Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18091 | 31 May 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa sirosis heapatis + hepatitis b. Bab hitam, tidak ad nyeri bab. Nyeri tekan di perut, skala 3-4, seperti tertindih, dirasakan saat air minum masuk keperut. Perut terasa kembung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan diagnosa sirosis hepatis + hepatitis B, bab hitam tanpa nyeri, nyeri tekan di perut skala 3-4 seperti tertindih saat air minum masuk ke perut, serta perut terasa kembung adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan kekuatan akibat disfungsi hati.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi hati.
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan penurunan fungsi hepar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan kekuatan.
2. Nyeri akut:
- Pasien melaporkan penurunan skala nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
3. Gangguan eliminasi:
- Pasien menunjukkan pola eliminasi yang membaik.
- Pasien melaporkan penurunan gejala-gejala gangguan eliminasi (bab hitam, perut kembung).
- Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
- Evaluasi tingkat energi dan kekuatan pasien.
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan teknik konservasi energi.
- Fasilitasi aktivitas fisik yang sesuai dengan toleransi pasien.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas.
2. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep medis.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, terapi panas/dingin).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola nyeri.
- Pantau efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap pengurangan nyeri.
3. Gangguan eliminasi:
- Kaji pola eliminasi pasien secara komprehensif.
- Berikan diet yang sesuai untuk memfasilitasi fungsi gastrointestinal.
- Berikan terapi prokinetik sesuai resep medis.
- Ajarkan teknik manajemen gangguan eliminasi (pengaturan pola defekasi, penggunaan laksatif/enema).
- Pantau perkembangan pola eliminasi pasien.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Intoleransi aktivitas: Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin akibat disfungsi hati yang menyebabkan penurunan energi dan kekuatan.
- Nyeri akut: Rasa tidak nyaman di perut yang dirasakan oleh pasien akibat inflamasi pada hati.
- Gangguan eliminasi: Perubahan pola eliminasi (bab hitam) dan gejala lain (perut kembung) akibat penurunan fungsi hati.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Intoleransi aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, menunjukkan peningkatan toleransi, dan melaporkan peningkatan energi dan kekuatan.
- Nyeri akut: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri, menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
- Gangguan eliminasi: Pasien menunjukkan pola eliminasi yang membaik, melaporkan penurunan gejala-gejala, dan dapat mempertahankan pola eliminasi yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Intoleransi aktivitas: Evaluasi tingkat energi dan kekuatan, atur jadwal aktivitas dan istirahat, berikan edukasi tentang manajemen energi, fasilitasi aktivitas fisik, dan pantau tanda-tanda vital.
- Nyeri akut: Lakukan pengkajian nyeri, berikan analgesik, ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan pantau efektivitas intervensi.
- Gangguan eliminasi: Kaji pola eliminasi, berikan diet yang sesuai, berikan terapi prokinetik, ajarkan teknik manajemen gangguan eliminasi, dan pantau perkembangan pola eliminasi. -
Article No. 18092 | 31 May 2025
