Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 343 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 56 tahun dirawat diruang rawat penyakit dalam dengan keluhan nyeri dada dengan skala nyeri 6, nyeri menjalar ke punggung belakang. Pasien terlihat pucat, CTR 3 detik. Nyeri tidak bisa hilang dengan istirahat. Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD 150/110 mmHg, RR 24 x/mnt, HR 110 x/mnt, Sh 36.6 C. Apakah terapi yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 56 tahun dengan keluhan nyeri dada, nyeri menjalar ke punggung belakang, tampak pucat, dan tanda-tanda vital yang tidak stabil, kemungkinan mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (kemungkinan angina pektoris)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor berhubungan: penyakit kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: kemampuan individu dalam mengendalikan atau mengurangi nyeri.
- Kriteria hasil: nyeri terkontrol, durasi nyeri berkurang, frekuensi nyeri berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: intervensi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab nyeri serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
- Intervensi: monitor tanda-tanda vital, berikan oksigen, anjurkan posisi yang nyaman, berikan analgesik (misalnya nitrogliserin), lakukan relaksasi.
Terapi yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut:
1. Pemberian oksigen untuk membantu meningkatkan perfusi oksigen ke miokard.
2. Pemberian analgesik (misalnya nitrogliserin) untuk membantu mengurangi nyeri.
3. Manajemen nyeri lainnya, seperti posisi yang nyaman, relaksasi, dan penggunaan teknik nonfarmakologis.
4. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat.
5. Konsultasi dengan dokter untuk penatalaksanaan medis lebih lanjut.
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi nyeri, menstabilkan kondisi hemodinamik, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 344 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengeluh batuk berdahak, kesadaran somnolen, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/ menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction, perawat sudah menghidupkan mesin suction, menyambungkan kateter suction dan selang suction. Apakah tahapan tindakan selanjutnya pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta tahapan tindakan selanjutnya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Ventilasi Spontan
3. Perubahan Perfusi Jaringan Paru
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Penurunan Ventilasi Spontan: Penurunan kemampuan untuk mengambil dan mengeluarkan udara secara efektif.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Paru: Perubahan aliran darah ke dan dari paru-paru yang dapat mengganggu pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
2. Ventilasi Spontan: Kemampuan untuk mengambil dan mengeluarkan udara secara efektif.
3. Perfusi Jaringan Paru: Aliran darah yang adekuat ke dan dari paru-paru untuk mempertahankan pertukaran gas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk menjaga dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Dukungan Ventilasi: Intervensi untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Manajemen Perfusi: Intervensi untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke dan dari paru-paru.
Tahapan Tindakan Selanjutnya:
1. Mempersiapkan alat dan bahan suction: kateter suction, selang suction, cairan salin, wadah penampung sekret.
2. Menjelaskan prosedur suction kepada pasien dan meminta persetujuan.
3. Memberikan oksigen dan mengatur aliran oksigen sesuai kondisi pasien.
4. Melakukan suction dengan teknik aseptik: memasukkan kateter suction secara perlahan-lahan sambil memperhatikan ekspresi wajah pasien, hisap sekret dengan hati-hati, dan hentikan suction jika pasien batuk atau merasa sesak.
5. Memantau tanda-tanda vital pasien selama dan setelah prosedur suction.
6. Mendokumentasikan hasil suction dan respon pasien. -
Article No. 345 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengeluh batuk berdahak, kesadaran somnolen, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/ menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction, perawat sudah menghidupkan mesin suction, menyambungkan kateter suction dan selang suction. Apakah tahapan tindakan selanjutnya pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan konfirmasi mikrobiologi
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 96.53
- Deskripsi: Aspirasi trakea dan bronkus
Untuk tahapan tindakan suction selanjutnya, berikut penjelasannya:
Setelah perawat menghidupkan mesin suction dan menyambungkan kateter serta selang suction, tahapan tindakan selanjutnya adalah:
1. Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pengeluaran sekret.
2. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan pengisapan sekresi melalui kateter suction yang telah terhubung dengan mesin.
