Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1699 | 09 Oct 2024
Klinis : sindrome nifrotik PADA ANAK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sindrom nefrotik pada anak, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein melalui urin pada sindrom nefrotik.
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan edema.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas akibat sindrom nefrotik.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan malnutrisi pada sindrom nefrotik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan. Dalam kasus sindrom nefrotik pada anak, diagnosa keperawatan yang sesuai termasuk dalam SDKI seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mendefinisikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk sindrom nefrotik, luaran yang diharapkan antara lain pemulihan volume cairan, integritas kulit yang membaik, tidak terjadi infeksi, serta pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mendefinisikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk sindrom nefrotik pada anak meliputi pemantauan cairan, perawatan kulit, pemberian terapi anti-infeksi, serta edukasi gizi dan stimulasi perkembangan.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang komprehensif bagi perawat untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien dengan sindrom nefrotik pada anak. -
Article No. 1700 | 09 Oct 2024
Klinis : ketidakseimbangan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Ketidakseimbangan Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi penurunan atau peningkatan cairan intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan cairan yang tidak mencukupi, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan dalam mekanisme homeostasis cairan dalam tubuh.
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan dari penanganan Ketidakseimbangan Cairan antara lain:
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara: Pasien menunjukkan status cairan yang seimbang, termasuk volume, elektrolit, dan asam-basa yang adekuat.
2. Hidrasi Kulit Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan turgor kulit, mukosa lembab, dan tanda-tanda hidrasi yang membaik.
3. Pengendalian Gejala Terpelihara: Pasien menunjukkan penurunan atau tidak ada gejala tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
Dalam melakukan intervensi keperawatan, perawat dapat mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yang mencakup tindakan-tindakan seperti:
1. Pemantauan status cairan dan elektrolit
2. Pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
3. Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan cairan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab ketidakseimbangan cairan.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas dalam menangani kondisi Ketidakseimbangan Cairan pada pasien. -
Article No. 1701 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berat
Penjelasan:
Pasien mengalami muntah dan diare yang berlebihan, sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan. Hal ini ditandai dengan gejala seperti kulit kering, mata cekung, turgor kulit jelek, dan pasien belum buang air kecil sejak pagi.
2. Nyeri Akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri dan keram pada perut, yang merupakan gejala umum dari diare dan muntah yang dialami.
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Pasien tampak lemah dan kelelahan akibat kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga mempengaruhi toleransi aktivitas pasien.
Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi Berat, Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas.
- Definisi, Faktor Risiko, Karakteristik Definisi, dan Klasifikasi Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Hidrasi Adekuat, Keseimbangan Cairan Terpelihara, Tekanan Darah Stabil.
- Nyeri Akut: Nyeri Terkontrol, Sensasi Nyeri Berkurang.
- Intoleransi Aktivitas: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang sesuai untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Manajemen Cairan, Terapi Infus, Pemantauan Intake-Output.
- Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Analgetik, Distraksi.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi, Pembatasan Aktivitas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan standar-standar dokumentasi keperawatan di Indonesia, yaitu SDKI, SLKI, dan SIKI, yang digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan. -
Article No. 1702 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. K yang dideskripsikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas yang ditunjukkan dengan gejala batuk tidak produktif, suara nafas tambahan, dan perubahan pola napas yang dirasakan lebih sering pada malam hari.
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk memelihara dan memperbaiki aliran udara melalui saluran napas.
2. Manajemen Batuk: Tindakan untuk membantu pasien dalam mengeluarkan sekret dari saluran napas.
3. Pemberian Obat: Pemberian obat-obatan yang dapat membantu mengatasi masalah pernapasan pasien.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit, gaya hidup sehat, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
Dengan adanya diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1703 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. K, seorang pekerja petani karet berusia 50 tahun, diperoleh diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Karakteristik: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan bunyi napas (ronkhi), dispnea.
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau persepsi.
- Karakteristik: Kelelahan, kelemahan, perubahan tanda-tanda vital, kurang motivasi.
c. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
- Faktor risiko: Riwayat kontak dengan penderita TB, pengetahuan yang kurang tentang penyakit, kebersihan lingkungan yang buruk.
2. Penjelasan Singkat Berdasarkan SLKI dan SIKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SLKI: Tujuan - Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih dan bebas dari sputum.
- SIKI: Intervensi - Auskultasi suara napas, observasi pola napas, lakukan suction jika perlu, atur posisi yang nyaman, berikan edukasi tentang teknik batuk efektif.
b. Intoleransi Aktivitas:
- SLKI: Tujuan - Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi - Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien, monitor tanda-tanda vital, berikan latihan fisik dengan intensitas rendah, edukasi manajemen energi.
c. Risiko Infeksi:
- SLKI: Tujuan - Pasien tidak mengalami infeksi.