Klinis : Tn. R adalah seorang pria berusia 37 tahun yang saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada tanggal 5 Mei 2025, klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa "X" oleh keluarganya karena menunjukkan perilaku agresif, berupa marah-marah dan melempar orang tuanya dengan piring dan gelas. Kejadian tersebut dipicu oleh perasaan kesal akibat sering menerima kata-kata kasar dari ayahnya yang menyebut dirinya sebagai anak yang tidak berguna dan hanya menjadi beban keluarga. Klien memiliki riwayat penggunaan NAPZA jenis stimulan (sabu-sabu) sejak 5 tahun yang lalu. Klien bercerai 2 tahun yang lalu. Klien mengaku telah berhenti menggunakan NAPZA dan berusaha memperbaiki kehidupannya dengan mencari pekerjaan. Namun, hingga saat ini usahanya belum membuahkan hasil. Kondisi tersebut semakin memperkuat keyakinan klien bahwa dirinya telah gagal sebagai seorang ayah bagi anaknya, sekaligus merasa menjadi beban bagi orang tuanya karena hanya hidup menumpang tanpa penghasilan tetap. Menurut keterangan keluarga, klien memiliki sifat temperamental sejak kecil, mudah tersinggung, dan sulit mengontrol emosi. Pada tahun 2023, klien sempat menjalani perawatan di RSJ "X" akibat mengalami gejala putus zat yang ditandai dengan perilaku agresif, mudah marah, dan sering melempar barang-barang di sekitarnya. Sejak saat itu, klien menjalani perawatan rawat jalan dan mendapatkan terapi obat. Namun, sejak 1 minggu sebelum dirawat di RSJ "X", klien menolak mengonsumsi obat dengan alasan tidak merasakan manfaat dari obat yang diberikan. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan hasil tanda-tanda vital sebagai berikut: tekanan darah 166/97 mmHg, nadi 116/menit, suhu tubuh 37,6°C, dan RR 23/menit. Pada saat berbicara wajah klien memerah dan ekspresi wajah yang tegang,berbicara dengan cepat dan keras. Klien menjalani perawatan dengan jaminan BPJS Kesehatan. Selama masa perawatan, keluarga secara rutin datang menjenguk klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kasus Tn. R sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Resiko Perilaku Kekerasan (SDKI Code: 00126)**
**Definisi:**
Kondimen di mana individu berisiko menunjukkan perilaku yang dapat menyebabkan cedera fisik, emosional, atau psikologis pada diri sendiri atau orang lain.
**Faktor yang Mendukung:**
- Riwayat penggunaan NAPZA (sabu-sabu) yang memengaruhi kontrol impuls.
- Perilaku agresif (melempar barang, marah-marah).
- Tekanan darah tinggi (166/97 mmHg), nadi cepat (116/menit), dan ekspresi wajah tegang.
- Riwayat penolakan minum obat psikotropika.
- Faktor pemicu: konflik keluarga (kata-kata kasar dari ayah, perasaan gagal).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kontrol Perilaku Kekerasan (SLKI Code: 1409)**
**Indikator:**
- Klien mampu mengidentifikasi pemicu perilaku agresif.
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengendalikan emosi.
- Klien tidak menunjukkan perilaku fisik yang membahayakan (melempar, memukul).
- Klien kooperatif dengan terapi obat dan konseling.
**Target:**
- **Skala 4 (Sering tercapai)** ? Klien menunjukkan minimal 2 teknik pengendalian diri dalam 3 hari.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Perilaku Kekerasan (SIKI Code: 6490)**
**Tindakan:**
- **Lingkungan Aman:** Jauhkan benda berbahaya dari jangkauan klien.
- **Teknik Deeskalasi:** Gunakan komunikasi tenang, hindari konfrontasi.
- **Kolaborasi:** Pemberian obat antipsikotik/penstabil mood sesuai resep psikiater.
- **Psikoedukasi:** Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam, grounding).
- **Dukungan Keluarga:** Edukasi keluarga untuk menghindari kata-kata provokatif.
---
### **Diagnosa Tambahan (Opsional):**
**Harga Diri Rendah Kronis (SDKI Code: 00120)**
**SLKI:** Peningkatan Harga Diri (Code: 1302)
**SIKI:** Terapi Kognitif-Perilaku (Code: 5340)
---
### **Catatan Akademik:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada *Panduan PPNI Edisi Terbaru*.
- **Pendekatan Holistik:** Perlu mempertimbangkan faktor biologis (hipertensi, gejala putus zat), psikologis (trauma perceraian), dan sosial (dukungan keluarga).
- **Evaluasi:** Pantau tanda vital dan respons klien terhadap intervensi setiap 8 jam.
Semua intervensi harus didokumentasikan secara lengkap sesuai standar akreditasi rumah sakit dan prosedur BPJS Kesehatan.
