Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17690 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus Ibu M yang menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan komplikasi Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 00002
b. Judul: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Rencana Keperawatan SLKI:
a. Kode: P-0002
b. Judul: Manajemen Nutrisi
c. Definisi: Kemampuan untuk mengatur asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
a. Kode: I-0001
b. Judul: Pengaturan Diet
c. Definisi: Pemberian makanan dan minuman yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi pasien.
Selain itu, terdapat beberapa intervensi keperawatan lain yang dapat diberikan, antara lain:
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (I-0002)
- Pemantauan Glukosa Darah (I-0003)
- Pemberian Insulin (I-0004)
- Edukasi Manajemen Diabetes (I-0005)
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami Ibu M, yaitu ketidakseimbangan nutrisi, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Ibu M serta keluarganya dalam mengelola diabetes, serta mencapai stabilitas kondisi metabolik pasien. -
Article No. 17691 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1: Ketidakseimbangan Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan Tubuh)**
*Definisi:* Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh akibat faktor biologis, psikologis, atau ekonomi.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah, penurunan nafsu makan).
- Ketidakpatuhan diet DM (kurangnya pengetahuan keluarga tentang diet diabetes).
- BMI 18,2 kg/m² (berat badan kurang).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1.1: Status Nutrisi Meningkat** *(Kode SLKI: B.1.1.1)*
*Kriteria Evaluasi:*
- Peningkatan asupan makanan sesuai kebutuhan (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan kadar glukosa darah (dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL).
- Peningkatan kesadaran terhadap pentingnya diet diabetes.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **B.1.1.1.1: Manajemen Nutrisi** *(Kode SIKI: B.1.1.1.1)*
*Intervensi:*
- Edukasi gizi sesuai prinsip **3J** (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu seimbang (karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat).
- Pemantauan asupan makan dan respons glikemik.
- **B.1.1.1.2: Manajemen Hiperglikemia** *(Kode SIKI: B.1.1.1.2)*
*Intervensi:*
- Pemberian insulin (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam) secara kolaboratif.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai Sebagian:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan porsi makan terpenuhi).
- Penurunan glukosa darah (274 mg/dL), meski belum mencapai target ideal.
- Peningkatan pengetahuan keluarga tentang diet DM.
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan edukasi gizi dan pemantauan ketat pola makan pasca-rawat.
- Rujuk ke layanan gizi komunitas untuk follow-up jangka panjang.
---
*Referensi: PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 17692 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Ibu M:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode: D.0026**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
*Berhubungan dengan faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah) dan ketidaktahuan keluarga tentang manajemen diet DM tipe 2.*
**Penjelasan:**
Kondisi pasien dengan BMI 18,2 kg/m² (underweight), asupan nutrisi tidak adekuat, dan ketidakpatuhan diet DM menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi. Faktor biologis (HHNK) dan kurangnya pengetahuan keluarga memperburuk kondisi ini.
---
### **2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
**Kode: D.0026**
**Definisi:**
Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh akibat gangguan biologis, psikologis, atau ekonomi.
**Karakteristik Mayor:**
- Penurunan berat badan (BMI <18,5 kg/m²).
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan harian.
- Kelemahan otot dan hipoglikemia/hiperglikemia.
**Karakteristik Minor:**
- Mual/muntah.
- Luka sulit sembuh.
---
### **3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: L.0403**
**Perbaikan Status Nutrisi**
**Indikator:**
- **L.0403.1**: Peningkatan berat badan sesuai target.
- **L.0403.3**: Asupan nutrisi sesuai kebutuhan (3J: Jumlah, Jenis, Jadwal).
- **L.0403.5**: Kadar glukosa darah dalam rentang terkontrol (target: <200 mg/dL).
**Perkembangan Pasien:**
- Kadar glukosa turun dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Pasien mulai mengonsumsi porsi makan penuh.
---
### **4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: I.1218**
**Manajemen Nutrisi pada Diabetes Melitus**
**Aktivitas Intervensi:**
- **I.1218.1**: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- **I.1218.4**: Edukasi pasien dan keluarga tentang diet DM (karbohidrat kompleks, protein rendah lemak).
