlukan.
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien dengan gangguan fungsi vestibular (vertigo).
b. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri pasien secara komprehensif.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengelola nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter terkait pengobatan nyeri.
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengelola nyeri kepala yang dialaminya.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diberikan didasarkan pada gejala dan kondisi pasien yang mengalami vertigo. Asuhan keperawatan yang komprehensif diharapkan dapat membantu pasien dalam mencapai stabilitas posisi tubuh dan pengelolaan nyeri yang optimal. -
Article No. 17626 | 21 May 2025
Klinis : Pasien mengeluh pusing seperti berputar putar, badan lemas, kebas dan kesemutan di badan tangan dan kaki. Nyeri dikepala krana pusing, nyeri dirasakan tumpul dengn skala 4-5. Pusing membuat tidur pasien terganggu, pasien sering bangun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Pusing (00786)
Definisi: Sensasi putaran atau gerakan dalam kepala yang menyebabkan ketidakseimbangan.
Penyebab: Gangguan sistem pernapasan, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan sistem neurologis, gangguan metabolik, defisiensi nutrisi, dehidrasi, stres, kecemasan.
2. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Penyebab: Gangguan sistem saraf, ketidakseimbangan kimia, trauma, infeksi.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penyebab: Nyeri, kecemasan, depresi, gejala fisik, lingkungan yang tidak nyaman.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pusing (00786)
Luaran:
- Kontrol Pusing (1705)
Indikator: Pasien melaporkan pusing berkurang, pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa pusing.
- Toleransi Aktivitas (0005)
Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa merasa pusing.
2. Nyeri Akut (00132)
Luaran:
- Kontrol Nyeri (1605)
Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
- Kualitas Tidur (0004)
Indikator: Pasien dapat tidur dengan lelap tanpa terbangun karena nyeri.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
Luaran:
- Kualitas Tidur (0004)
Indikator: Pasien dapat tidur dengan lelap dan bangun dengan segar.
- Toleransi Aktivitas (0005)
Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang cukup.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pusing (00786)
Intervensi:
- Manajemen Pusing (4160)
Tindakan: Identifikasi penyebab pusing, monitor tanda-tanda vital, kolaborasi dengan tenaga medis, berikan terapi farmakologis, anjurkan pasien untuk beristirahat.
- Manajemen Aktivitas (0200)
Tindakan: Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai toleransi, evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2. Nyeri Akut (00132)
Intervensi:
- Manajemen Nyeri (1400)
Tindakan: Identifikasi karakteristik nyeri, kolaborasi dengan tenaga medis untuk terapi farmakologis, ajarkan teknik nonfarmakologis, evaluasi efektivitas pengelolaan nyeri.
- Manajemen Tidur (1850)
Tindakan: Identifikasi faktor yang mengganggu tidur, atur lingkungan yang nyaman untuk tidur, berikan terapi relaksasi, evaluasi kualitas tidur.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
Intervensi:
- Manajemen Tidur (1850)
Tindakan: Identifikasi faktor yang mengganggu tidur, atur lingkungan yang nyaman untuk tidur, berikan terapi relaksasi, evaluasi kualitas tidur.
- Peningkatan Energi (0180)
Tindakan: Identifikasi sumber energi pasien, bantu pasien melakukan aktivitas sesuai toleransi, ajarkan teknik manajemen energi, evaluasi peningkatan energi pasien.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sesuai, yaitu Pusing, Nyeri Akut, dan Gangguan Pola Tidur. Masing-masing diagnosa memiliki luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut. Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin telah disajikan dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.