---
*Referensi: Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI, 2023.* -
Article No. 18093 | 31 May 2025
Klinis : Tn. R adalah seorang pria berusia 37 tahun yang saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada tanggal 5 Mei 2025, klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa "X" oleh keluarganya karena menunjukkan perilaku agresif, berupa marah-marah dan melempar orang tuanya dengan piring dan gelas. Kejadian tersebut dipicu oleh perasaan kesal akibat sering menerima kata-kata kasar dari ayahnya yang menyebut dirinya sebagai anak yang tidak berguna dan hanya menjadi beban keluarga. Klien memiliki riwayat penggunaan NAPZA jenis stimulan (sabu-sabu) sejak 5 tahun yang lalu. Klien bercerai 2 tahun yang lalu. Klien mengaku telah berhenti menggunakan NAPZA dan berusaha memperbaiki kehidupannya dengan mencari pekerjaan. Namun, hingga saat ini usahanya belum membuahkan hasil. Kondisi tersebut semakin memperkuat keyakinan klien bahwa dirinya telah gagal sebagai seorang ayah bagi anaknya, sekaligus merasa menjadi beban bagi orang tuanya karena hanya hidup menumpang tanpa penghasilan tetap. Menurut keterangan keluarga, klien memiliki sifat temperamental sejak kecil, mudah tersinggung, dan sulit mengontrol emosi. Pada tahun 2023, klien sempat menjalani perawatan di RSJ "X" akibat mengalami gejala putus zat yang ditandai dengan perilaku agresif, mudah marah, dan sering melempar barang-barang di sekitarnya. Sejak saat itu, klien menjalani perawatan rawat jalan dan mendapatkan terapi obat. Namun, sejak 1 minggu sebelum dirawat di RSJ "X", klien menolak mengonsumsi obat dengan alasan tidak merasakan manfaat dari obat yang diberikan. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan hasil tanda-tanda vital sebagai berikut: tekanan darah 166/97 mmHg, nadi 116/menit, suhu tubuh 37,6°C, dan RR 23/menit. Pada saat berbicara wajah klien memerah dan ekspresi wajah yang tegang,berbicara dengan cepat dan keras. Klien menjalani perawatan dengan jaminan BPJS Kesehatan. Selama masa perawatan, keluarga secara rutin datang menjenguk klien.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Keadaan ketidakmampuan individu untuk mencegah perilaku yang dapat mencederai diri sendiri atau orang lain secara fisik, emosional, atau psikososial.
Faktor yang berhubungan:
- Riwayat perilaku kekerasan
- Perasaan marah atau frustasi
- Pola komunikasi tidak efektif
- Rendahnya kontrol diri
- Riwayat penyalahgunaan NAPZA
2. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Keadaan ketidakmampuan individu dalam memproses informasi secara logis, koheren, dan rasional.
Faktor yang berhubungan:
- Riwayat penyalahgunaan NAPZA
- Stressor psikososial
- Gangguan fungsi kognitif
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Perilaku kekerasan terkendali
- Kemampuan mengontrol perilaku agresif
- Kemampuan mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan
- Peran serta keluarga dalam mencegah perilaku kekerasan
2. Gangguan Proses Pikir
- Kemampuan berpikir logis dan rasional
- Kemampuan mengomunikasikan ide secara teratur
- Kemampuan menerima realitas
- Stabilitas emosi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Identifikasi faktor pencetus perilaku kekerasan
- Pengaturan lingkungan yang aman
- Latihan teknik relaksasi
- Terapi perilaku kognitif
- Kolaborasi pemberian terapi obat
2. Gangguan Proses Pikir
- Stimulasi kognitif
- Terapi orientasi realitas
- Terapi aktivitas
- Modifikasi lingkungan terapeutik
- Kolaborasi pemberian terapi obat
