Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1527 | 08 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 23 tahun dirawat di ruang bedah setelah menjalani operasi amputasi pada paha kiri setinggi 1/3 distal femur. Hasil pengkajian 7 hari post operasi pasien demam, menggigil, kepala pusing, mual dan muntah, terlihat pucat dan lemas, suhu badan 39º C. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 100/70 mmHg, RR 24 kali permenit, HR 112 kali permenit. Apakah masalah keperawatan yang paling utama pada kasus diatas? a. Kekurangan volume cairan b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh c. Anoreksia d. Hipertermia e. Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, masalah keperawatan yang paling utama pada kasus tersebut adalah:
d. Hipertermia
Penjelasan:
1. Hipertermia
- Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal (> 38°C).
- Gejala yang dialami pasien:
- Suhu badan 39°C
- Menggigil
- Terlihat pucat dan lemas
- Penyebab: Infeksi setelah operasi amputasi.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
- Memberikan definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan.
- Memberikan definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis keperawatan.
- Memberikan definisi, aktivitas, dan pertimbangan dalam melakukan intervensi keperawatan. -
Article No. 1528 | 08 Oct 2024
Klinis : CASE BASED KASUS IBU POST PARTUM FISIOLOGIS Klien Ny. Y usia 21 th (P1, A0) pasca bersalin secara spontan pada tanggal 23 April 2024 pukul 09.30, Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan dengan BB 3700 gram, panjang badan 51 cm, Apgar score 8/9. Ibu tampak lemah dan menyatakan masih merasakan nyeri pada area jalan lahir (perineum) dan area payudaranya serta belum bisa menyusui bayinya. Hasil pemeriksaan Tinggi fundus uteri satu jari bawah pusat , TTV : Tekanan Darah : 120/70mmHg, suhu 37,4°C, nadi 90 kali per menit, respirasi 22 kali per menit. Riwayat penyakit dahulu, pasien belum pernah dirawat dan dioperasi di Rumah Sakit. Riwayat KB, klien belum pernah mengikuti program KB. Aktivitas klien seperti makan minum, berpakaian, berhias diri, toileting, ambulasi, bathing (mandi) masih dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Kepala : bentuk mesochepal, distribusi rambut merata, rambut terlihat bersih, pendek, lurus, warna hitam. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada edema kelopak, pupil isokhor, tidak ada gangguan penglihatan. Hidung dalam keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret. Mulut: tidak ada stomatitis , mukosa bibir lembab, gigi bersih dan tidak ada karies. Telinga: berbentuk simetris, terlihat bersih, tidak ada serumen, tidakada gangguan pendengaran. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan vena jugularis. Payudara : simetris, teraba tegang, kolostrum keluar saat dipencet, areola menghitam, putting susu menonjol keluar, tidak ada luka atau lecet pada puting, tidak ada nyeri tekan. Jantung: Inspeksi (I) : ictus cordis tidak terlihat, palpasi (P) : ictus cordis teraba pada Intercosta 4-5 mid clavicula sinistra, tidak ada nyeri tekan, Perkusi (P) redup, f Auskultasi (A) bunyi jantung normal s1 dan s2 reguler. Paru-paru: Inspeksi (I) : tidak ada lesi, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi dada atau penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi (P) : vocal fremitus teraba sama kanan kiri, tidak ada nyeri tekan. Perkusi (P) : resonan. Auskultasi (A) : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan Abdomen Inspeksi (I) perut masih terlihat agak buncit, terdapat linea nigra, linea alba, dan striae, umbilikus terlihat sedikit menonjol. Auskultasi (A) peristaltik usus 13X/menit, Perkusi (P) : tympani. Palpasi (P) : fundus uteri teraba satu jari dibawah umbilikus. Ekstremitas atas : kekuatan otot penuh (5) fungsi normal, CRT: < 2 detik Ekstremitas bawah: tidak ada edema, tidak ada varises, fungsi normal, reflek patela + / +, Homan sign negatif, ekstremitas teraba hangat, kekuatan otot penuh (5). Integumen terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, terdapat linea nigra, linea alba dan striae. Genetalia (Vulva dan Perineum): redness : tidak ada kemerahan, echymosis : tidak tampak kebiruan, edema : tidak ada edema, discharge : tidak ada pengeluaran push pada jahitan, approximation : penutupan luka baik, jahitan tidak rembes. Lokhea : rubra, warna merah kental, aliran sedang, jumlah kurang lebih 80cc, bau amis, tidak purulent, klien sudah ganti pembalut 1x. Rectum : tidak terdapat hemmoroid Pemeriksaan Penunjang: Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap diperoleh data sebagai berikut : Golongan Darah AB; Hematokrit 33%; Leu 15,7 10^3/uL; Eritrosit 3,76 10^6/ uL; Trombosit 189 10^3/uL; Hb 10,8 g/ dl; MCV 87,8 fL; MCH 28,7 pg; MCHC 32,7 g/dl; Limfosit 9,8 % MXD 4,9 %, Netrofil 85,3%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.2
- Deskripsi: Komplikasi masa nifas, tidak diklasifikasikan di tempat lain (Kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai post partum fisiologis, dengan keluhan yang masih dirasakan oleh pasien seperti nyeri pada area jalan lahir (perineum) dan payudara serta kesulitan menyusui.)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur spesifik yang dapat diberikan, karena pasien belum menjalani tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM. Kondisi ini merupakan periode pemulihan setelah persalinan spontan, di mana perawatan yang diberikan bersifat suportif dan pengawasan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 O90.2 menggambarkan komplikasi masa nifas yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, pasien mengalami keluhan umum setelah persalinan spontan, seperti nyeri pada area jalan lahir, ketidaknyamanan pada payudara, dan kesulitan menyusui, tanpa adanya komplikasi yang memerlukan intervensi medis tertentu.
