Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1320 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perfusi miokard
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya akan menyampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko perfusi miokard berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan suplai oksigen ke otot jantung yang dapat mengganggu fungsi jantung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penyebab: Penyakit jantung koroner, gangguan struktur jantung, gangguan kontraktilitas jantung, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Tanda dan Gejala: Nyeri dada, dispnea, palpitasi, kelelahan, perubahan EKG, perubahan enzim jantung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tujuan Keperawatan: Pasien dapat mempertahankan perfusi miokard yang adekuat.
2. Indikator Hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada nyeri dada, tidak ada perubahan EKG, fungsi jantung dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan EKG, manajemen nyeri dada, edukasi tentang penyakit jantung koroner dan gaya hidup sehat, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Rasional: Untuk mendeteksi dini perubahan kondisi, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola kondisinya.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi risiko perfusi miokard. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih. -
Article No. 1225 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I84
- Deskripsi: Hemoroid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.43
- Deskripsi: Ligasi internal hemoroid
Penjelasan:
Kondisi "risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid" dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kode ICD-10 I84 untuk "hemoroid". Hemoroid adalah kondisi yang melibatkan pembengkakan dan pembuluh darah yang memanjang di dalam dan di sekitar anus dan rektum. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan, terutama saat buang air besar.
Jika diperlukan tindakan medis untuk menangani hemoroid, salah satu prosedur yang dapat dilakukan adalah ligasi internal hemoroid, yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 49.43. Prosedur ini melibatkan pengikatan pembuluh darah yang menyuplai darah ke hemoroid, sehingga dapat membantu mengurangi pembengkakan dan perdarahan.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode ini untuk melakukan dokumentasi yang akurat dan sesuai standar terkait kondisi dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan risiko perdarahan akibat hemoroid. -
Article No. 1226 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan berhubungan dengan Hemoroid
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dalam jumlah berlebihan dari sistem vaskuler. Kondisi ini dapat disebabkan oleh hemoroid, di mana pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus melebar dan menonjol, sehingga meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah dan perdarahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid adalah:
1. Individu tidak mengalami perdarahan
2. Tidak terjadi komplikasi akibat perdarahan
3. Individu dapat mengelola hemoroid dengan baik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid antara lain:
1. Observasi tanda-tanda vital, intake-output, dan karakteristik perdarahan
2. Pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi (misalnya obat-obatan untuk mengurangi pembengkakan hemoroid)
3. Edukasi kepada pasien mengenai perawatan hemoroid, diet yang tepat, dan pencegahan konstipasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, misalnya dokter, untuk penanganan hemoroid yang membutuhkan tindakan medis. -
Article No. 1227 | 03 Oct 2024
Klinis : nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas. Berikut adalah rinciannya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52.0
- Deskripsi: Nyeri akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi relaksasi, spesifik tidak lain.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R52.0 (Nyeri akut):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan memiliki durasi singkat.
- Nyeri akut sering dikaitkan dengan berbagai penyebab, seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis.
- Dalam kasus ini, nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas, yang dapat mengintensifkan persepsi nyeri dan mempengaruhi respons fisiologis pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 94.31 (Terapi relaksasi, spesifik tidak lain):
- Kode ini dapat digunakan untuk menunjukkan intervensi terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dan stres yang dapat memperburuk nyeri akut.
- Terapi relaksasi dapat mencakup teknik-teknik seperti deep breathing, guided imagery, atau meditasi yang membantu pasien mengelola respons fisiologis dan psikologis terhadap nyeri.
- Intervensi ini dapat dilakukan oleh profesional kesehatan yang terlatih, seperti psikolog, perawat, atau terapis, untuk membantu pasien mengatasi nyeri akut yang terkait dengan rasa cemas.
Dalam penanganan kondisi ini, pendekatan komprehensif yang melibatkan manajemen nyeri dan intervensi psikologis dapat memberikan hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 1228 | 03 Oct 2024
Klinis : nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rasa cemas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan dari penanganan nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas adalah klien dapat melaporkan terkontrolnya nyeri, dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan dapat beradaptasi terhadap nyeri yang dirasakan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut berhubungan dengan rasa cemas meliputi:
a. Manajemen nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri.
b. Manajemen kecemasan: Mengidentifikasi penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi medis.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani nyeri akut yang berhubungan dengan rasa cemas. Dengan memahami dan mengelola faktor-faktor yang berkontribusi pada nyeri, serta memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif, kita dapat membantu klien mencapai kontrol yang lebih baik atas nyeri yang dirasakan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. -
Article No. 1229 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I84
- Deskripsi: Hemoroid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.33
- Deskripsi: Prosedur skleroterapeutik untuk hemoroid
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 I84 (Hemoroid) mencakup kondisi risiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid merupakan pembengkakan pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus dan rektum, yang dapat menyebabkan perdarahan, nyeri, dan ketidaknyamanan.
2. Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 45.33 (Prosedur skleroterapeutik untuk hemoroid) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani hemoroid, seperti penyuntikan bahan sklerotik ke dalam pembuluh darah hemoroid untuk menyebabkan penyusutan dan penyembuhan.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, penentuan kode diagnosa dan prosedur medis yang tepat sangat penting untuk dokumentasi yang akurat dan pengkodean yang konsisten, sehingga dapat mendukung proses perawatan pasien, penagihan, dan analisis data kesehatan yang andal. -
Article No. 1230 | 03 Oct 2024
Klinis : resiko perdarahan berhubungan dengan hemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan berhubungan dengan Hemoroid
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Perdarahan: Keadaan di mana individu memiliki kemungkinan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Hemoroid, di mana pembuluh darah di sekitar anus menjadi bengkak dan dapat menyebabkan perdarahan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Perdarahan: Individu mencapai dan mempertahankan status hemodinamik yang stabil.