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi Tn. R, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perilaku Kekerasan dan Gangguan Proses Pikir. Faktor yang melatarbelakangi meliputi riwayat penyalahgunaan NAPZA, perasaan marah atau frustasi, dan stressor psikososial yang dialami. Luaran yang diharapkan adalah kemampuan klien dalam mengontrol perilaku agresif, menerima realitas, dan stabilitas emosi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengaturan lingkungan aman, latihan relaksasi, terapi perilaku kognitif, stimulasi kognitif, dan terapi orientasi realitas. Kolaborasi pemberian terapi obat juga diperlukan untuk membantu menstabilkan kondisi klien. -
Article No. 18094 | 31 May 2025
Klinis : Tn. R adalah seorang pria berusia 37 tahun yang saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada tanggal 5 Mei 2025, klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa "X" oleh keluarganya karena menunjukkan perilaku agresif, berupa marah-marah dan melempar orang tuanya dengan piring dan gelas. Kejadian tersebut dipicu oleh perasaan kesal akibat sering menerima kata-kata kasar dari ayahnya yang menyebut dirinya sebagai anak yang tidak berguna dan hanya menjadi beban keluarga. Klien memiliki riwayat penggunaan NAPZA jenis stimulan (sabu-sabu) sejak 5 tahun yang lalu. Klien bercerai 2 tahun yang lalu. Klien mengaku telah berhenti menggunakan NAPZA dan berusaha memperbaiki kehidupannya dengan mencari pekerjaan. Namun, hingga saat ini usahanya belum membuahkan hasil. Kondisi tersebut semakin memperkuat keyakinan klien bahwa dirinya telah gagal sebagai seorang ayah bagi anaknya, sekaligus merasa menjadi beban bagi orang tuanya karena hanya hidup menumpang tanpa penghasilan tetap. Menurut keterangan keluarga, klien memiliki sifat temperamental sejak kecil, mudah tersinggung, dan sulit mengontrol emosi. Pada tahun 2023, klien sempat menjalani perawatan di RSJ "X" akibat mengalami gejala putus zat yang ditandai dengan perilaku agresif, mudah marah, dan sering melempar barang-barang di sekitarnya. Sejak saat itu, klien menjalani perawatan rawat jalan dan mendapatkan terapi obat. Namun, sejak 1 minggu sebelum dirawat di RSJ "X", klien menolak mengonsumsi obat dengan alasan tidak merasakan manfaat dari obat yang diberikan. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan hasil tanda-tanda vital sebagai berikut: tekanan darah 166/97 mmHg, nadi 116/menit, suhu tubuh 37,6°C, dan RR 23/menit. Pada saat berbicara wajah klien memerah dan ekspresi wajah yang tegang,berbicara dengan cepat dan keras. Klien menjalani perawatan dengan jaminan BPJS Kesehatan. Selama masa perawatan, keluarga secara rutin datang menjenguk klien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn. R:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00148 - Risiko Perilaku Kekerasan
b. Definisi: Perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan yang tidak disengaja atau sulit dikendalikan.
2. Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perilaku Kekerasan adalah perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan yang tidak disengaja atau sulit dikendalikan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode SLKI: 00140 - Kontrol Perilaku
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan dorongan agresif dan berbahaya.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode SIKI: 03104 - Manajemen Perilaku
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengontrol, dan mengubah perilaku yang tidak adaptif.
