Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1729 | 09 Oct 2024
Klinis : gangguan eliminasi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan eliminasi urin.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Eliminasi Urin
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Eliminasi Urin didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, volume, karakteristik, atau kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang tidak sesuai dengan pola normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan pola eliminasi urin adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal, bebas dari komplikasi, dan mampu melakukan perawatan diri terkait eliminasi urin.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola eliminasi urin meliputi:
1. Manajemen Urinasi
2. Perawatan Kateter Urin
3. Terapi Bladder Training
4. Edukasi Perawatan Diri Eliminasi Urin
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain (Misalnya Dokter Urologi)
Tujuan dari intervensi-intervensi tersebut adalah untuk memulihkan pola eliminasi urin yang normal, mencegah komplikasi, dan memampukan pasien untuk melakukan perawatan diri terkait eliminasi urin secara mandiri. -
Article No. 1730 | 09 Oct 2024
Klinis : gangguan interaksi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan interaksi sosial.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Interaksi Sosial
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Interaksi Sosial adalah ketidakmampuan individu untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah adanya kesulitan dalam berkomunikasi, memulai dan mempertahankan hubungan sosial, serta menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Interaksi Sosial adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan dalam kemampuan interaksi sosial, seperti kemampuan berkomunikasi, memulai dan mempertahankan hubungan, serta berperilaku sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Interaksi Sosial meliputi:
a. Terapi kelompok, untuk meningkatkan keterampilan sosial dan mempraktikkan interaksi yang positif.
b. Bimbingan dan konseling, untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi penyebab gangguan interaksi sosial.
c. Psikoedukasi, untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya interaksi sosial dan strategi mengembangkannya.
d. Modifikasi lingkungan, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan interaksi sosial pasien.
Sebagai pakar keperawatan, saya berharap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI terkait Gangguan Interaksi Sosial. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 1731 | 09 Oct 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas normal (>37,5°C) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas dari tubuh. Hipertermia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, lingkungan yang panas, atau reaksi obat.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada kondisi hipertermia adalah penurunan suhu tubuh ke dalam rentang normal (36,5-37,5°C), pemeliharaan hidrasi yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi yang terkait dengan hipertermia.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi:
1. Pemantauan suhu tubuh secara berkala
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Pengaturan lingkungan yang sejuk dan nyaman
4. Pemberian obat antipiretik jika diperlukan
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
Sebagai perawat, saya akan bekerja dengan tim kesehatan lain untuk mengelola hipertermia pasien secara komprehensif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 1732 | 09 Oct 2024
Klinis : hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipovolemia
Definisi:
Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan gangguan perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Terkompensasi
2. Hemodinamik Stabil
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Pemantauan Hemodinamik
3. Pencegahan Perdarahan
Penjelasan Singkat:
Hipovolemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perdarahan, dehidrasi, atau kehilangan cairan berlebihan. Tujuan utama perawatan adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, menjaga stabilitas hemodinamik, dan mempertahankan keseimbangan cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen cairan (misalnya pemberian cairan intravena), pemantauan hemodinamik (seperti pemantauan tanda-tanda vital), dan pencegahan perdarahan (jika perlu). Perawat harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penatalaksanaan hipovolemia yang optimal bagi pasien. -
Article No. 1733 | 09 Oct 2024
Klinis : Gangguan perduli tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perawatan Diri Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perawatan Diri Tidak Efektif adalah ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan, eliminasi) secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu dapat melakukan perawatan diri secara efektif dan mandiri. Ini dapat tercapai melalui peningkatan kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial terkait perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pelatihan perawatan diri, bantuan perawatan diri, pengaturan lingkungan, dan konseling untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri. Perawat juga dapat memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi keterlibatan keluarga dalam proses perawatan.
Sebagai seorang pakar perawat, penting untuk memahami standar-standar ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. Diagnosis Keperawatan, Luaran, dan Intervensi yang sesuai akan membantu pasien mencapai kemandirian dalam perawatan diri dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 1734 | 09 Oct 2024
Klinis : Gangguan perfusi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Perfusi Tidak Efektif adalah status ketidakcukupan aliran darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan sirkulasi, atau kondisi lainnya yang mengganggu suplai darah.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Perfusi Tidak Efektif meliputi peningkatan sirkulasi, perbaikan status hemodinamik, dan penurunan gejala yang terkait dengan gangguan perfusi, seperti nyeri, kelemahan, atau perubahan pada integritas kulit.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perfusi Tidak Efektif mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, status hemodinamik, dan perfusi jaringan.