- **I.1218.6**: Pemantauan kadar glukosa darah dan respons terhadap terapi insulin.
**Kode: I.0901**
**Edukasi Kesehatan**
**Aktivitas Intervensi:**
- **I.0901.2**: Ajarkan keluarga tentang tanda hipo/hiperglikemia.
- **I.0901.5**: Latih cara membaca label makanan dan porsi saji.
---
### **5. Evaluasi**
- **Luaran Tercapai Sebagian**:
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah (683 mg/dL ? 274 mg/dL).
- **Perlu Intervensi Lanjut**:
- Pemantauan berat badan dan HbA1c.
- Reinforcement edukasi untuk kepatuhan jangka panjang.
---
### **Catatan Akademis**
Diagnosa ini sesuai dengan **PPNI (2017)** dan mengacu pada pendekatan holistik (biologis-psikososial). Intervensi kolaboratif (gizi, farmakologi, edukasi) terbukti efektif dalam studi kasus ini.
*Referensi:*
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Format RTF terlampir. -
Article No. 17693 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi HHNK dan Gangguan Nutrisi)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 1.1.1**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, mual/muntah, dan ketidakpatuhan diet).
**Faktor yang Berhubungan (Etiologi):**
- Faktor biologis: Hiperglikemia kronis (HbA1c >15%), poliuria, dan penurunan kesadaran (somnolen).
- Ketidaktahuan keluarga tentang manajemen diet DM tipe 2 (keluarga menyatakan minim informasi).
- Pola makan tidak teratur dan tidak sesuai anjuran 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: 0402**
**Peningkatan Status Nutrisi**
**Kriteria Evaluasi:**
- Asupan nutrisi oral adekuat (porsi makan lengkap sesuai diet diabetes).
- Peningkatan berat badan (BMI >18,5 kg/m²).
- Kadar glukosa darah stabil (target: <200 mg/dL).
**Kode SLKI: 0301**
**Peningkatan Pengetahuan tentang Manajemen DM**
**Kriteria Evaluasi:**
- Keluarga/pasien mampu menjelaskan prinsip diet 3J.
- Keluarga/pasien menunjukkan keterampilan memantau gula darah dan gejala hiperglikemia.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: 4400**
**Manajemen Nutrisi**
**Intervensi:**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu sesuai kebutuhan kalori dan komposisi makronutrien (karbohidrat kompleks, protein rendah lemak, serat tinggi).
- Pemantauan asupan makan harian (3x makan utama + 2x selingan).
- Edukasi keluarga tentang porsi makan dan jenis makanan yang dianjurkan/dihindari.
**Kode SIKI: 5410**
**Edukasi Pasien Diabetes Melitus**
**Intervensi:**
- Penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan diet, obat, dan kontrol glikemik.
- Demonstrasi pemantauan gula darah mandiri.
- Pelatihan identifikasi gejala darurat hiperglikemia (HHNK).
**Kode SIKI: 2400**
**Manajemen Hiperglikemia**
**Intervensi Kolaboratif:**
- Pemberian insulin sesuai resep (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam).
- Pemantauan ketat glukosa darah dan tanda vital.
---
### **4. Evaluasi**
**Hasil yang Dicapai:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Keluarga mulai memahami prinsip diet DM (bukti: kesediaan mengikuti anjuran gizi).
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan pemantauan nutrisi dan glikemik pasca-rawat inap.
- Rujuk ke program edukasi DM komunitas untuk keluarga.
---
**Catatan:** Kode SDKI, SLKI, dan SIKI mengacu pada *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini* oleh PPNI. -
Article No. 17694 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
*(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini merujuk pada kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan). Hal ini didukung oleh hasil antropometri (BMI 18,2 kg/m²) dan skor MST 3 yang menunjukkan risiko malnutrisi.
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode B.1.1: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh**
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Faktor biologis (hiperglikemia, mual, muntah).