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat diberikan, karena pasien belum menjalani tindakan medis yang memerlukan kode tersebut. Perawatan yang diberikan bersifat suportif dan pengawasan selama masa pemulihan setelah persalinan. -
Article No. 1529 | 08 Oct 2024
Klinis : CASE BASED KASUS IBU POST PARTUM FISIOLOGIS Klien Ny. Y usia 21 th (P1, A0) pasca bersalin secara spontan pada tanggal 23 April 2024 pukul 09.30, Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan dengan BB 3700 gram, panjang badan 51 cm, Apgar score 8/9. Ibu tampak lemah dan menyatakan masih merasakan nyeri pada area jalan lahir (perineum) dan area payudaranya serta belum bisa menyusui bayinya. Hasil pemeriksaan Tinggi fundus uteri satu jari bawah pusat , TTV : Tekanan Darah : 120/70mmHg, suhu 37,4°C, nadi 90 kali per menit, respirasi 22 kali per menit. Riwayat penyakit dahulu, pasien belum pernah dirawat dan dioperasi di Rumah Sakit. Riwayat KB, klien belum pernah mengikuti program KB. Aktivitas klien seperti makan minum, berpakaian, berhias diri, toileting, ambulasi, bathing (mandi) masih dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Kepala : bentuk mesochepal, distribusi rambut merata, rambut terlihat bersih, pendek, lurus, warna hitam. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada edema kelopak, pupil isokhor, tidak ada gangguan penglihatan. Hidung dalam keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret. Mulut: tidak ada stomatitis , mukosa bibir lembab, gigi bersih dan tidak ada karies. Telinga: berbentuk simetris, terlihat bersih, tidak ada serumen, tidakada gangguan pendengaran. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan vena jugularis. Payudara : simetris, teraba tegang, kolostrum keluar saat dipencet, areola menghitam, putting susu menonjol keluar, tidak ada luka atau lecet pada puting, tidak ada nyeri tekan. Jantung: Inspeksi (I) : ictus cordis tidak terlihat, palpasi (P) : ictus cordis teraba pada Intercosta 4-5 mid clavicula sinistra, tidak ada nyeri tekan, Perkusi (P) redup, f Auskultasi (A) bunyi jantung normal s1 dan s2 reguler. Paru-paru: Inspeksi (I) : tidak ada lesi, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi dada atau penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi (P) : vocal fremitus teraba sama kanan kiri, tidak ada nyeri tekan. Perkusi (P) : resonan. Auskultasi (A) : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan Abdomen Inspeksi (I) perut masih terlihat agak buncit, terdapat linea nigra, linea alba, dan striae, umbilikus terlihat sedikit menonjol. Auskultasi (A) peristaltik usus 13X/menit, Perkusi (P) : tympani. Palpasi (P) : fundus uteri teraba satu jari dibawah umbilikus. Ekstremitas atas : kekuatan otot penuh (5) fungsi normal, CRT: < 2 detik Ekstremitas bawah: tidak ada edema, tidak ada varises, fungsi normal, reflek patela + / +, Homan sign negatif, ekstremitas teraba hangat, kekuatan otot penuh (5). Integumen terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, terdapat linea nigra, linea alba dan striae. Genetalia (Vulva dan Perineum): redness : tidak ada kemerahan, echymosis : tidak tampak kebiruan, edema : tidak ada edema, discharge : tidak ada pengeluaran push pada jahitan, approximation : penutupan luka baik, jahitan tidak rembes. Lokhea : rubra, warna merah kental, aliran sedang, jumlah kurang lebih 80cc, bau amis, tidak purulent, klien sudah ganti pembalut 1x. Rectum : tidak terdapat hemmoroid Pemeriksaan Penunjang: Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap diperoleh data sebagai berikut : Golongan Darah AB; Hematokrit 33%; Leu 15,7 10^3/uL; Eritrosit 3,76 10^6/ uL; Trombosit 189 10^3/uL; Hb 10,8 g/ dl; MCV 87,8 fL; MCH 28,7 pg; MCHC 32,7 g/dl; Limfosit 9,8 % MXD 4,9 %, Netrofil 85,3%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi ibu post partum fisiologis berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka perineum
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan ketidakmampuan menyusui
3. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan perdarahan postpartum
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka perineum
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Respon sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial pada area perineum.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mampu beradaptasi dengan nyeri, pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, teknik relaksasi, terapi modalitas.