3. Masukkan kateter suction ke dalam mulut atau hidung pasien perlahan-lahan, hindari melukai mukosa.
4. Lakukan pengisapan selama kurang dari 15 detik untuk menghindari trauma pada bronkus.
5. Jika terdapat banyak sekret, lakukan pengisapan berulang dengan jeda waktu istirahat bagi pasien.
6. Perhatikan tanda-tanda distress pernapasan selama dan setelah suction, serta awasi saturasi oksigen pasien.
7. Bersihkan kateter suction dengan larutan salin steril setelah selesai melakukan suction.
8. Dokumentasikan prosedur suction, jumlah sekret yang dikeluarkan, serta respons pasien.
Tindakan suction ini dilakukan untuk membantu memperlancar jalan napas pasien dan mengeluarkan sekret yang mengganggu pernapasan. -
Article No. 346 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 60 tahun, dirawat dirumah sakit karena mengalami demam, dan batuk sejak 4 hari yang lalu. Keluarga pasien mengatakan pasien sering kelelahan dan kadang-kadang sesak. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien akhirnya diputuskan dirawat dengan diagnosa medis Community Acquired Pneumonia (CAP). Manakah organisme yang paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta organisme yang paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi/benda asing dari saluran pernapasan.
- SLKI: Peningkatan Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan fisik yang menyebabkan individu tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Kelelahan
- SDKI: Perasaan keletihan yang terus-menerus dan berkepanjangan.
- SLKI: Peningkatan Energi
- SIKI: Manajemen Energi
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk mengevaluasi dan menetapkan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk mengevaluasi hasil intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk merencanakan intervensi keperawatan.
Organisme yang Paling Sering Menyebabkan Pneumonia pada Dewasa:
Pneumonia komunitas yang paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini merupakan penyebab utama pneumonia pada orang dewasa. -
Article No. 347 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri dada. Hasil pengkajian di dapatkan data nyeri diatas sternal dan abdomen bagian atas, skala nyeri 9 (Skala 0-10), nyeri seperti tertusuk-tusuk yang menjalar ke bahu terus menuju lengan kiri ke arah rahang dan leher, pasien tidak bisa tidur. Tekanan darah 165/ 95 mmHg, frekuensi nadi 112 x/ menit, frekuensi natas 30x/ menit. Apakah pengkajian lebih lanjut untuk mengetahi sirkulasi pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard, ditandai dengan nyeri dada yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, menjalar ke bahu, lengan kiri, rahang, dan leher, serta tidak dapat tidur.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dirasakan seperti kerusakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi pengalaman nyeri hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi.
- Kenyamanan: Keadaan terinternalisasi yang dirasakan oleh individu dan merupakan kepuasan (secara menyeluruh) dari kebutuhan untuk ketentraman, kelegaan, dan transkendensI.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengenali, mencegah, dan mengurangi nyeri.
- Terapi Oksigen: Tindakan pemberian oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital lebih dalam untuk mengetahui sirkulasi dan oksigenasi pasien, seperti pemeriksaan EKG, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan (rontgen, CT scan, atau angiografi) untuk mengidentifikasi penyebab nyeri dada dan menentukan intervensi yang tepat. -
Article No. 348 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan TB Paru. Hasil pengkajian: pasien mengeluh nyeri dada, tidak nafsu makan dan sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya retraksi interkostae. Pasien tampak lemah, gelisah, frekuensi nadi 90x/menit dan berat badan turun 5 kg semenjak sakit. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan tindakan prioritas yang dapat dilakukan oleh perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas sekunder terhadap tuberculosis paru.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Pola Napas adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau usaha bernapas yang dapat mengakibatkan ketidakefektifan ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif: Individu menunjukkan frekuensi, kedalaman, dan usaha bernapas yang sesuai dengan kebutuhan oksigen.
2. Perfusi Jaringan Adekuat: Individu menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki jalan napas agar ventilasi dan oksigenasi dapat berjalan efektif.
2. Manajemen Oksigen: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan suplai oksigen dalam upaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Tindakan Prioritas Perawat:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Mengobservasi pola napas pasien (frekuensi, kedalaman, dan usaha bernapas)
- Mengauskultasi suara napas untuk mendeteksi adanya suara tambahan
- Memposisikan pasien setengah duduk untuk memudahkan bernafas
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
2. Manajemen Oksigen:
- Memantau saturasi oksigen (SpO2) pasien
- Mengatur pemberian oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat
- Mengobservasi tanda-tanda ketidakefektifan ventilasi (retraksi interkostae, dispnea)
Tindakan prioritas yang dilakukan perawat adalah memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk memperbaiki ventilasi dan oksigenasi, serta memantau tanda-tanda perbaikan atau perburukan kondisi pasien. -
Article No. 349 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki (40 tahun) dirawat di RS dengan TB Paru. Hasil pengkajian: pasien mengeluh nyeri dada, tidak nafsu makan dan sesak napas dengan frekuensi 32x/menit serta tampak adanya retraksi interkostae. Pasien tampak lemah, gelisah, frekuensi nadi 90x/menit dan berat badan turun 5 kg semenjak sakit. Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Oksigenasi
Tindakan prioritas yang dilakukan perawat:
Dengan kondisi pasien yang mengalami TB paru, nyeri dada, tidak nafsu makan, sesak napas dengan frekuensi tinggi, dan penurunan berat badan, tindakan prioritas yang dilakukan perawat adalah:
1. Memantau tanda-tanda vital secara ketat, termasuk pemantauan frekuensi napas, nadi, dan suhu tubuh.
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk membantu mengatasi sesak napas.