- Ketidaktahuan keluarga tentang diet DM tipe 2.
- Ketidakpatuhan terapi farmakologis dan diet.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode L.1.1.1: Status Nutrisi Meningkat**
- **Indikator:**
- Peningkatan berat badan (target: BMI ?18,5 kg/m²).
- Kadar glukosa darah dalam rentang terkontrol (target: <200 mg/dL).
- Asupan makanan sesuai kebutuhan (3x makan utama + 2-3 selingan).
**Kode L.1.3.1: Pengetahuan Keluarga tentang Diet DM Meningkat**
- **Indikator:**
- Keluarga mampu menjelaskan prinsip diet 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Keluarga mendukung kepatuhan pasien terhadap diet.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.1.1.1: Manajemen Nutrisi**
- **Intervensi:**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet DM (komposisi seimbang karbohidrat, protein, lemak).
- Pemantauan asupan makanan harian dan respons glikemik.
- Pemberian edukasi gizi berbasis kebutuhan pasien.
**Kode I.1.3.1: Edukasi Pasien/Keluarga tentang Diet DM**
- **Intervensi:**
- Penyuluhan prinsip 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal).
- Demonstrasi pemilihan makanan rendah indeks glikemik.
- Evaluasi pemahaman keluarga melalui tanya jawab.
**Kode I.2.1.1: Manajemen Hiperglikemia**
- **Intervensi:**
- Pemberian insulin (NovoRapid 14 U/8 jam, Levemir 12 U/24 jam) sesuai kolaborasi dokter.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
---
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai:**
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- Keluarga memahami prinsip diet DM.
**Rekomendasi:**
- Lanjutkan pemantauan nutrisi dan glikemik pasca-rawat.
- Rujuk ke layanan gizi komunitas untuk follow-up diet jangka panjang.
*(Sumber: PPNI, 2017-2019; Buku Ajar SDKI-SLKI-SIKI Edisi Revisi)*
---
**Format RTF:**
Dokumen ini disusun dalam format teks formal (*.rtf) yang kompatibel dengan sistem dokumentasi keperawatan. -
Article No. 17695 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode SDKI: B.1.1)*
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini merujuk pada kondisi pasien yang mengalami asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik akibat faktor biologis (hiperglikemia, penurunan kesadaran, dan kurangnya kepatuhan diet). Hal ini ditunjukkan oleh BMI 18,2 kg/m² (kategori underweight), skor MST 3 (risiko malnutrisi), serta pola makan tidak teratur sebelum hospitalisasi.
---
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode B.1.1**: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
- **Definisi**: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolik tubuh.
- **Faktor Penyebab**: Faktor biologis (hiperglikemia, HHNK), ketidaktahuan keluarga tentang diet DM, dan ketidakpatuhan terapi.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode L.1.1.1**: Status Nutrisi Membaik.
- **Indikator**:
- Peningkatan berat badan (target: BMI ?18,5 kg/m²).
- Kadar glukosa darah stabil (target: <200 mg/dL).
- Asupan makanan sesuai diet 3J (jumlah, jenis, jadwal).
- **Kode L.1.4.1**: Pengetahuan Keluarga tentang Diet DM Meningkat.
- **Indikator**:
- Keluarga mampu menyebutkan prinsip diet DM.
- Keluarga mendukung kepatuhan pasien.
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
1. **Intervensi Utama**:
- **Kode I.1.1.1**: **Manajemen Nutrisi**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet DM 3J.
- Pemantauan asupan kalori dan respons glikemik.
- **Kode I.1.4.1**: **Edukasi Kesehatan**
- Penyuluhan tentang diet DM, pemantauan gula darah, dan pentingnya kepatuhan obat.
2. **Intervensi Pendukung**:
- **Kode I.2.1.1**: **Manajemen Hiperglikemia**
- Pemberian insulin (NovoRapid & Levemir) sesuai resep.
- Pemantauan glukosa darah berkala.
