Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20047 | 24 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pilek, batuk, demam sudah 2 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan pilek, batuk, dan demam selama 2 hari:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas" (SDKI). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada sistem pernapasan, seperti pilek, batuk, dan demam. Hal ini dapat menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif, sehingga dapat mengganggu proses pertukaran gas dan oksigenasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output sebagai berikut:
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernapas dengan mudah dan nyaman
- Tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas
b. Bebas Demam
- Suhu tubuh pasien kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi yang berlanjut
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Jalan Napas
- Monitor status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
- Bantu pasien untuk mengeluarkan sekret dengan teknik batuk efektif
- Lakukan suction atau pengisapan pada jalan napas jika diperlukan
- Berikan humidifikasi atau terapi oksigen jika diperlukan
b. Manajemen Demam
- Monitor suhu tubuh pasien secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai resep dokter
- Anjurkan pasien untuk banyak minum cairan
c. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan kepada pasien tentang kondisi kesehatannya saat ini
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan kebersihan jalan napas
- Beri edukasi tentang pentingnya istirahat dan asupan cairan yang cukup
- Anjurkan pasien untuk memantau tanda-tanda perbaikan atau penurunan kondisi
Dengan menerapkan Intervensi Keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan bebas demam. -
Article No. 20048 | 24 Jul 2025
Klinis : peningktan koping keluarga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Peningkatan Koping Keluarga
Definisi (SDKI):
Kemampuan keluarga untuk mengelola stressor, perubahan, dan tantangan secara efektif.
Kode SDKI: 10017
Definisi (SLKI):
Kemampuan keluarga untuk menggunakan strategi koping yang efektif dalam mengelola stressor, perubahan, dan tantangan.
Kode SLKI: 10007
Definisi (SIKI):
Intervensi untuk membantu keluarga mengembangkan dan menggunakan strategi koping yang efektif dalam mengelola stressor, perubahan, dan tantangan.
Kode SIKI: 10007
Dalam kondisi peningkatan koping keluarga, keluarga memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola stressor, perubahan, dan tantangan yang dihadapi. Mereka dapat menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi sulit dan mempertahankan fungsi keluarga yang optimal. Diagnosis ini mengindikasikan bahwa keluarga memiliki sumber daya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang menantang. -
Article No. 20049 | 24 Jul 2025
Klinis : 3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (00201)
Definisi:
Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00201
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00201
Definisi: Pasien menunjukkan perfusi serebral yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00201
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan perfusi serebral yang efektif.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa kondisi "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" membutuhkan perhatian khusus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan curah jantung, gangguan hemodinamik, atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi aliran darah ke otak. Intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, dan manajemen cairan, sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Saya akan bekerja secara profesional dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang komprehensif dan optimal. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi atau klarifikasi lebih lanjut. -
Article No. 20050 | 24 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, kaku, diagnostik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis atau histologis. Kode ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan fisik serta rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 adalah kode untuk tindakan bronkoskopi diagnostik. Prosedur ini mungkin dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari lesi paru untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan mikrobiologis atau histologis.
Berdasarkan kode-kode tersebut, dokter atau perekam medis dapat menggunakan informasi ini untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien. -
Article No. 20051 | 24 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas serta lesi di paru yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
a. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
b. Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
c. Tidak terdapat suara napas tambahan.
d. Saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
a. Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan).
b. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas tambahan.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
d. Lakukan fisioterapi dada dan latihan batuk efektif untuk membantu mengeluarkan sekret.
e. Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi medis untuk memperlancar bersihan jalan napas.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab utama (tuberkulosis paru).
