Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1845 | 10 Oct 2024
Klinis : eorang perempuan, 60 tahun, menjalani kemoterapi ketiga pasca pengangkatan massa ca ovarium. Hasil pemeriksaan fisik: TD 100/60 mmHg, Nadi 98 x/menit, Napas 30 kali permenit, suhu 38 C; pasien tampak murung, konjuctive sub anemis, pasien mengalami mual muntah. Apakah intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien tersebut ? a. Manajemen mual muntah b. Monitor tanda-tanda infeksi c. Monitor kesimbangan cairan dan elektrolit d. Berikan dukungan psikososial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Mual Muntah Berhubungan Dengan Efek Samping Kemoterapi (SDKI)
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan Dengan Mual Muntah (SDKI)
3. Gangguan Citra Tubuh Berhubungan Dengan Penyakit Kronis dan Efek Samping Pengobatan (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Mual Muntah Berhubungan Dengan Efek Samping Kemoterapi (SDKI)
- SLKI: Manajemen Mual Muntah
- SIKI: Manajemen Mual Muntah
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan Dengan Mual Muntah (SDKI)
- SLKI: Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- SIKI: Pemantauan Cairan dan Elektrolit
3. Gangguan Citra Tubuh Berhubungan Dengan Penyakit Kronis dan Efek Samping Pengobatan (SDKI)
- SLKI: Dukungan Psikososial
- SIKI: Dukungan Psikososial
Intervensi Keperawatan yang Tepat:
a. Manajemen mual muntah
b. Monitor tanda-tanda infeksi
c. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Berikan dukungan psikososial, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien ini adalah:
1. Manajemen mual muntah untuk mengatasi keluhan mual dan muntah yang dialami pasien akibat efek samping kemoterapi.
2. Monitor tanda-tanda infeksi untuk mengidentifikasi dan mencegah komplikasi infeksi yang dapat terjadi.
3. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit untuk memastikan pasien tidak mengalami dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit akibat mual dan muntah.
4. Berikan dukungan psikososial dengan tone akademis dan persona pakar/perawat untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisi penyakitnya dan efek samping pengobatan. -
Article No. 1846 | 10 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, 59 tahun, dirawat diruangan HCU kebidanan pasca pengangkatan massa Ca.Ovarium stage IIb. Selama 24 jam kedepan, pasien diharuskan dipantau secara intensif, mulai dari TTV, reaksi terhadap obat-obatan. Apakah kriteria evaluasi keperawatan yang harus ditemukan untuk menunjukkan keberhasilan terapi ? a. Nilai leukosit dalam batas normal b. Tidak ada kecemasan c. Nilai fungsi liver dalam batas normal d. Nyeri berkurang/ dapat ditoleransi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan kriteria evaluasi keperawatan yang dapat dipertimbangkan:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
2. Kecemasan
3. Risiko Gangguan Fungsi Hati
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Infeksi
- SDKI: Berisiko mengalami proses patologis yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme asing ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan respons inflamasi.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan hasil laboratorium, dan pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- SIKI: Perawatan luka, manajemen infeksi, dan pemberian obat-obatan.
2. Kecemasan
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang tidak jelas.
- SLKI: Identifikasi faktor penyebab kecemasan, teknik relaksasi, dan pemberian obat-obatan anxiolytik.
- SIKI: Dukungan emosional, manajemen kecemasan, dan terapi kognitif-perilaku.
3. Risiko Gangguan Fungsi Hati
- SDKI: Berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi hati yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme.
- SLKI: Pemantauan hasil laboratorium fungsi hati, pembatasan aktivitas, dan pemberian obat-obatan hepatoprotektif.
- SIKI: Manajemen nutrisi, manajemen komplikasi, dan edukasi pasien.