2. Ketidakefektifan Pola Menyusu berhubungan dengan ketidakmampuan menyusui
- SDKI: Ketidakmampuan bayi untuk memperoleh asupan nutrisi yang adekuat melalui proses menyusui.
- SLKI: Bayi dapat menyusu dengan efektif, bayi memperoleh nutrisi yang adekuat, ibu puas dengan proses menyusui.
- SIKI: Dukungan menyusui, edukasi teknik menyusui yang benar, kolaborasi dengan ahli laktasi.
3. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan perdarahan postpartum
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
- SLKI: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien tidak mengalami dehidrasi, pasien melaporkan rasa haus minimal.
- SIKI: Monitoring intake dan output, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, observasi tanda-tanda dehidrasi.
Dengan menggunakan kerangka SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpadu untuk menangani kondisi ibu post partum fisiologis, sehingga dapat membantu mempercepat pemulihan ibu dan meningkatkan kualitas perawatan. -
Article No. 1530 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur pada ibu hamil
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi "gangguan pola tidur pada ibu hamil", berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O99.3
- Deskripsi: Gangguan mental dan perilaku yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas
Penjelasan:
- Kode O99.3 dari ICD-10 dikategorikan dalam kelompok "Komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas lainnya yang diklasifikasikan di tempat lain".
- Diagnosis ini mencakup gangguan mental dan perilaku yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas, termasuk gangguan tidur pada ibu hamil.
- Kode O99.3 digunakan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi ini dalam catatan medis pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur medis yang terkait secara langsung dengan gangguan pola tidur pada ibu hamil. Penanganan utamanya biasanya melibatkan terapi non-farmakologis, seperti perubahan gaya hidup, teknik relaksasi, dan konseling.
Dalam menangani gangguan pola tidur pada ibu hamil, pendekatan holistik yang melibatkan pemantauan, edukasi, dan intervensi non-farmakologis seringkali merupakan pilihan yang direkomendasikan. Peran petugas kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, adalah untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan memantau kondisi ini dengan cermat, serta memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas tidur dan kesejahteraan ibu hamil. -
Article No. 1531 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur pada ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi selama aktivitas sehari-hari. Pada ibu hamil, gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh perubahan fisik dan psikologis selama kehamilan, seperti nyeri punggung, mual, frekuensi berkemih yang sering, kecemasan, dan perubahan hormon.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan pola tidur pada ibu hamil adalah peningkatan kualitas dan kuantitas tidur, penurunan kelelahan, dan peningkatan kemampuan beraktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola tidur pada ibu hamil meliputi:
1. Manajemen Lingkungan Tidur: Mengatur suasana kamar tidur yang nyaman, mengurangi kebisingan, dan mengatur pencahayaan.
2. Manajemen Nutrisi dan Cairan: Mengatur pola makan dan minum yang mendukung tidur.
3. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan hipnoterapi, untuk mengurangi kecemasan dan stres.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi tentang pola tidur yang sehat selama kehamilan.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain: Bekerja sama dengan dokter atau ahli gizi untuk mengelola kondisi medis yang menyebabkan gangguan tidur.