Berdasarkan kasus Tn. R, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perilaku Kekerasan, yang ditandai dengan perilaku agresif seperti marah-marah dan melempar benda ke arah orang tua. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Perilaku, yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengontrol, dan mengubah perilaku Tn. R menjadi lebih adaptif. -
Article No. 18041 | 30 May 2025
Klinis : pasien demam 40 derajat hasil lab trombosit 35.000
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu pasien demam 40 derajat dan hasil lab menunjukkan trombosit 35.000, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Penjelasan: Pasien dengan trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) memiliki risiko perdarahan yang lebih tinggi karena trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Jumlah trombosit yang rendah (35.000) mengindikasikan adanya risiko perdarahan yang harus ditangani.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah:
1. Risiko perdarahan terkendali
Penjelasan: Setelah mendapatkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengendalikan risiko perdarahan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah trombosit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
- Memantau suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah secara berkala
- Memantau adanya tanda-tanda perdarahan seperti petekie, purpura, dan perdarahan dari gusi atau hidung
2. Pemantauan trombosit
- Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memantau jumlah trombosit secara berkala
- Memantau tren penurunan jumlah trombosit dan memberikan informasi kepada tim medis
3. Peningkatan faktok pembekuan darah
- Memberikan dukungan nutrisi yang kaya vitamin K dan zat besi untuk meningkatkan faktor pembekuan darah
- Memantau efektivitas intervensi dalam meningkatkan jumlah trombosit
4. Pencegahan cedera/trauma
- Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan cedera atau trauma pada pasien
- Memastikan lingkungan pasien aman dan bebas dari potensi bahaya
5. Edukasi pasien dan keluarga
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko perdarahan dan cara mencegahnya
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan dalam menangani kondisi pasien dengan demam 40 derajat dan trombositopenia (trombosit 35.000). Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim medis untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 18044 | 30 May 2025
Klinis : pasien fraktur colum femur, skala nyeri 8/10, tensi 150/90, suhu:38,5, saturasi:94-95, nadi: 98x, RR: 30 x/ mnt
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (fraktur colum femur) yang ditandai dengan skala nyeri 8/10.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3/10 atau kurang.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (tensi 120-130/70-80 mmHg, suhu 36,5-37,5°C, saturasi 95-99%, nadi 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik dan penanganan cedera sesuai indikasi.
3. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin.
4. Monitor tanda-tanda vital secara berkala dan lakukan intervensi sesuai kebutuhan.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien.
6. Berikan dukungan emosional dan edukasi terkait proses penyembuhan dan manajemen nyeri.
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut:
- Pasien mengalami fraktur colum femur, yang merupakan cedera fisik yang dapat menyebabkan nyeri akut.
- Skala nyeri pasien yang tinggi (8/10) mengindikasikan nyeri akut yang perlu segera ditangani.
2. Luaran/Output yang diharapkan:
- Pengurangan skala nyeri menjadi 3/10 atau kurang menunjukkan efektivitas penanganan nyeri.
- Kemampuan pasien dalam mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif akan membantu pasien mengelola nyerinya secara mandiri.
- Stabilnya tanda-tanda vital dalam batas normal mengindikasikan kondisi umum pasien yang stabil dan tidak ada komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif akan membantu mengidentifikasi karakteristik nyeri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik dan penanganan cedera sesuai indikasi bertujuan untuk mengurangi nyeri secara farmakologis.
- Edukasi dan pendampingan pasien dalam menggunakan teknik manajemen nyeri non-farmakologis akan membantu pasien mengelola nyerinya secara mandiri.
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala dan intervensi sesuai kebutuhan bertujuan untuk memastikan kondisi pasien tetap stabil.
- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman serta memberikan dukungan emosional akan membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya dan proses penyembuhan.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diuraikan di atas bertujuan untuk menangani nyeri akut pasien, memantau kondisi umum, dan mendukung proses penyembuhan pasien fraktur colum femur secara holistik. -
Article No. 18045 | 30 May 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke UGD RSUD Lembang. Pada saat dilakukan pengkajian, ditemukan frekuensi nafas 34 kali/menit, pernafasan tidak teratur, terlihat penggunaan otot tambahan pernafasan, terdapat sputum dalam jumlah banyak, reflek batuk kurang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum dan selamat siang, saya akan membantu Anda dalam memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dengan definisi "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pembersihan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk memfasilitasi pertukaran gas."
Kondisi pasien yang mendukung diagnosa ini adalah:
1. Frekuensi nafas 34 kali/menit, menunjukkan peningkatan usaha pernapasan.
2. Pernafasan tidak teratur, menunjukkan adanya gangguan dalam pola pernapasan.
3. Terlihat penggunaan otot tambahan pernapasan, menandakan peningkatan usaha untuk bernapas.
4. Terdapat sputum dalam jumlah banyak, menunjukkan adanya sekresi yang berlebihan.
5. Reflek batuk kurang, menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi atau obstruksi, dengan parameter:
a. Frekuensi napas 12-20 kali/menit
b. Pola napas teratur
c. Tidak ada penggunaan otot tambahan pernapasan
d. Tidak ada sputum yang berlebihan
e. Reflek batuk efektif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Bersihkan jalan napas menggunakan suction atau teknik batuk efektif
b. Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekresi
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas tambahan
2. Manajemen Ventilasi
a. Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
b. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi inhalasi atau nebulizer
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan
3. Manajemen Hiperventilasi
a. Pantau tanda-tanda hiperventilasi
b. Ajarkan teknik relaksasi dan kontrol pernapasan
c. Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman
Demikian penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18046 | 30 May 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan pasien sejak 1 minggu srms keluhan disertai dengan batuk berdahak(+) demam(-) nyeri ulu hati(-) mual(+) doe(+) pnd(-) orthopnea(+) nyeri dada(- ) Pasien rutin CKD on HD stage V rutin di RS Satria Medika hari Senin dan Kamis Pasien riwayat TB paru on OAT bulan ke 4 PMH : CKD st V on HD, TB paru on OAT alerig(-) asma(-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan lancarnya pernapasan.
b. Ketidakefektifan Pola Napas
SDKI Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
c. Intoleransi Aktivitas
SDKI Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah klasifikasi standar diagnosis keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah klasifikasi standar luaran (hasil) keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Setiap luaran keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah klasifikasi standar intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI. Setiap intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang terstandar.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan berdasarkan kondisi pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Ketidakefektifan Pola Napas, dan Intoleransi Aktivitas. Masing-masing diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang telah distandarkan oleh PPNI. -
Article No. 18047 | 30 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Akumulasi sekresi, mukus berlebih, dan kondisi penyakit pernapasan seperti tuberkulosis paru.
Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, dispnea, dan oksigenasi tidak efektif.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat mengeluarkan dahak dengan batuk secara efektif.
- Pasien menunjukkan bunyi napas yang bersih.
- Pasien menunjukkan peningkatan dalam oksigenasi.
- Pasien menunjukkan perbaikan dalam ventilasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pengisapan lendir dari saluran napas jika perlu.
- Berikan oksigen supplemental sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi obat sesuai indikasi.
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi.
- Berikan makanan sesuai kebutuhan gizi pasien untuk memulihkan kondisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan intervensi nutrisi yang tepat.
3. Manajemen Demam
- Kaji tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
- Berikan intervensi penurunan demam sesuai indikasi, seperti kompres hangat, antipiretik, dan hidratasi.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang disebabkan oleh akumulasi sekresi dan kondisi penyakit pernapasan seperti tuberkulosis paru yang dialami pasien. Tanda dan gejala yang muncul adalah batuk berdahak, suara napas bronkial, dispnea, dan oksigenasi tidak efektif.
Luaran/output yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas, dengan indikator pasien dapat mengeluarkan dahak dengan batuk secara efektif, menunjukkan bunyi napas yang bersih, peningkatan oksigenasi, dan perbaikan ventilasi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Nutrisi, dan Manajemen Demam. Manajemen Jalan Napas meliputi tindakan pengisapan lendir, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan memulihkan kondisinya. Manajemen Demam dilakukan untuk mengatasi tanda-tanda infeksi yang dialami pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 18048 | 30 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko malnutrisi (00002)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Kode: 10001
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi aktivitas (00092)
Kode: 10030
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko malnutrisi (00002)
Kode: 10001
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemeliharaan jalan napas
Kode: 0410
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi jalan napas.
2. Toleransi aktivitas
Kode: 0005
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Status nutrisi
Kode: 1008
Definisi: Keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
Kode: 6240
Definisi: Memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara melalui saluran napas untuk mempertahankan atau meningkatkan ventilasi.
2. Manajemen aktivitas
Kode: 0200
Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi aktivitas fisik untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi.
3. Manajemen nutrisi
Kode: 1100
Definisi: Pengaturan, pemberian, dan evaluasi nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Intoleransi aktivitas, dan Risiko malnutrisi. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI serta kodenya telah saya berikan di atas.