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas, seperti batuk berdahak, sesak napas, dan temuan pemeriksaan fisik berupa suara napas bronkial serta lesi di paru. Tujuan asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, yang ditandai dengan kemampuan mengeluarkan sekret, pernapasan yang normal, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan status pernapasan, identifikasi adanya suara napas tambahan, pemberian oksigen, fisioterapi dada, latihan batuk efektif, pemberian bronkodilator dan mukolitik, serta kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab utama yaitu tuberkulosis paru. Intervensi-intervensi ini ditujukan untuk membantu pasien dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 20052 | 24 Jul 2025
Klinis : Pasien perempuan usia 65 tahun dengan riwayat stroke 1 tahun yang lalu dan bedrest dan terdapat luka dekubitus di punggung dan saat ini pasien bedrest dan tidak merespon apabila dipanggil
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Terganggu
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Etiologi: Riwayat stroke, mobilitas terbatas, dan risiko komplikasi akibat penurunan aktivitas.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat mengganggu homeostasis.
Etiologi: Mobilitas terbatas, inkontinensia, dan tekanan pada area tubuh.
3. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, atau mengekspresikan konsep atau perasaan secara lisan.
Etiologi: Penurunan kesadaran, kerusakan saraf kranial, dan kurangnya interaksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Terganggu:
- Sirkulasi perifer membaik
- Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi perifer
- Tidak ada komplikasi akibat penurunan aktivitas
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Integritas kulit tetap utuh
- Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit atau dekubitus
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
3. Komunikasi Verbal Terganggu:
- Pasien dapat merespons panggilan secara verbal
- Pasien dapat mengekspresikan kebutuhan dan perasaan secara jelas
- Pasien dapat berpartisipasi dalam diskusi sederhana
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perfusi Jaringan Perifer Terganggu:
- Kaji sirkulasi perifer secara berkala (suhu, warna, dan kekuatan nadi)
- Lakukan latihan range of motion pasif untuk ekstremitas
- Berikan posisi yang meningkatkan aliran darah (elevasi, berbaring miring)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antikoagulan atau vasoaktif, jika perlu
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Lakukan perawatan kulit dan teknik perawatan luka secara rutin
- Gunakan permukaan pendukung (matras antidekubitus) untuk mengurangi tekanan
- Kaji dan atasi faktor risiko kerusakan kulit (inkontinensia, nutrisi, hidrasi)
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan luka dekubitus
3. Komunikasi Verbal Terganggu:
- Lakukan pendekatan komunikasi yang sesuai dengan kondisi pasien (sederhana, pelan, dan jelas)
- Libatkan keluarga dalam proses komunikasi untuk membantu pasien
- Berikan stimulasi sensorik (sentuhan, suara, visual) untuk meningkatkan responsivitas
- Kolaborasi dengan ahli terapi wicara, jika perlu
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien meliputi risiko perfusi jaringan perifer terganggu, risiko kerusakan integritas kulit, dan komunikasi verbal terganggu. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pemulihan sirkulasi perifer, integritas kulit yang tetap utuh, dan peningkatan kemampuan komunikasi verbal pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian, tindakan langsung, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan edukasi kepada pasien serta keluarga untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 20053 | 24 Jul 2025
Klinis : Pasien perempuan usia 65 tahun dengan riwayat stroke 1 tahun yang lalu dan bedrest dan terdapat luka dekubitus di punggung dan saat ini pasien bedrest dan tidak merespon apabila dipanggil dengan diagnosa medis cva infark 2 attack oh 5 + susp enchelophati metabolik dd sepsis + ht st 2 + ulkus dekubitus region sacptum + aku dd ackd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Rentan mengalami perubahan epidermis dan/atau dermis yang dapat mengganggu fungsi kulit.
Faktor Risiko: Penurunan mobilitas, inkontinensia, malnutrisi, dan usia lanjut.
2. Kurang Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Faktor Berhubungan: Keterbatasan kognitif, keterbatasan sumber informasi, dan keterbatasan pemahaman.
3. Gangguan Komunikasi Verbal
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk menerima, memproses, atau mengekspresikan ide atau perasaan secara lisan.