2. Pemberian terapi oksigen, jika diperlukan.
3. Intervensi untuk meningkatkan aliran darah, seperti posisi elevasi ekstremitas, pemberian cairan, atau pemberian obat-obatan vasodilator.
4. Perawatan kulit dan pencegahan kerusakan jaringan.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang gaya hidup yang mendukung perfusi optimal.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi Gangguan Perfusi Tidak Efektif pada pasien. -
Article No. 1735 | 09 Oct 2024
Klinis : Gangguan perfusi tidak efektif. Sertakan tanda gejala mayor dan minor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif adalah ketidakcukupan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme sel.
Tanda Gejala:
Mayor:
1. Penurunan suhu ekstremitas
2. Perubahan warna kulit (pucat, sianosis, atau mottled)
3. Nyeri atau kram otot
4. Pulsasi perifer yang lemah atau tidak ada
5. Edema perifer
Minor:
1. Kelelahan
2. Kelemahan
3. Perubahan sensasi
4. Rambut yang rontok
5. Kuku yang rapuh
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode Diagnosis: 00204
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme sel.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode Luaran: 10026
Judul Luaran: Perfusi Jaringan: Perifer
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode Intervensi: I0125
Judul Intervensi: Manajemen Perfusi Perifer
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran darah ke jaringan perifer.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat membantu Anda dalam memahami dan mengelola kondisi Gangguan Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif ini sesuai dengan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 1736 | 09 Oct 2024
Klinis : Gangguan perfusi tidak efektif. Sertakan tanda gejala mayor dan minor subjektif dan object
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan perfusi tidak efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami penurunan suplai oksigen dan/atau nutrisi ke jaringan.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Perfusi Tidak Efektif adalah pasien menunjukkan perfusi jaringan yang efektif, yang ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda perubahan warna kulit, dan tidak ada rasa sakit atau nyeri.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perfusi Tidak Efektif antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen nutrisi, dan tindakan untuk meningkatkan sirkulasi darah.
Tanda Gejala Mayor dan Minor:
Tanda Gejala Mayor Subjektif:
- Pasien mengeluhkan rasa sakit atau nyeri
- Pasien mengeluhkan perubahan warna kulit
Tanda Gejala Mayor Objektif:
- Tanda-tanda vital tidak stabil (tekanan darah rendah, nadi tidak teratur, suhu tubuh tidak normal)
- Perubahan warna kulit (pucat, sianosis, atau kemerahan)
Tanda Gejala Minor Subjektif:
- Pasien mengeluhkan kelelahan
- Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan
Tanda Gejala Minor Objektif:
- Edema pada ekstremitas
- Penurunan pengisian kapiler
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, dan melakukan pemantauan yang cermat untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dalam mengatasi Gangguan Perfusi Tidak Efektif. -
Article No. 1737 | 09 Oct 2024
Klinis : sariawan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Makanan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Makanan didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk mentolerir atau mencerna makanan tertentu, yang dapat menyebabkan reaksi fisik yang tidak menyenangkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Intoleransi Makanan adalah pasien dapat menunjukkan toleransi terhadap makanan, bebas dari reaksi fisik yang tidak menyenangkan, dan dapat mempertahankan status nutrisi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Identifikasi makanan penyebab intoleransi
2. Edukasi dan dukungan dalam menghindari makanan penyebab
3. Pemantauan status nutrisi dan penggantian makanan yang tepat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet yang sesuai
5. Pemberian terapi simtomatik (misal antasida) jika diperlukan
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpadu untuk mengatasi masalah Intoleransi Makanan pada pasien, termasuk kasus sariawan. -
Article No. 1738 | 09 Oct 2024
Klinis : Siki Manajemen perfusi perifee
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Perifer
Penjelasan Singkat Sesuai Standar SDKI - SLKI - SIKI PPNI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Perifer adalah kondisi di mana terjadi penurunan atau ketidakmampuan dalam mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam viabilitas jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi perifer membaik
2. Tidak terjadi kerusakan jaringan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
4. Fungsi motorik dan sensorik normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Perifer
a. Identifikasi faktor risiko gangguan perfusi perifer
b. Pantau tanda-tanda vital dan parameter perfusi perifer
c. Berikan posisi elevasi ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi farmakologis dan non-farmakologis
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat menegaskan bahwa manajemen perfusi perifer merupakan intervensi esensial untuk mengatasi gangguan perfusi perifer. Evaluasi komprehensif kondisi pasien, pemantauan tanda vital, dan intervensi kolaboratif sangat penting untuk memulihkan perfusi jaringan perifer dan mencegah komplikasi lebih lanjut.