Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1402 | 05 Oct 2024
Klinis : Seorang parempuan berusia 62 tahun ke rumah sakit, klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya karena kurangnya informasi, klien juga mengatakan kadang-kadang merasa pusing dan sakit di belakang kepala, nyeri seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 3-4 dari skala nyeri yang diberikan dan lama nyeri 15 detik, klien juga mengatakan sudah lebih dari 2 tahun yang lalu menderita hipertensi. Setelah diperiksa GCS: E4V5M6, suhu:36c, Nadi: 86x/mnt, RR: 21x/mnt, TD: 130/90 mmhg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa klien mengalami gejala yang mengarah pada kondisi sakit kepala. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisiologis, ditandai dengan klien mengeluh nyeri di belakang kepala dengan skala nyeri 3-4 dari 10 dan lama nyeri 15 detik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik.
- Kontrol Nyeri: Pengurangan atau pengendalian rasa sakit yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengendalikan rasa sakit yang dialami klien.
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, dan edukasi tentang manajemen nyeri.
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab sakit kepala klien, dan diberikan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 1403 | 05 Oct 2024
Klinis : bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari penanganan masalah ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan mampu mengeluarkan sekret dengan efektif. Luaran keperawatan yang dapat dicapai antara lain: Bersihan Jalan Nafas, Pertukaran Gas, dan Pola Napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: Pemantauan Jalan Nafas, Manajemen Jalan Nafas, Terapi Batuk, Fisioterapi Dada, Manajemen Obstruksi Jalan Nafas, dan Edukasi Manajemen Jalan Nafas.
Peran perawat dalam penanganan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah mengkaji kondisi pasien, merencanakan intervensi yang tepat, melaksanakan tindakan keperawatan, serta mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan dalam upaya mempertahankan jalan nafas yang terbuka dan memfasilitasi pengeluaran sekret secara efektif. -
Article No. 1404 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cidera pada bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera pada Bayi
Definisi:
Rentan mengalami luka fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan internal atau eksternal yang tidak dapat diantisipasi.
Karakteristik Definisi:
1. Usia bayi
2. Keterbatasan kognitif
3. Keterbatasan kemampuan motorik
4. Lingkungan yang tidak aman
5. Pengasuhan yang tidak memadai
Faktor Risiko:
1. Usia bayi yang rentan
2. Perkembangan motorik yang belum matang
3. Pengawasan orang tua yang kurang
4. Lingkungan yang berbahaya (seperti kabel, benda tajam, permukaan yang kasar)
5. Riwayat cedera sebelumnya
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bayi bebas dari cedera
2. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi bayi
3. Keluarga mampu mengawasi dan melindungi bayi dari bahaya
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi faktor risiko cedera pada bayi
2. Edukasi keluarga tentang pencegahan cedera pada bayi
3. Supervisi lingkungan untuk identifikasi bahaya
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah cedera
5. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi bayi
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 1405 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada bayi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan risiko cedera pada bayi, dengan penjelasan yang rinci dalam format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z91.81
- Deskripsi: Faktor risiko pribadi lainnya, risiko cedera pada bayi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V20.2
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan rutin bayi/anak
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z91.81 digunakan untuk mengidentifikasi adanya faktor risiko pribadi lainnya, yaitu risiko cedera pada bayi. Ini merupakan suatu kondisi yang perlu diwaspadai dan dikelola dengan tepat untuk mencegah terjadinya cedera pada bayi.
Kode ICD-9-CM V20.2 mengacu pada pemeriksaan kesehatan rutin pada bayi/anak. Hal ini penting dilakukan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi, serta mengidentifikasi secara dini adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera, seperti yang tercakup dalam kode ICD-10 Z91.81. Pemeriksaan rutin ini dapat mencakup evaluasi fisik, riwayat kesehatan, dan konseling untuk orang tua terkait pencegahan cedera pada bayi.
Dengan identifikasi dan pengelolaan yang tepat terhadap faktor risiko cedera pada bayi, diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan yang efektif untuk melindungi kesehatan dan keselamatan bayi. -
Article No. 1406 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada ibu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi risiko cedera pada ibu, kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O66.5
- Deskripsi: Kesulitan tindakan pada kelahiran, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Ekstraksi vakum, dengan atau tanpa episiotomi
Penjelasan:
Kode ICD-10 O66.5 menggambarkan kondisi kesulitan tindakan pada kelahiran, seperti risiko cedera pada ibu yang dapat terjadi selama proses persalinan. Kondisi ini tidak diklasifikasikan di tempat lain dalam klasifikasi ICD-10.