Faktor Berhubungan: Gangguan neurologis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tujuan: Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang optimal selama perawatan. Kriteria Hasil: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka dekubitus, luka dekubitus mengalami penyembuhan, dan tidak terdapat luka baru.
2. Pengetahuan: Tujuan: Pasien dan/atau keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen perawatan pasca stroke, pencegahan komplikasi, dan perawatan luka dekubitus. Kriteria Hasil: Pasien dan/atau keluarga dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan, pasien dan/atau keluarga mampu melakukan tindakan perawatan yang direkomendasikan.
3. Komunikasi: Tujuan: Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi verbal selama perawatan. Kriteria Hasil: Pasien dapat merespon panggilan dengan jelas, pasien dapat mengekspresikan kebutuhan dan keluhan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Integritas Kulit Terganggu:
a. Perawatan Luka: Melakukan identifikasi, pemantauan, dan perawatan luka dekubitus sesuai prosedur.
b. Pencegahan Luka: Mengatur posisi dan pola berbaring, menjaga kebersihan kulit, dan mencegah tekanan pada area kulit yang rentan.
c. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi dan memberikan intervensi nutrisi yang adekuat.
2. Kurang Pengetahuan:
a. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi tentang perawatan pasca stroke, pencegahan komplikasi, dan perawatan luka dekubitus.
b. Dukungan Pengambilan Keputusan: Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan.
c. Bimbingan: Mengajarkan dan melatih pasien dan/atau keluarga dalam melakukan tindakan perawatan yang direkomendasikan.
3. Gangguan Komunikasi Verbal:
a. Komunikasi Alternatif: Menggunakan alat bantu komunikasi seperti papan komunikasi atau teknologi asistif.
b. Stimulasi Komunikasi: Melakukan stimulasi verbal, kontak mata, dan bahasa tubuh untuk meningkatkan respons komunikasi pasien.
c. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan empati untuk memfasilitasi komunikasi pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang dipilih berdasarkan kondisi pasien perempuan usia 65 tahun dengan riwayat stroke 1 tahun yang lalu, bedrest, luka dekubitus di punggung, dan tidak merespon apabila dipanggil. Luaran/output yang diharapkan dan intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi, yaitu risiko integritas kulit terganggu, kurang pengetahuan, dan gangguan komunikasi verbal. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan integritas kulit, meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, serta meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien. Penjelasan diberikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan. -
Article No. 20054 | 24 Jul 2025
Klinis : pasien datang dari igd reguler keluhan : sesak nafas disertai perut membesar sejak satu minggu ini, dan kedua kaki bengkak sejak 5 bulan yll, memberat 1 minggu ini RPD: tb paru tahun 2018 RPO: tx OAT drop out tahun 2018
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu sesak napas, perut membesar, dan edema pada kedua kaki, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan pembatasan ventilasi sekunder terhadap edema paru dan ascites.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan sekunder terhadap gagal jantung.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisiologis akibat penyakit paru dan gangguan sirkulasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan pola napas efektif, ditandai dengan frekuensi napas 12-20x/menit, irama napas teratur, dan tidak ada gejala sesak napas.
2. Pasien akan menunjukkan keseimbangan cairan yang memadai, ditandai dengan berat badan stabil, tidak ada edema, dan output urin yang adekuat.
3. Pasien akan menunjukkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, ditandai dengan mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk mengatasi Ketidakefektifan pola napas:
a. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
b. Posisikan pasien senyaman mungkin untuk memaksimalkan ventilasi.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan oksigenasi.
d. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk meningkatkan ventilasi.
e. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi diuretik dan vasodilator.
2. Untuk mengatasi Kelebihan volume cairan:
a. Monitor intake dan output cairan secara ketat.
b. Timbang badan pasien setiap hari untuk mendeteksi perubahan berat badan.
c. Pantau tanda-tanda klinis kelebihan cairan, seperti edema, ascites, dan distensi vena leher.
d. Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi diuretik dan pembatasan asupan cairan.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen cairan dan pembatasan natrium.