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif, dan tidak ada komplikasi yang terkait dengan perdarahan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Risiko Perdarahan:
- Identifikasi faktor risiko perdarahan, seperti hemoroid.
- Pantau tanda-tanda perdarahan aktif.
- Berikan perawatan lokal untuk hemoroid, seperti penggunaan obat topikal, kompres dingin, dan elevasi area.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan, untuk penanganan hemoroid.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanganan perdarahan terkait hemoroid.
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara komprehensif untuk mengelola risiko perdarahan yang terkait dengan hemoroid pada pasien. Melalui pendekatan berbasis bukti dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, saya akan memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 1231 | 03 Oct 2024
Klinis : Klien infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi Saluran Kemih: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen ke saluran kemih, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Integritas Kulit dan Membran Mukosa: Keutuhan struktur dan fungsi kulit dan membran mukosa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Infeksi: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
- Perawatan Traktus Urinarius: Intervensi untuk mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi sistem urinarius.
Penjelasan:
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi di mana terjadi invasi dan multiplikasi organisme patogen ke saluran kemih, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi Saluran Kemih", yang mengacu pada kerentanan klien terhadap ISK. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen infeksi (untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi) serta perawatan traktus urinarius (untuk mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi sistem urinarius). Luaran yang diharapkan adalah kemampuan klien untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, serta menjaga integritas kulit dan membran mukosa. -
Article No. 1232 | 03 Oct 2024
Klinis : An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan batuk yang mengganggu
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Malnutrisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan berat badan, massa otot, dan cadangan lemak karena asupan nutrisi tidak adekuat.
2. Gangguan Pola Tidur: Terganggunya kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
3. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan, kelemahan, atau keterbatasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Status Gizi: Hasil yang diharapkan adalah tercapainya status gizi yang optimal.
2. Pola Tidur Terjaga: Hasil yang diharapkan adalah tercapainya kuantitas dan kualitas tidur yang adekuat.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan melakukan aktivitas tanpa rasa lelah berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan menjaga status gizi.
2. Manajemen Tidur: Intervensi untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
3. Manajemen Energi: Intervensi untuk memfasilitasi aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih. -
Article No. 1233 | 03 Oct 2024
Klinis : An.P, usia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sudah sebulan ini batuk-batuk. Berat badan 10 kg dengan tinggi badan 75cm. Menurut ibunya, berat badan anaknya dalam 3 bulan tidak naik-naik. “Anak saya kurang nafsu makan, biasanya dia makan mie dan bakso habis. Tapi belakangan ini tidak habis. Apa karena badannya panas ya?” Hasil pengkajian anak letargis, mata cekung, nadi 100x/menit, teraba lemah dan teratur, pernafasan 30x/menit, suhu 38°C. Anak rewel, dan kalau tidur sering terbangun karena batuk. An. P sering berkeringat pada malam hari hingga bajunya basah. Auskultasi paru didapatkan wheezing (mengi). Tes Mantoux positif. Menurut ibunya, belakangan ini An. P minta digendong terus dan kelihatan lelah. Rontgen paru terlihat adanya infiltrasi pada kedua paru. Menurut ibu, An. P jarang sakit. Imunisasi yang diberikan lengkap. Setiap hari An. P bermain dengan anak tetangga. Tetapi karena batuk dan kurang enak badan, An P sudah 3 hari tidak bermain-main. Ibu An. P seorang lulusan tingkat Sekolah Dasar. Mampu membaca dan menulis dengan baik. Ketika ditanya apakah di sekitar rumah ada yang sedang menderita batuk. Ia mengatakan di daerahnya batuk adalah sakit yang umum dan biasa terjadi. Ketika ditanya apakah mengerti tentang penyakit TBC, ia menjawab pernah mendengar tetapi tidak mengetahui secara pasti. Ibu An. P malah bertanya, “Emangnya anak saya sakit TBC, kan cuma batuk saja.” Ibu An. P mengatakan mereka tinggal di rumah kecil. Rumah itu berisikan lima orang, karena ada kakek dan nenek yang ikut bersama mereka. Obat yang diberikan pada An. P adalah obat antituberkulosa. Dokter mengatakan bahwa obat itu harus diminum setiap hari. Lama pengobatan adalah 6 bulan. Ibu An. P sangat terkejut dan berkata, “Lama sekali minum obat nya, 6 bulan?” Dokter mengatakan, iya selama 6 bulan dan tidak boleh putus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan proses penyakit Tuberkulosis (TBC) yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) pada auskultasi paru.
2. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat yang ditandai dengan tidak ada peningkatan berat badan dalam 3 bulan terakhir dan kurang nafsu makan.
3. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit Tuberkulosis (TBC) yang ditandai dengan anak terlihat letargis, rewel, dan sering terbangun karena batuk.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Napas: Ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang efektif untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
2. Risiko Malnutrisi: Keadaan berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat menyebabkan malnutrisi.
3. Kelelahan: Pengalaman subjektif yang berkelanjutan dan tidak menyenangkan terkait dengan menurunnya kapasitas fisik dan mental untuk melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif: Kemampuan mempertahankan pola napas yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh.
2. Status Gizi Membaik: Keadaan yang menunjukkan perbaikan status gizi ke arah yang lebih baik.
3. Tidak Mengalami Kelelahan: Keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan lelah yang berkelanjutan dan tidak menyenangkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan melancarkan pernapasan.
2. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
3. Manajemen Energi: Intervensi untuk meningkatkan dan mempertahankan energi yang adekuat.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi untuk membantu proses pemulihan kondisi kesehatan anak.