- **Kode I.3.1.1**: **Dukungan Keluarga**
- Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan dan pengawasan gejala HHNK.
---
**Evaluasi:**
- **Luaran Tercapai**:
- Peningkatan asupan nutrisi (keluarga melaporkan pasien menghabiskan porsi makan).
- Penurunan glukosa darah dari 683 mg/dL ke 274 mg/dL.
- **Rekomendasi**:
- Lanjutkan edukasi dan pemantauan nutrisi pasca-rawat inap.
- Rujuk ke klinik gizi untuk follow-up jangka panjang.
**Catatan Akademis:**
Diagnosa dan intervensi ini sesuai dengan *evidence-based practice* untuk manajemen DM tipe 2 dengan komplikasi HHNK, mengintegrasikan aspek biologis, edukasi, dan dukungan keluarga (PPNI, 2017). Perlu pendekatan interdisipliner untuk mencapai luaran optimal.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan)* -
Article No. 17696 | 23 May 2025
Klinis : Ibu M, perempuan berusia 61 tahun yang bekerja sebagai petani, dirawat dengan diagnosis diabetes melitus tipe 2. Pasien masuk dengan keluhan dan keluarga pasien menyatakan pasien tampak kehilangan orientasi dan kesadaran menurun, mual dan muntah, lemas, demam dan nafsu makan menurun. Pasien didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak ± 10 tahun yang lalu. Sekitar enam bulan sebelum dirawat di rumah sakit, pasien jarang melakukan kontrol gula darah, hanya minum obat ketika lemas, dan tidak melakukan kontrol makanan berdasarkan diet diabetes. Keluarga pasien menyatakan kesulitan dalam mengatur pola makan pasien karena minimnya informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan diet pasien DM tipe 2. Penilaian status gizi pasien menggunakan MST menghasilkan skor 3, yang menunjukkan perlunya penilaian gizi lebih lanjut. Selain itu, analisis antropometri menunjukkan bahwa pasien memiliki berat badan 45 kg dan tinggi badan 157 cm, sehingga perhitungan BMI adalah 18,2 kg/m2. Ini termasuk dalam kategori berat badan kurang. Selama observasi, pasien mengalami Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK), yang manifestasi klinisnya meliputi penurunan kesadaran (somnolen) pada hari pertama masuk rumah sakit, poliuria, dan hasil pemeriksaan glukosa darah acak 683 mg/dL dan HbA1c > 15%, dengan Hb 12,2 g/dL. Berdasarkan analisis didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan dengan faktor biologis. Diet diabetes diberikan sesuai aturan 3J yaitu: Jumlah( Jumlah),Jenis(Tipe), danJadwal(Jadwal makan. Makanan utama yang dikonsumsi disesuaikan dengan standar anjuran, yaitu makanan dengan komposisi seimbang dari segi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mencapai kecukupan gizi yang baik. Jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2–3 kali makanan selingan kecil (Tabel I). Selain memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus tentang gizi yang tepat, intervensi keperawatan lainnya adalah terapi gizi, yaitu pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi selama pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu, terapi farmakologi juga diberikan secara kolaboratif. di antara Dokter Dan apoteker termasuk pemberian insulin novorapid 14 u/8 jam dan Levemir 12 u/24 jam untuk mengobati hiperglikemia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masalah keperawatan dapat diatasi, sebagian karena respon positif dari pasien dan keluarganya terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini didukung oleh pernyataan keluarga bahwa pasien mulai mengonsumsi makanan dalam porsi penuh setiap hari selama dirawat di rumah sakit, dan juga mengalami penurunan kadar gula darah hingga 274 mg/dL. ?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Ibu M yang dideskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Faktor biologis (penyakit diabetes melitus tipe 2)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator:
a. Berat badan dalam rentang normal
b. Intake nutrisi sesuai kebutuhan
c. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Kriteria Hasil:
a. Pasien mencapai berat badan ideal (BMI 18,5-24,9 kg/m2)
b. Pasien mampu mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
c. Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan nutrisi (seperti rambut rontok, kulit kering, perubahan warna lidah)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien (antropometri, biokimia, klinis, dan dietary)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Berikan makanan sesuai diet diabetes (jumlah, jenis, dan jadwal makan yang tepat)
- Pantau asupan dan output cairan pasien
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diet diabetes yang tepat
- Kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk terapi farmakologi (insulin) dalam mengatasi hiperglikemia
2. Terapi Gizi
- Berikan makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi
- Pantau perubahan berat badan, asupan nutrisi, dan kadar glukosa darah pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyesuaikan intervensi gizi sesuai kondisi pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" didasarkan pada kondisi pasien Ibu M yang mengalami penurunan berat badan, BMI di bawah normal, dan riwayat diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi pasien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya.