3. Untuk mengatasi Intoleransi aktivitas:
a. Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang membatasi.
b. Ajarkan teknik-teknik konservasi energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien secara bertahap.
d. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang tepat.
e. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen aktivitas dan istirahat yang seimbang.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kasus pasien dengan sesak napas, perut membesar, dan edema pada kedua kaki. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. -
Article No. 19972 | 23 Jul 2025
Klinis : risiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi risiko hipovolemia.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko hipovolemia adalah "Risiko Hipovolemia". Risiko Hipovolemia didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravasakular, yang dapat mengancam kesehatan". Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai penyebab, seperti perdarahan, diare, muntah, atau kehilangan cairan secara berlebihan melalui saluran tubuh lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan risiko hipovolemia dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Tanda-tanda vital stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan frekuensi napas dalam rentang normal.
2. Terdapat peningkatan volume urin dan warna urin menjadi lebih terang.
3. Terdapat peningkatan perfusi jaringan yang ditandai dengan kulit yang hangat, kering, dan capillary refill kurang dari 3 detik.
4. Tidak terjadi komplikasi, seperti syok hipovolemik atau gagal ginjal akut.
5. Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman yang baik terkait kondisi dan penatalaksanaan risiko hipovolemia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Cairan:
- Lakukan pemantauan intake dan output cairan secara ketat.
- Pantau tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, dan frekuensi napas.
- Pantau tanda-tanda hipovolemia, seperti turgor kulit, pengisian kapiler, dan produksi urin.
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan status hemodinamik pasien.
- Pertimbangkan pemberian produk darah, jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan jenis dan jumlah cairan yang tepat.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi risiko hipovolemia, penyebab, dan tanda-tandanya.
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya pemantauan intake dan output cairan.
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk melaporkan tanda-tanda hipovolemia secara dini.
4. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi dan nilai tingkat nyeri pasien.
- Berikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengelola nyeri, jika ada.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan tindakan medis yang diperlukan, seperti pemberian cairan, produk darah, atau tindakan lainnya.
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi pasien.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dengan risiko hipovolemia dapat mencapai luaran yang diharapkan dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 19973 | 23 Jul 2025
Klinis : - Nyeri perut hingga dada tembus ke punggung, hilang timbul sejak seminggu lalu - Tidak nyaman di area dada kemarin, terasa ampeg - Ngongsrong kalau jalan jauh, sesak kadang2, batuk (-) - Mual sedikit, muntah (-), keringat dingin (-), sudah berobat ke klinik mendapat obat lambung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Proses penyakit, cedera, prosedur invasif.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Ketidakmampuan mencerna/menyerap nutrisi, faktor psikologis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
Indikator:
- Melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Menggunakan teknik pengelolaan nyeri yang efektif
- Mengenali faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
2. Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
Indikator:
- Melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
- Mampu menyesuaikan aktivitas sesuai dengan tingkat energi yang dimiliki
- Mampu mempertahankan status fisiologis yang stabil selama aktivitas
3. Status Nutrisi: Adekuat
Definisi: Keadaan yang menunjukkan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Indikator:
- Menunjukkan berat badan yang stabil
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Menerima asupan nutrisi yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik pengelolaan nyeri kepada pasien
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
- Ajarkan teknik konservasi energi
3. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang adekuat
- Berikan edukasi terkait kebutuhan nutrisi dan cara meningkatkan asupan
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami nyeri perut hingga dada yang tembus ke punggung, ketidaknyamanan di area dada, sering ngongsrong saat berjalan jauh, sesak napas, dan keluhan gastrointestinal seperti mual. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan gangguan kardiovaskular atau gastrointestinal yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas, dan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
Luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri, Toleransi Aktivitas, dan Status Nutrisi: Adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Nyeri, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Nutrisi. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien mengelola nyeri, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memastikan asupan nutrisi yang adekuat, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.