Terkait dengan prosedur medis yang mungkin dilakukan, kode ICD-9-CM 72.1 merujuk pada ekstraksi vakum, dengan atau tanpa episiotomi. Prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu kelahiran dan mengurangi risiko cedera pada ibu saat persalinan.
Sebagai catatan, penggunaan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis sudah tidak digunakan lagi di Indonesia. Saat ini, sistem klasifikasi yang digunakan adalah ICD-10-PCS (Procedure Coding System). Namun, untuk keperluan pencatatan dan pelaporan medis, kode ICD-9-CM prosedur masih dapat digunakan sebagai referensi. -
Article No. 1407 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cedera pada ibu.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera
Definisi:
Risiko Cedera adalah kerentanan terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan, situasi, atau tindakan individu.
Faktor Risiko:
1. Riwayat cedera sebelumnya
2. Kelemahan fisik
3. Kondisi medis yang menyebabkan peningkatan risiko cedera
4. Lingkungan yang tidak aman
5. Perilaku yang berisiko
Tujuan Keperawatan:
1. Klien terbebas dari cedera
2. Klien mampu mengidentifikasi faktor risiko cedera
3. Klien mampu menggunakan strategi untuk mencegah cedera
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Identifikasi Risiko Cedera
2. Manajemen Lingkungan untuk Mencegah Cedera
3. Edukasi Pencegahan Cedera
4. Supervisi Aktivitas Klien
5. Kolaborasi Pencegahan Cedera
Indikator Hasil (SIKI):
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor risiko cedera
2. Klien dapat menerapkan strategi pencegahan cedera
3. Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
4. Klien menunjukkan perilaku yang aman untuk mencegah cedera
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan ibu untuk mengidentifikasi faktor risiko cedera, mengelola lingkungan yang aman, memberikan edukasi tentang pencegahan cedera, dan melakukan supervisi aktivitas ibu. Tujuannya adalah untuk memastikan ibu terbebas dari risiko cedera dan mampu menerapkan strategi pencegahan cedera secara mandiri. -
Article No. 1408 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko cedera pada ibu.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera
Definisi:
Risiko Cedera adalah keadaan rentan individu terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat terjadi akibat interaksi dengan lingkungan sekitar.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Keterbatasan fisik
2. Kelemahan fisik
3. Ketidakstabilan kondisi medis
4. Paparan bahaya lingkungan
5. Penggunaan obat-obatan
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Luka
2. Keamanan Diri
3. Mobilitas
4. Nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Modifikasi Lingkungan
2. Manajemen Nyeri
3. Pencegahan Jatuh
4. Terapi Aktivitas
Sebagai perawat, kita harus memastikan ibu dengan risiko cedera mendapatkan perawatan yang komprehensif. Kita harus mengidentifikasi faktor-faktor risiko, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk meminimalkan risiko cedera dan mempertahankan keselamatan ibu. -
Article No. 1409 | 05 Oct 2024
Klinis : resiko cidera pada ibu maternal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko cidera pada ibu maternal.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cidera
Definisi:
Risiko Cidera adalah kerentanan individu untuk mengalami luka fisik atau kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal, yang dapat terjadi selama periode kehamilan, persalinan, dan nifas.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Riwayat komplikasi persalinan sebelumnya
