Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1459 | 07 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien dengan keluhan sesak napas, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida yang adekuat.
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, kecemasan, dan lain-lain.
- Gejala: Napas dangkal, takipnea, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- Intervensi Keperawatan: Observasi pola napas, berikan posisi semifowler, lakukan fisioterapi dada, kolaborasi pemberian oksigen, dan edukasi pasien.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Penyebab: Penyakit paru, kegagalan ventilasi, dan gangguan difusi oksigen.
- Gejala: Dispnea, sianosis, takikardi, dan gagal napas.
- Intervensi Keperawatan: Observasi tanda-tanda vital, monitor oksigenasi, kolaborasi pemberian oksigen, dan edukasi pasien.
Standar yang digunakan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan pendekatannya untuk pasien dengan keluhan sesak napas. Jika ada pertanyaan lain, saya siap membantu. -
Article No. 1460 | 07 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam .pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam dan pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Tanda dan gejala seperti perubahan frekuensi napas, suara napas tambahan, dan produksi sekret yang berlebihan.
- Hipertermia: Tanda dan gejala seperti peningkatan suhu tubuh, kulit terasa panas, dan denyut nadi cepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Luaran yang diharapkan adalah jalan napas yang efektif, bebas dari sekresi, dan frekuensi napas dalam batas normal.
- Hipertermia: Luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh kembali normal, kulit terasa nyaman, dan denyut nadi dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Intervensi seperti suction, pemberian humidifikasi, dan latihan batuk efektif.
- Hipertermia: Intervensi seperti pemberian kompres dingin, pemberian antipiretik, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Saya akan terus memantau perkembangan pasien dan melakukan evaluasi untuk memastikan hasil yang optimal. -
Article No. 1461 | 07 Oct 2024
Klinis : Diagnosa aktual keperawatan pada ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi ibu hamil.
Diagnosa Keperawatan Aktual:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan zat gizi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
- Faktor Risiko: Mual, muntah, anoreksia, malabsorpsi, kondisi medis, budaya, psikologis.
2. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Faktor Terkait: Perubahan peran, perubahan status kesehatan, ketakutan akan komplikasi, riwayat kecemasan.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Faktor Risiko: Hipertensi, diabetes, usia, riwayat komplikasi kehamilan.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan pola respon manusia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan untuk menetapkan hasil/luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan untuk menetapkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI penting dalam praktik keperawatan untuk menjamin kualitas, keamanan, dan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 1462 | 07 Oct 2024
Klinis : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam merespons kondisi "Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh", berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E46
- Deskripsi: Malnutrisi tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral total
Penjelasan:
Kode ICD-10 E46 (Malnutrisi tidak terspesifikasi) digunakan untuk menggambarkan kondisi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan makanan yang tidak cukup, penyerapan nutrisi yang tidak optimal, atau kombinasi keduanya.
Jika tindakan medis yang dilakukan adalah pemberian nutrisi parenteral total (Total Parenteral Nutrition/TPN), maka kode ICD-9-CM procedure yang sesuai adalah 96.6. Tindakan ini dilakukan untuk memberikan nutrisi secara langsung ke dalam aliran darah pasien, ketika asupan oral atau enteral tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Pemilihan kode diagnosis dan prosedur yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan pengkodean yang sesuai. Hal ini membantu dalam proses perawatan, pembiayaan, dan analisis data epidemiologi terkait kondisi malnutrisi. -
Article No. 1463 | 07 Oct 2024
Klinis : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah kondisi di mana individu rentan mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai dan mempertahankan status nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
1. Monitoring asupan dan output nutrisi
2. Manajemen diet
3. Edukasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat
5. Pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan
Sebagai seorang perawat, saya akan berfokus pada penilaian status nutrisi pasien, perencanaan dan implementasi intervensi keperawatan yang sesuai, serta evaluasi hasil yang dicapai untuk memastikan pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mencapai status gizi yang optimal. -
Article No. 1464 | 07 Oct 2024
Klinis : KASUS 2 (GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN) Tn. K. 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg. tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa l 12 13 mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik sputum positif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk identifikasi tuberkulosis.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang dilaporkan, pasien Tn. K. menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis paru, dengan keluhan batuk tidak berdahak, demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang signifikan. Pemeriksaan foto rontgen menunjukkan adanya kavitas pada paru kanan dan kiri, dan pemeriksaan sputum BTA hasilnya positif. Oleh karena itu, diagnosis yang sesuai adalah Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik sputum positif, yang tercakup dalam kode ICD-10 A15.0.
Dalam penatalaksanaan, pasien telah mendapatkan pengobatan paket antituberkulosis yang terdiri dari Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol. Prosedur yang dilakukan adalah pemeriksaan sputum untuk identifikasi tuberkulosis, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 87.44. -
Article No. 1465 | 07 Oct 2024
Klinis : KASUS 2 (GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN) Tn. K. 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg. tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa l 12 13 mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI: Mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari sumbatan.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memelihara dan menjaga bersihan jalan napas pasien.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi.