Dengan pendekatan holistik dan komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat membantu ibu hamil mengatasi gangguan pola tidurnya dan meningkatkan kualitas hidup selama kehamilan. -
Article No. 1532 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur pada ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang diinginkan. Ini dapat disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, sosial, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur pada ibu hamil antara lain:
1. Tidur yang adekuat
2. Peningkatan kualitas tidur
3. Pengurangan gangguan tidur
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur pada ibu hamil antara lain:
1. Manajemen Istirahat
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Kognitif
4. Edukasi Perawatan Diri
Penjelasan singkat:
Gangguan pola tidur pada ibu hamil merupakan kondisi umum yang dialami selama kehamilan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan ini antara lain perubahan hormonal, pertambahan berat badan, dan ketidaknyamanan fisik. Intervensi keperawatan yang tepat, seperti manajemen istirahat, terapi relaksasi, dan edukasi perawatan diri, dapat membantu ibu hamil mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang optimal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan mempersiapkan diri untuk melahirkan. -
Article No. 1533 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur pada ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan singkat untuk kondisi gangguan pola tidur pada ibu hamil:
SDKI:
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai pengalaman subjektif akan kualitas atau kuantitas tidur yang tidak memadai. Manifestasi klinis dapat berupa kesulitan memulai tidur, sering terbangun, dan/atau tidur yang tidak restoratif. Faktor risiko dapat meliputi stres, nyeri, kecemasan, depresi, perubahan hormonal, dan faktor lingkungan.
SLKI:
Luaran yang diharapkan untuk Gangguan Pola Tidur antara lain: Pola Tidur Membaik, Kualitas Tidur Membaik, dan Tidur Terpenuhi. Kriteria hasil dapat meliputi durasi tidur yang adekuat, tidak ada kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, dan tidur yang nyenyak dan restoratif.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur pada ibu hamil antara lain: Manajemen Lingkungan, Manajemen Nyeri, Relaksasi, Edukasi Kesehatan tentang Pola Tidur, serta Terapi Komplementer seperti Aromaterapi atau Akupresur.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pada ibu hamil, serta melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 1534 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi gangguan pola tidur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G47
- Deskripsi: Gangguan tidur
Kode ICD-10 G47 mencakup berbagai jenis gangguan pola tidur, termasuk insomnia, hipersomnia, apnea tidur, dan lain-lain. Diagnosis yang lebih spesifik dapat diberikan dengan menggunakan subkode yang lebih rinci, seperti:
- G47.0: Insomnia
- G47.1: Hipersomnia
- G47.3: Apnea tidur
- G47.8: Gangguan tidur lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.17
- Deskripsi: Polisomnografi
Kode ICD-9-CM 89.17 merujuk pada prosedur polisomnografi, yang merupakan tes diagnostik untuk mengevaluasi gangguan tidur. Prosedur ini melibatkan perekaman dan pemantauan berbagai parameter fisiologis selama tidur, seperti aktivitas otak, pergerakan mata, detak jantung, pernapasan, dan oksigenasi darah. Hasil dari polisomnografi dapat membantu dokter dalam mendiagnosis dan menentukan rencana penanganan yang tepat untuk kondisi gangguan pola tidur pasien. -
Article No. 1535 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala yang mungkin muncul antara lain sulit untuk memulai tidur, sering terbangun di malam hari, dan tidur yang tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur adalah klien dapat tidur dengan lamanya yang cukup, dapat tertidur dengan cepat, dan dapat terbangun dengan segar. Indikator keberhasilannya antara lain durasi tidur yang adekuat, waktu untuk memulai tidur yang singkat, dan merasa segar saat terbangun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur antara lain:
1. Manajemen Tidur: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman, mengatur jadwal tidur, dan menghindari stimulasi sebelum tidur.
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi seperti napas dalam, meditasi, dan terapi musik untuk membantu rileks dan tidur lebih nyenyak.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien mengenai pola tidur yang sehat dan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas tidur.
Diharapkan dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur pada klien. -
Article No. 1438 | 07 Oct 2024
Klinis : mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mual muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NANDA-I, 2015)
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Faktor penyebab mual dapat meliputi gangguan gastrointestinal, efek samping obat, stres psikologis, dan lain-lain.
- Tanda dan gejala yang menyertai dapat berupa rasa tidak nyaman di perut, keringat dingin, pucat, dan takikardi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan mual adalah pasien dapat mengendalikan rasa mual, mencegah muntah, dan mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen lingkungan, terapi relaksasi, dan pemberian antiemetik sesuai indikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan utama untuk mengatasi mual adalah manajemen mual, yang meliputi identifikasi faktor penyebab, pengaturan lingkungan, dan pemberian terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
- Intervensi lain yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan cairan untuk mempertahankan status hidrasi dan nutrisi pasien.
Dalam menangani kondisi mual muntah, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk mencapai luaran yang diharapkan.