- SIKI: Intervensi - Kaji faktor risiko infeksi, berikan edukasi tentang pencegahan penularan TB, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai, diharapkan Tn. K dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan dapat mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 1704 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “saya muntah dan mencret sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, output urine menurun.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang berlebihan atau tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Diare, muntah, asupan cairan tidak adekuat.
- Karakteristik Mayor: Turgor kulit buruk, mukosa kering, ekstremitas dingin, output urine menurun.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Hasil yang Diharapkan: Pasien menunjukkan turgor kulit baik, mukosa lembab, ekstremitas hangat, output urine adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengatur asupan dan output cairan dalam upaya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, berikan cairan intravena sesuai kebutuhan, pantau elektrolit, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kehilangan cairan.
Dalam kondisi ini, pasien membutuhkan intervensi segera untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang dialaminya. Pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab utama merupakan tindakan yang perlu dilakukan. -
Article No. 1705 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, dan kelompak mata tampak cekung.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler.
Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan melalui diare, muntah, perdarahan, dan luka.
Karakteristik Mayor: Ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompok mata cekung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan hidrasi yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas hangat, turgor kulit baik, dan kelompok mata tidak cekung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan:
1. Hitung intake dan output cairan
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Lakukan rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan dan elektrolit
2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, ditandai dengan pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang berhubungan: Iritasi gastrointestinal.
Karakteristik Mayor: Pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mencapai kontrol nyeri yang optimal, ditandai dengan pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Berikan analgesik sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi hipovolemia dan nyeri akut pada pasien. -
Article No. 1706 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah kemungkinan diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta keterkaitan dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan cairan ekstravaskular dan penurunan intake cairan dan nutrisi.
b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan abdomen dan perdarahan gastrointestinal.
c. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan ascites dan edema.
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan dan mual.
2. Penjelasan Singkat:
a. Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit: Pasien mengalami peningkatan cairan ekstravaskular yang ditandai dengan ascites dan edema, serta penurunan intake cairan dan nutrisi yang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Nyeri: Pasien mengalami nyeri perut akibat pembengkakan abdomen dan perdarahan gastrointestinal.
c. Gangguan Pola Napas: Ascites dan edema menyebabkan sesak napas dan gangguan ventilasi.
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Penurunan intake makanan dan mual menyebabkan malnutrisi.
3. Keterkaitan dengan Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Sirkulasi Cairan dan Elektrolit: Kode 00027
- Nyeri: Kode 00132
- Gangguan Pola Napas: Kode 00032
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kode 00002
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Kontrol Nyeri
- Perbaikan Pola Napas
- Keseimbangan Nutrisi
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Nutrisi
Dengan mempertimbangkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi pasien tersebut. -
Article No. 1707 | 09 Oct 2024
Klinis : MENYENDIRI, TIDAK MAU BICARA, TIDAK MAU MENATAP LAWAN BICARA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Menyendiri, Tidak Mau Bicara, Tidak Mau Menatap Lawan Bicara" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial didefinisikan sebagai pengalaman individu yang merasa terpisah dari orang lain, baik secara fisik maupun psikologis, yang dapat berkembang menjadi perasaan sendirian dan keterasingan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Isolasi Sosial adalah peningkatan kemampuan individu dalam berinteraksi dengan orang lain, peningkatan rasa memiliki dan diterima, serta penurunan perasaan kesepian dan terasing.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial antara lain:
1. Memfasilitasi interaksi sosial
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi
3. Memberikan dukungan emosional
4. Membantu mengembangkan jaringan sosial
5. Melibatkan keluarga atau significant other dalam proses perawatan
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, perawat dapat membantu pasien dalam mengatasi kondisi isolasi sosial, meningkatkan kemampuan berinteraksi, dan memperoleh dukungan yang diperlukan. -
Article No. 1708 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI)
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
3. Nyeri (SDKI)
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
5. Ketidakseimbangan cairan (SDKI)
6. Resiko ketidakstabilan fungsi hati (SIKI)
Penjelasan Singkat:
1. Mual (SDKI)
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di daerah perut yang dapat menimbulkan dorongan untuk muntah.
- Faktor Penyebab: Penurunan nafsu makan, nyeri perut, dan pembengkakan abdomen.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Penyebab: Mual, anoreksia, dan penurunan berat badan.
3. Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor Penyebab: Inflamasi pada saluran cerna, tekanan pada perut, dan batuk.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan secret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Penyebab: Sesak napas, batuk produktif, dan adanya sumbatan pada jalan napas.
5. Ketidakseimbangan cairan (SDKI)
- Definisi: Kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular.
- Faktor Penyebab: Edema, penurunan intake cairan, dan peningkatan kehilangan cairan.
6. Resiko ketidakstabilan fungsi hati (SIKI)
- Definisi: Ancaman penurunan kemampuan hati untuk melakukan fungsi metabolik, sekretorik, dan ekskretorik.
- Faktor Penyebab: Penyakit hati kronis, peningkatan bilirubin, dan peningkatan enzim hati.
Standar SDKI, SLKI, SIKI merupakan panduan resmi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan.