Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 370 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan bertambah parah 5 hari sebelum masik rumah sakit. Hasil pemeriksaan: TD 130//80 mmHg, Suhu: 380C, riwayat merokok 2 bungkus per hari sejak 15 tahun, ditemukan ronkhi dan hipersonor kedua Ipang paru. Hasil FEV1, 70%. Diagnosis kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis kasus pasien tersebut adalah PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK).
Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik atau persepsi.
3. Kelelahan: Perasaan keletihan dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas mental dan fisik akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
3. Manajemen Energi Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Energi
Penjelasan singkat:
Pasien dengan PPOK memiliki gangguan bersihan jalan napas, intoleransi aktivitas, dan kelelahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas (misalnya positioning, fisioterapi dada), manajemen aktivitas (misalnya aktivitas bertahap, perawatan diri), dan manajemen energi (misalnya konservasi energi, edukasi). Tujuan utama adalah meningkatkan bersihan jalan napas, toleransi aktivitas, dan manajemen energi pasien. -
Article No. 371 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengelh batuk berdahak, kesadaran apatis, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction. Apakah posisi pasien yang tepat pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai, serta posisi pasien yang tepat untuk melakukan suction.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemeliharaan jalan napas yang bersih dan terbuka.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap bersih dan terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Penurunan Cardiac Output
- SDKI: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh per satuan waktu.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan cardiac output.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan cardiac output.
Posisi Pasien untuk Suction:
Posisi yang tepat untuk melakukan suction pada pasien dengan TB Paru adalah posisi semifowler atau setengah duduk. Posisi ini membantu memudahkan pengeluaran sekret dan mengurangi risiko aspirasi. Pasien dapat didudukkan dengan kepala terangkat 30-45 derajat, sehingga jalan napas akan terbuka lebih lebar dan memfasilitasi proses suction. -
Article No. 372 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien (32 tahun) dirawat di R$ hari pertama dan diduga mengalami gagal jantung. Apakah posisi yang tepat diberikan kepada pasien untuk mengoptimalkan fungsi jantung?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
Hambatan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Pengurangan aliran darah dan oksigen ke miokardium yang dapat mengakibatkan disfungsi atau kerusakan jantung.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi dan batasan karakteristik
- Faktor berhubungan (penyebab)
- Gejala dan tanda
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan, seperti:
1. Perfusi jaringan kardiak membaik
2. Tekanan darah dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Posisikan pasien semi-Fowler atau posisi duduk
2. Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
3. Monitor tanda-tanda vital dan gejala gagal jantung
4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat-obatan, dan lainnya
Posisi yang tepat untuk mengoptimalkan fungsi jantung pada pasien dengan dugaan gagal jantung adalah posisi semi-Fowler atau posisi duduk. Posisi ini dapat membantu meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan memudahkan pernapasan. Selain itu, aktivitas pasien juga perlu disesuaikan dengan toleransinya untuk mencegah kelelahan dan meningkatkan perfusi jaringan kardiak. -
Article No. 373 | 22 Sep 2024
Klinis : pencegahan primer pada penyakit jantung koroner adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan adalah kondisi di mana individu, keluarga, atau masyarakat memiliki kerentanan untuk mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi, mencari, menjaga, memantau, dan/atau mengendalikan sumber daya untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan ini adalah individu, keluarga, atau masyarakat mampu mengelola faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti:
1. Mampu mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah.
2. Mampu melakukan aktivitas fisik secara teratur.
3. Mampu mempertahankan berat badan yang ideal.
4. Mampu menghindari atau mengendalikan perilaku merokok.
5. Mampu mengatur pola makan yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran tersebut, antara lain:
1. Edukasi tentang penyakit jantung koroner dan faktor risikonya.
2. Konseling gaya hidup sehat (diet, aktivitas fisik, manajemen stres).
3. Fasilitasi pengobatan dan pemantauan kadar kolesterol dan tekanan darah.
4. Dukungan untuk berhenti merokok.
5. Monitoring dan evaluasi perubahan gaya hidup. -
Article No. 374 | 22 Sep 2024
Klinis : Perubahan Sistem Renin-Angiotensinaldosterone pada Primary Hypertension Pathophysiology adalah: • Kadar Renin tidak Berkurang Walaupun Blood Pressure Meningkat • Peningkatan Renin Mengaktivasi RAAS Kadar Renin Berkurang Walaupun Blood Pressure Meningkat • Penurunan Renin tengaktivasi RAAS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda jelaskan, terkait dengan patofisiologi hipertensi primer yang melibatkan sistem renin-angiotensin-aldosteron, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Penjelasan:
Dalam kondisi hipertensi primer, terjadi perubahan pada sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Pada kondisi ini:
- Kadar renin tidak berkurang walaupun tekanan darah meningkat. Peningkatan renin akan mengaktifkan RAAS, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
- Kadar renin dapat berkurang walaupun tekanan darah meningkat. Penurunan renin akan menghambat aktivasi RAAS, namun tekanan darah tetap meningkat melalui mekanisme lain.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah I10 (Hipertensi esensial (primer)), yang mencakup perubahan pada sistem RAAS yang menjadi bagian dari patofisiologi hipertensi primer.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk patofisiologi hipertensi primer.