SLKI: Mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Risiko Infeksi
SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Mencegah terjadinya infeksi.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
Penjelasan tambahan:
Berdasarkan kasus yang diberikan, pasien Tn. K. mengalami gangguan sistem pernapasan berupa batuk tidak berdahak yang telah berlangsung selama 3 bulan. Pasien juga mengalami gejala lain seperti demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya kavitas pada paru dan hasil pemeriksaan BTA positif, sehingga pasien didiagnosis dengan tuberkulosis paru.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakefektifan pola napas, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan mencakup mempertahankan bersihan jalan napas, mempertahankan pola napas efektif, dan mencegah terjadinya infeksi. -
Article No. 1466 | 07 Oct 2024
Klinis : KASUS 2 (GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN) Tn. K. 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg. tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa l 12 13 mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret pernapasan yang dibuktikan dengan batuk tidak berdahak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan berat badan dan kelelahan yang dibuktikan dengan gejala sakit ringan.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan yang dibuktikan dengan adanya suara ronki pada pemeriksaan paru.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Pola nafas tidak efektif: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengancam kesehatan.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan sumber energi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas: Kemampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang sesuai.
2. Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Bersihan jalan napas: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas: Tindakan untuk memfasilitasi pembukaan dan pemeliharaan jalan napas yang terbuka.
2. Manajemen energi: Tindakan untuk mengatur penggunaan energi guna memfasilitasi aktivitas.
3. Terapi oksigen: Tindakan pemberian oksigen untuk meningkatkan pasokan oksigen. -
Article No. 1467 | 07 Oct 2024
Klinis : KASUS 2 (GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN) Tn. K. 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg. tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa l 12 13 mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik sputum positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk Bakteri Tahan Asam (BTA)
Penjelasan:
Pasien dalam kasus ini memiliki gejala batuk tidak berdahak, demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru. Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan foto rontgen yang menunjukkan adanya kavitas pada paru kanan dan kiri, serta hasil pemeriksaan BTA yang positif +2. Kode ICD-10 A15.0 menggambarkan tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik sputum positif.
Selanjutnya, tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan sputum untuk BTA, yang sesuai dengan kode ICD-9-CM 87.44. Hal ini dilakukan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Pasien telah diberikan pengobatan paket antituberkulosis yang terdiri dari Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol. Selama pengobatan, pasien juga perlu mendapatkan edukasi dan dukungan dari keluarga untuk memperbaiki kebiasaan dan perilaku hidup sehat, serta memastikan kepatuhan dalam menjalani pengobatan. -
Article No. 1468 | 07 Oct 2024
Klinis : Pasien ditemukan oleh tetangga tidak sadarkan diri dirumah pasien, pasien dibawa oleh tetangga ke RSUD Koja. Saat dilakukan pengkajian di IGD Kesadaran Somnolent, GCS 9, E3 V4 M2. Pupil 2/2, Isokor, Airway tidak ada sumbatan, Breathing (pernafasan) spontan, Circulation Pulsasi arteri teraba kuat, CRT 2 detik, warna kulit normal, perdarahan tidak ada, luka tidak ada, tanda-tanda vital pasien TD: 165/76mmHg, N: 105 x/mnt, RR: 25x/mnt, S: 40℃, saturasi O2 92%. Pasien diberi oksigen NRM 10Lpm, IVFD RL+KCL 25Meq/12 jam, pasien dipasang NGT dan DC, produksi urine (+) kuning keruh. BB 50 kg, TB 145 cm. Diet per NGT 6x200 ml.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan gangguan neurologis.
Penjelasan:
Penurunan Kesadaran: Suatu keadaan di mana seseorang tidak dapat merespon secara adekuat terhadap rangsangan eksternal atau internal.
SDKI: Penurunan Kesadaran
SLKI: Peningkatan Fungsi Kognitif
SIKI: Manajemen Penurunan Kesadaran
2. Gangguan Perfusi Serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
Penjelasan:
Gangguan Perfusi Serebral: Suatu keadaan di mana terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
SDKI: Gangguan Perfusi Serebral
SLKI: Peningkatan Perfusi Serebral
SIKI: Manajemen Gangguan Perfusi Serebral
3. Hipertermia berhubungan dengan proses patologis.
Penjelasan:
Hipertermia: Suatu keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas 38,3°C.
SDKI: Hipertermia
SLKI: Termoregulasi
SIKI: Manajemen Hipertermia
4. Risiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.
Penjelasan:
Risiko Aspirasi: Kemungkinan terjadinya masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
SDKI: Risiko Aspirasi
SLKI: Pemeliharaan Jalan Napas
SIKI: Manajemen Risiko Aspirasi
Dengan diagnosis keperawatan di atas, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen airway, pemberian oksigen, pemberian cairan IV, dan lain sebagainya untuk mengoptimalkan perawatan pasien.