Luaran/output yang diharapkan adalah Keseimbangan Nutrisi, dengan indikator berat badan dalam rentang normal, intake nutrisi sesuai kebutuhan, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien mencapai berat badan ideal, mampu mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan, dan tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Nutrisi dan Terapi Gizi. Manajemen Nutrisi meliputi pengkajian status nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, pemberian makanan sesuai diet diabetes, pemantauan asupan dan output cairan, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk terapi farmakologi. Terapi Gizi meliputi pemberian makanan pilihan berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli gizi, pemantauan perubahan berat badan, asupan nutrisi, dan kadar glukosa darah, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyesuaikan intervensi gizi sesuai kondisi pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan masalah keperawatan terkait ketidakseimbangan nutrisi pada pasien Ibu M dapat diatasi, sehingga pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal. -
Article No. 17697 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, beserta penjelasan singkat dan kodenya menurut SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tidur
- SDKI: Gangguan Tidur
- SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
- Kode: 00095
- Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Peningkatan Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
- Kode: 00002
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat masing-masing diagnosa keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami kelelahan yang cepat akibat adanya penyakit diabetes mellitus yang diderita.
2. Gangguan Tidur: Pasien mengalami peningkatan frekuensi berkemih di malam hari, yang dapat mengganggu kualitas tidurnya.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan sering haus, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi.
4. Risiko Infeksi: Luka pada kaki kiri pasien terlihat basah dan berbau, menunjukkan adanya risiko infeksi.
5. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri pada area luka di kaki kiri dengan skala nyeri 5. -
Article No. 17698 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Jaringan (SDKI Code: 00046)**
**Penjelasan:**
Kondisi luka basah dan berbau pada kaki kiri menunjukkan gangguan penyembuhan luka akibat hiperglikemia yang tidak terkontrol. Hal ini diperburuk oleh gejala kulit kering dan gatal, yang merupakan manifestasi dari komplikasi diabetes melitus.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SLKI 1401:** Penyembuhan luka meningkat.
- **Kode SLKI 1402:** Infeksi luka teratasi.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SIKI 4200:** Perawatan luka (termasuk pembersihan luka, debridemen, dan penggunaan balutan sesuai indikasi).
- **Kode SIKI 4201:** Manajemen infeksi (pemberian antibiotik jika diperlukan, pemantauan tanda infeksi).
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Hiperglikemia (SDKI Code: 00073)**
**Penjelasan:**
Gula darah puasa 197 mg/dl dan postprandial 317 mg/dl menunjukkan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Gejala seperti poliuria, polidipsia, kelemahan, dan penurunan nafsu makan mendukung kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1701:** Kadar glukosa darah dalam rentang target.
- **Kode SLKI 1702:** Gejala hiperglikemia berkurang.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 4400:** Manajemen hiperglikemia (pemantauan gula darah, pemberian insulin/OHO sesuai protokol).
- **Kode SIKI 4401:** Edukasi manajemen diabetes (diet, aktivitas fisik, pengobatan).
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Penjelasan:**
Luka terbuka pada kaki kiri yang basah dan berbau meningkatkan risiko infeksi, terutama pada pasien diabetes yang memiliki gangguan imunitas dan sirkulasi perifer.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1101:** Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 3500:** Pencegahan infeksi (kebersihan luka, teknik aseptik).