3. Melakukan auskultasi paru-paru untuk mendeteksi adanya suara napas yang abnormal.
4. Memantau asupan dan output cairan pasien, serta menjaga keseimbangan cairan.
5. Memberikan dukungan nutrisi yang adekuat untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki status nutrisi pasien.
6. Melakukan pengkajian nyeri dan memberikan penanganan yang sesuai untuk mengatasi nyeri dada.
7. Memantau tanda-tanda kelelahan dan memberikan intervensi yang dapat membantu meningkatkan stamina dan energi pasien.
8. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TB paru, termasuk cara penularan, pengobatan, dan manajemen gejala.
9. Berkoordinasi dengan dokter untuk memastikan pemberian obat-obatan anti-tuberkulosis yang tepat dan pemantauan efek samping yang mungkin terjadi.
10. Mendorong pasien untuk patuh terhadap regimen pengobatan dan membantu memastikan keberhasilan pengobatan.
Dengan tindakan-tindakan tersebut, perawat dapat membantu mengelola kondisi pasien dan mengatasi komplikasi yang mungkin timbul akibat infeksi TB paru. -
Article No. 350 | 22 Sep 2024
Klinis : pengobatan pilihan pertama pada pasien hipertensi adalah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk pengobatan pilihan pertama pada pasien hipertensi, kode ICD-10 dan ICD-9-CM adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 401.9
- Deskripsi: Hipertensi esensial, unspecified
Penjelasan:
- Hipertensi esensial (primer) atau hipertensi tanpa penyebab yang jelas merupakan jenis hipertensi yang paling umum, mencakup sekitar 90-95% kasus hipertensi.
- Pengobatan pilihan pertama pada pasien hipertensi esensial (primer) adalah modifikasi gaya hidup dan farmakologi.
- Modifikasi gaya hidup mencakup penurunan berat badan, pengurangan asupan garam, peningkatan aktivitas fisik, pembatasan konsumsi alkohol, dan manajemen stres.
- Pengobatan farmakologi biasanya dimulai dengan obat antihipertensi lini pertama, seperti diuretik, penghambat angiotensin (ACE-inhibitor atau ARB), antagonis kalsium, atau beta-blocker.
- Pemilihan obat antihipertensi disesuaikan dengan kondisi pasien, efektivitas, dan tolerabilitas obat. -
Article No. 351 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki 36 tahun dirawat dengan keluhan sakit kepala dan pusing. Saat pemeriksaan fisik TD : 170/100 mmHg, Nadi: 102x/m, suhu: 36,5°C. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah 5 tahun yang lalu. Apakah klasifikasi hipertensi pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini didiagnosis dengan hipertensi. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: Tidak ada prosedur/tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki gejala sakit kepala dan pusing, serta memiliki tekanan darah tinggi (170/100 mmHg) dan denyut nadi yang cepat (102 x/menit). Pasien juga memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun. Berdasarkan kriteria diagnosis hipertensi, pasien ini diklasifikasikan sebagai hipertensi esensial (primer) dengan kode ICD-10 I10.
Hipertensi esensial (primer) adalah jenis hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tetapi faktor-faktor seperti gaya hidup, genetik, dan stres dapat berkontribusi pada perkembangannya. Pada kasus ini, tidak disebutkan adanya prosedur atau tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat diberikan. -
Article No. 352 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 50 tahun menderita gagal jantung kongestif. Dibawah ini manakah yang dapat diobservasi perawat tanda adanya penurunan perfusi jaringan perifer?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi seorang perempuan usia 50 tahun yang menderita gagal jantung kongestif, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diobservasi oleh perawat tanda adanya penurunan perfusi jaringan perifer:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana terjadi gangguan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
2. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Sirkulasi Perifer
2. Manajemen Edema
3. Manajemen Nyeri
Tanda yang dapat diobservasi perawat terkait penurunan perfusi jaringan perifer pada pasien dengan gagal jantung kongestif antara lain:
- Ekstremitas dingin
- Kulit pucat atau sianosis
- Kapiler refill lambat (> 3 detik)
- Edema perifer
- Rasa nyeri atau kram pada ekstremitas
- Pulsasi arteri perifer melemah atau tidak teraba
Perawat harus segera melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi penurunan perfusi jaringan perifer pada pasien ini.