2. Perdarahan antepartum
3. Penyakit penyerta (misalnya preeklamsia, diabetes, dll.)
4. Persalinan lama atau sulit
5. Intervensi medis selama persalinan (misalnya induksi, ekstraksi vakum, sectio caesarea, dll.)
Gejala dan Tanda (SDKI):
1. Luka jahitan/robekan pada jalan lahir
2. Perdarahan postpartum
3. Nyeri pada luka jahitan
4. Tanda-tanda infeksi pada luka jahitan
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Integritas jaringan
2. Pemulihan setelah persalinan
3. Kontrol nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan luka
2. Manajemen nyeri
3. Edukasi tentang perawatan diri dan tanda bahaya
Dalam konteks ini, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi faktor risiko, memantau tanda-tanda komplikasi, memberikan perawatan yang tepat, dan melakukan edukasi kepada ibu maternal untuk mencegah terjadinya cidera dan memfasilitasi pemulihan yang optimal. -
Article No. 1410 | 05 Oct 2024
Klinis : bersihan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bersihan.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau debris dari saluran pernapasan, kulit, atau luka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa keperawatan Bersihan Tidak Efektif adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten, menunjukkan kulit yang bersih dan kering, serta luka yang terawat dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Bersihan Tidak Efektif antara lain:
1. Manajemen jalan napas
2. Perawatan luka
3. Perawatan kulit
4. Edukasi terkait perawatan diri
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah bersihan yang tidak efektif pada pasien. -
Article No. 1413 | 05 Oct 2024
Klinis : Tn. D berusia 19 tahun dengan berat badan 65 kg masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 7 Juni 2022 setelah mengalami luka bakar akibat ledakan kompor gas. Pasien mengeluhkan sesak napas dan nyeri hebat pada luka bakar yang meliputi wajah, lengan, badan bagian depan dan belakang, serta tungkai kaki, dengan luas luka bakar mencapai 70% dari tubuhnya. Luka bakar tersebut dinilai sebagai luka bakar derajat IIb, ditandai dengan adanya bulla (lepuhan berisi cairan) yang luas di area wajah, lengan, tungkai kaki sebelah kanan, dada, dan perut. Saat pengkajian, Klien tampak meringis dan gelisah serta tingkat kesadaran pasien dalam keadaan baik dengan GCS 15 (M6, V5, E4). Namun, pasien mengalami gangguan pernapasan yang serius, ditandai dengan adanya stridor, laju napas yang cepat (30 kali per menit), saturasi oksigen (SpO2 85%) dan tekanan oksigen (PO2 : 75) dalam darah yang rendah. Suara napas stridor menunjukkan adanya obstruksi pada saluran napas bagian atas, kemungkinan akibat luka bakar inhalasi. Selain itu, tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 120 kali per menit yang teraba lemah, suhu tubuh 36°C, serta turgor kulit yang menurun, menandakan adanya dehidrasi atau hipovolemia. Akral pasien teraba dingin, memperkuat kecurigaan adanya penurunan perfusi. Pada pemeriksaan fisik lebih lanjut, tampak bahwa bulu hidung dan alis pasien juga terbakar, yang semakin memperkuat dugaan keterlibatan saluran napas. Pasien terpasang kateter urin dengan output 170 cc berwarna kuning pekat, menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan volume cairan tubuh. Jenis kateter yaitu kateter latex berukuran 18 Fr. Untuk menangani kondisi ini, pasien telah diberikan cairan infus Ringer Laktat sebanyak 500 cc, serta terapi obat-obatan berupa Ketorolac 10 mg per 8 jam secara intravena untuk manajemen nyeri, Ranitidine per 8 jam secara intravena untuk mencegah komplikasi gastrointestinal, dan Ceftriaxone per 12 jam secara intravena sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sesuai dengan kondisi Tn. D yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Obstruksi Jalan Napas Akibat Luka Bakar Inhalasi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan/atau menghilangkan karbon dioksida dari tubuh.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, edema, luka bakar inhalasi.
- Tanda dan Gejala: Sesak napas, pernapasan cepat, suara napas abnormal (stridor), saturasi oksigen rendah, penurunan tekanan oksigen darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pertukaran gas yang adekuat, jalan napas yang paten, tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Observasi tanda-tanda vital dan pernapasan, pemberian oksigen, manajemen jalan napas, pemberian cairan infus, pemantauan laboratorium.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Bakar
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Luka bakar.
- Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan nyeri hebat, gelisah, meringis.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Nyeri terkontrol, pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
SIKI:
- Intervensi: Observasi respon nyeri, pemberian analgesik, distraksi, manajemen lingkungan yang nyaman.
3. Risiko Hipovolemia Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Akibat Luka Bakar
Penjelasan:
SDKI:
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan di dalam pembuluh darah.
- Penyebab: Kehilangan cairan akibat luka bakar.
- Tanda dan Gejala: Turgor kulit menurun, akral dingin, nadi lemah, output urin menurun.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Volume cairan yang adekuat, tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI:
- Intervensi: Observasi tanda-tanda hipovolemia, pemberian cairan infus, pemantauan intake dan output cairan.