- **Kode SIKI 3501:** Pemantauan tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, nanah).
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002)**
**Penjelasan:**
BB 45 kg dengan TB 170 cm (IMT = 15,6 kg/m²) menunjukkan malnutrisi. Gejala seperti kurang nafsu makan dan kelemahan memperburuk kondisi ini.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1201:** Asupan nutrisi adekuat.
- **Kode SLKI 1202:** Berat badan stabil/meningkat.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 1100:** Manajemen nutrisi (pemberian diet DM tinggi protein dan kalori).
- **Kode SIKI 1101:** Pemantauan berat badan dan asupan makanan.
---
**5. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Penjelasan:**
Pasien mengeluh nyeri pada luka dengan skala 5, yang dapat mengganggu kenyamanan dan proses penyembuhan.
**SLKI:**
- **Kode SLKI 1301:** Nyeri berkurang atau terkontrol.
**SIKI:**
- **Kode SIKI 1400:** Manajemen nyeri (pemberian analgesik sesuai indikasi, teknik relaksasi).
---
**Kesimpulan:**
Pasien memerlukan intervensi keperawatan komprehensif untuk mengatasi hiperglikemia, luka diabetes, risiko infeksi, malnutrisi, dan nyeri. Pendekatan holistik dengan edukasi manajemen diabetes sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi 4 – PPNI, 2020)* -
Article No. 17699 | 23 May 2025
Klinis : Seorang laki laki usia 50 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan badan cepat lelah dan nyeri pada area luka di kaki kiri, skala nyeri 5. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan buang air kecil 6-7x pada malam hari, badan terasa lemah, kurang nafsu makan, sering haus, mukosa bibir kering, kulit kering dan kadang terasa gatal. Terdapat luka pada kaki kiri. Luka terlihat basah dan berbau. Gula darah puasa 197 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 317 mg/dl. Tanda tanda vital : TD : 130/80 mmHg. Nadi : 90x/menit. RR : 20x/menit. Suhu : 37,0 C. BB pasien 45 kg. TB 170 cm. Pasien menderita penyakit diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisa yang komprehensif mengenai kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit berhubungan dengan diabetes melitus, usia, dan adanya luka pada kaki.
- Pasien memiliki riwayat diabetes melitus selama 2 tahun, yang dapat menyebabkan gangguan pada integritas kulit. Usia 50 tahun juga meningkatkan risiko gangguan pada kulit. Selain itu, terdapat luka basah dan berbau pada kaki kiri pasien, yang menunjukkan adanya perburukan integritas kulit.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan gangguan metabolisme.
- Pasien mengeluhkan kurang nafsu makan, sering haus, dan tubuh terasa lemah, yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol. Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan yang tinggi mengindikasikan adanya gangguan metabolisme.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan kelelahan.
- Pasien mengeluhkan badan cepat lelah, yang dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan malnutrisi akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit:
- Integritas kulit membaik, ditandai dengan luka kering, tidak berbau, dan tidak basah.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pasien dapat merawat luka dengan benar.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Berat badan pasien meningkat sesuai dengan kebutuhan.
- Tanda-tanda malnutrisi (lemah, anoreksia, dehidrasi) menurun.
- Kadar gula darah terkontrol dalam batas normal.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
- Tidak ada keluhan kelelahan yang berlebihan.
- Tanda-tanda vital stabil selama beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perburukan Integritas Kulit:
- Perawatan luka secara rutin dan tepat.
- Pemberian edukasi tentang perawatan luka yang benar.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pengaturan gula darah dan nutrisi yang seimbang.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
- Penyusunan rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Pemberian edukasi tentang manajemen diabetes melitus.
- Monitoring kadar gula darah secara berkala.
- Pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian kemampuan fisik dan tingkat aktivitas pasien.
- Penyusunan rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pemberian edukasi tentang manajemen aktivitas dan latihan.
- Monitoring tanda-tanda vital selama aktivitas.
- Pemberian dukungan dan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mempercepat proses pemulihan.