- Deskripsi: -
Penjelasan:
Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik mengacu pada patofisiologi hipertensi primer, terutama terkait dengan perubahan sistem RAAS. Kode ICD-9-CM biasanya lebih berfokus pada diagnosis dan tindakan medis, sedangkan penjelasan patofisiologi tidak tercakup dalam sistem kodenya. -
Article No. 375 | 22 Sep 2024
Klinis : Menurut faktor risiko pneumonia, ada beberapa kelompok individu yang rentan mengalami gangguan sistem pernafasan pneumonia. Manakah diantara pasien berikut ini yang paling kecil resikonya untuk mengalami gangguan tersebut? • Seorang perempuan 87 tahun yang tinggal di rumah jompo sejak 6 tahun terakhir dan mengalami diabetes O Seorang laki-laki yang dirawat dengan trakeostomi • Seorang bayi prematur dan BBLR vang lahir 3 hari alm O Seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi • Seorang laki-laki 28 tahun dengan diagnosa AIDS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kasus-kasus yang disebutkan, pasien yang paling kecil risikonya untuk mengalami gangguan sistem pernapasan pneumonia adalah seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi.
Penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI merupakan panduan untuk mengidentifikasi dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Diagnosis keperawatan mencakup masalah kesehatan, potensi masalah, dan potensi kesehatan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI adalah panduan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- Luaran keperawatan berupa perubahan perilaku, fungsi, persepsi, atau status kesehatan pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI adalah panduan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan meliputi aktivitas mandiri perawat, kolaboratif, dan rujukan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, seorang laki-laki usia 42 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan hipertensi memiliki risiko paling kecil untuk mengalami gangguan sistem pernapasan pneumonia dibandingkan dengan pasien-pasien lainnya yang memiliki faktor risiko pneumonia yang lebih tinggi, seperti usia lanjut, diabetes, trakeostomi, bayi prematur, dan AIDS. -
Article No. 376 | 22 Sep 2024
Klinis : Pada Primary Hypertension Pathophysiology terjadi Stress dan Peningkatan Aktivitas Sistem Saraf Simpatis. Akibat yang terjadi dari kondisi ini adalah: Peningkatan Heart Rate (HR) • Peningkatan Vasokonstriksi • Vasodilatasi • Penurunan Pelepasan Renin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi Primary Hypertension Pathophysiology dengan gejala Peningkatan Heart Rate (HR), Peningkatan Vasokonstriksi, Vasodilatasi, dan Penurunan Pelepasan Renin adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Perfusi Perifer
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
2. Penjelasan singkat:
a. Gangguan Perfusi Perifer
- Definisi: Perubahan sirkulasi darah ke ekstremitas yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Penyebab: Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokonstriksi, dan penurunan pelepasan renin.
- Gejala: Peningkatan denyut nadi, rasa dingin pada ekstremitas, dan perubahan warna kulit.
b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen miokard.
- Penyebab: Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokonstriksi, dan peningkatan denyut jantung.
- Gejala: Peningkatan denyut jantung, rasa tidak nyaman di dada, dan penurunan curah jantung.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perbaikan Perfusi Perifer
- Perbaikan Perfusi Jaringan Kardiak
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipertensi
- Manajemen Aktivitas Jantung
- Manajemen Sirkulasi
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Primary Hypertension Pathophysiology adalah Gangguan Perfusi Perifer dan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak, dengan fokus intervensi pada manajemen hipertensi, aktivitas jantung, dan sirkulasi. -
Article No. 377 | 22 Sep 2024
Klinis : Pada Primary Hypertension Pathophysiology terjadi Stress dan Peningkatan Aktivitas Sistem Saraf Simpatis. Akibat yang terjadi dari kondisi ini adalah: • Peningkatan Heart Rate (HR) • Peningkatan Vasokonstriksi • Vasodilatasi • Penurunan Pelepasan Renin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan curah jantung, peningkatan denyut jantung, dan peningkatan vasokonstriksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Manajemen Tekanan Darah.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan vasokonstriksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer yang efektif.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Tekanan Darah, dan Manajemen Vasokonstriksi.
Pada kondisi primary hypertension dengan patofisiologi stres dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, terjadi peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi, dan penurunan pelepasan renin. Hal ini dapat menyebabkan intoleransi aktivitas dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, yang perlu ditangani dengan intervensi keperawatan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 378 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat ditentukan beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien ini, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI terkait masing-masing diagnosa.
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan berkurangnya rasa nyeri, dapat beristirahat dengan nyaman, dan dapat beraktivitas tanpa menimbulkan rasa nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgetik, terapi non-farmakologis (kompres hangat, distraksi, relaksasi), dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur adalah perubahan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat tidur tanpa gangguan dan merasa segar saat bangun.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, dan memantau kualitas tidur pasien.
3. Diagnosa Keperawatan: Cemas
- SDKI: Cemas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan baik, dapat mengendalikan kecemasan, dan dapat beradaptasi dengan situasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kecemasan, pemberian dukungan emosional, dan terapi relaksasi.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Urinari
- SDKI: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Urinari adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke saluran kemih, kandung kemih, atau uretra, yang dapat mengganggu fungsi eliminasi urin.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan adanya perfusi jaringan urinari yang efektif, dapat berkemih dengan lancar, dan tidak mengalami komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan produksi urin, perawatan kateter, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah komplikasi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien ini berkaitan dengan penanganan nyeri, gangguan pola tidur, kecemasan, dan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan urinari. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI terkait masing-masing diagnosa dapat memberikan gambaran tentang fokus asuhan keperawatan yang perlu diberikan. -
Article No. 379 | 22 Sep 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pola nafas tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah keadaan di mana frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, yang ditandai dengan:
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Kedalaman napas adekuat
3. Irama napas teratur
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi pola napas tidak efektif antara lain:
1. Kaji tanda-tanda vital, irama, kedalaman, dan pola pernapasan
2. Lakukan oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ekspansi paru
4. Lakukan latihan pernapasan (napas dalam, tarik nafas lambat-lambat)
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan lebih lanjut (misalnya pemberian bronkodilator, mekanik ventilasi, dll)
Tujuan utama dari intervensi ini adalah untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan memenuhi kebutuhan oksigenasi yang adekuat.