Kriteria Evaluasi Keperawatan:
a. Nilai leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan tidak adanya infeksi atau respons inflamasi yang signifikan.
b. Tidak ada kecemasan
- Menunjukkan pasien mampu mengelola kecemasan dan mencapai kondisi tenang.
c. Nilai fungsi hati dalam batas normal
- Menunjukkan tidak adanya gangguan fungsi hati yang signifikan.
d. Nyeri berkurang/dapat ditoleransi
- Menunjukkan adanya perbaikan kondisi pasien dan kemampuan mengelola nyeri.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Berdasarkan pemantauan yang dilakukan, kriteria evaluasi keperawatan yang harus ditemukan untuk menunjukkan keberhasilan terapi adalah nilai leukosit dalam batas normal, tidak ada kecemasan, nilai fungsi hati dalam batas normal, dan nyeri yang berkurang atau dapat ditoleransi oleh pasien. -
Article No. 1847 | 10 Oct 2024
Klinis : Ibu A (20 tahun) postpartum pervaginam 2 jam yang lalu. Saat ini klien masih berada di klinik bersalin. Saat dilakukan pengkajian, klien tiba-tiba mengalami perdarahan dan terlihat pucat. Tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat adalah? a. Melakukan kompresi bimanual b. Memberikan oksitosin c. Memasang kateter urin d. Memberikan cairan infus NaCl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Perdarahan Pasca Persalinan Akut
Penjelasan:
Ibu A mengalami perdarahan yang tiba-tiba setelah 2 jam postpartum pervaginam. Perdarahan pasca persalinan merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat adalah:
b. Memberikan oksitosin
Penjelasan:
Oksitosin adalah obat uterotonika yang berfungsi untuk merangsang kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan. Pemberian oksitosin merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, tindakan lain yang dapat dilakukan perawat adalah:
1. Melakukan kompresi bimanual untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Memasang kateter urin untuk memantau output urin dan mencegah retensi urin.
3. Memberikan cairan infus NaCl untuk mengganti volume darah yang hilang.
Jadi, tindakan utama yang harus dilakukan perawat adalah memberikan oksitosin untuk menghentikan perdarahan. -
Article No. 1848 | 10 Oct 2024
Klinis : bu N 22 th, dirawat di ruang rawat kebidanan dengan status obstetri G1 P0 A0 H0 dengan usia kehamilan 34 minggu. Dari hasil pemeriksaan iu N didiagnosa Pre Eklamsia Berat. Salah satu data yang ditemukan pada pengkajian pasien dengan Pre eklamsia berat adalah : a. Hipertensi b. Tekanan darah sistolik 140 mmHg c. Udem pada kaki d. Protein Urine 5 gr atau lebih dalam 24 jam e. Kenaikan berat badan ½ kg perminggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien Bu N dengan Pre Eklamsia Berat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipertensi dan edema paru.
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman status kesehatan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan pola napas: Gangguan dalam inspirasi dan/atau ekspirasi yang dapat mengganggu ventilasi.
2. Risiko kerusakan integritas kulit: Rentan mengalami kerusakan pada kulit dan/atau membran mukosa.
3. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tuntutan yang tidak jelas dan nonspesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas efektif: Kemampuan individu untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang memadai.
2. Integritas kulit terjaga: Kondisi kulit dan membran mukosa yang utuh.
3. Tingkat kecemasan menurun: Penurunan respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tuntutan yang tidak jelas dan nonspesifik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, Terapi oksigen.
2. Perawatan kulit, Manajemen cairan, Manajemen edema.
3. Manajemen kecemasan, Terapi relaksasi, Dukungan emosional. -
Article No. 1849 | 10 Oct 2024
Klinis : Kala persalinan dimana dalam 1 jam pertama dilakukan observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua disebut…. a. Kala I b. Kala III c. Kala IV d. Kala II
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Pasca Persalinan Berhubungan dengan Penurunan Kontraktilitas Uterus
Penjelasan Singkat:
Kondisi yang Anda berikan merujuk pada Kala IV atau Kala Observasi dalam persalinan, yang terjadi dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir. Pada Kala IV, dilakukan observasi terhadap perdarahan, kontraksi uterus, dan tanda-tanda vital (TTV) setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua. Hal ini penting untuk memantau kondisi ibu dan mencegah komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan.
Risiko Perdarahan Pasca Persalinan Berhubungan dengan Penurunan Kontraktilitas Uterus merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini. Penurunan kontraktilitas uterus dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan setelah persalinan, sehingga perlu dilakukan observasi ketat dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi komplikasi ini.
Berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan kontraksi uterus, pengelolaan perdarahan, dan edukasi kepada ibu serta keluarga. Perawat harus bertindak cepat dan tepat untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi. -
Article No. 1850 | 10 Oct 2024
Klinis : Konjungtiva anemis, sesak napas frekuensi pernapasan 40x/menit, suhu 37,7 tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 111, penilaian resiko jatuh 2, Berat badan post hemodialisa 47.5, hemoglobin 8,9 trombosit 145.900 dan hematokrit 27
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Penurunan Volume Cairan
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Risiko Jatuh
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Karakteristik Utama: Berat badan post hemodialisa 47.5, hemoglobin 8,9, hematokrit 27
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit ginjal kronis, proses hemodialisis
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian makan/asupan nutrisi sesuai kebutuhan, konseling gizi
2. Penurunan Volume Cairan
- Karakteristik Utama: Sesak napas, tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 111
- Faktor yang Berhubungan: Proses hemodialisis
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan sesuai kebutuhan
3. Gangguan Pertukaran Gas
- Karakteristik Utama: Sesak napas, frekuensi pernapasan 40x/menit
- Faktor yang Berhubungan: Anemia, penyakit ginjal kronis
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen jika diperlukan, latihan pernapasan
4. Risiko Jatuh
- Karakteristik Utama: Penilaian risiko jatuh 2
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit ginjal kronis, proses hemodialisis
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor risiko jatuh, penggunaan alat bantu jika diperlukan, pendidikan pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh
Standar SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Standar diagnosis keperawatan yang mencakup karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan definisi diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Standar luaran (hasil) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Standar intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 1851 | 10 Oct 2024
Klinis : Ibu A (20 tahun) dibawa oleh keluarga ke rumah sakit karena suka mengamuk dan sering terlihat kebingungan serta suka menyendiri. Hasil pengkajian: klien baru melahirkan bayi pervaginam 15 hari yang lalu di klinik bersalin. Keluarga mengatakan klien tidak tertarik untuk merawat bayinya. Klien sering mengatakan bahwa dia tidak pernah melahirkan. Klien terlihat tidak tertarik dengan bayinya dan suka berbicara sendiri. Berdasarkan kasus, masalah keperawatan utama yang harus diangkat adalah? a. Resiko bunuh dini b. Harga diri rendah c. Ansietas d. Perubahan peran social
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama yang harus diangkat adalah "Perubahan peran sosial".
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan:
Perubahan peran sosial
2. Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Perubahan peran sosial adalah ketidakmampuan individu untuk memainkan peran sosial yang diharapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah individu dapat beradaptasi dengan perubahan peran sosial yang terjadi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi penerimaan peran baru, mendukung dalam mengatasi perubahan peran, serta mengidentifikasi sumber dukungan sosial.
Penjelasan:
Dalam kasus ini, ibu A baru saja melahirkan 15 hari yang lalu, namun dia tidak tertarik untuk merawat bayinya dan sering menyatakan bahwa dia tidak pernah melahirkan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu A mengalami perubahan peran sosial dari seorang ibu menjadi pengasuh bayi. Diagnosa keperawatan "Perubahan peran sosial" lebih tepat daripada "Resiko bunuh diri", "Harga diri rendah", atau "Ansietas" karena gejala yang ditunjukkan ibu A lebih mengarah pada ketidakmampuan beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu. -
Article No. 1852 | 10 Oct 2024
Klinis : Konjungtiva anemis, sesak napas frekuensi pernapasan 40x/menit, suhu 37,7 tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 111, penilaian resiko jatuh 2, Berat badan post hemodialisa 47.5, hemoglobin 8,9 trombosit 145.900 dan hematokrit 27 diagnosa medis chronic kidney disease disebabkan oleh lupus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ginjal (chronic kidney disease) yang ditandai dengan konjungtiva anemis, sesak napas dengan frekuensi 40x/menit, dan berat badan post hemodialisis 47.5 kg.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah 150/70 mmHg dan nadi 111x/menit.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan penilaian risiko jatuh 2.
4. Anemia berhubungan dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease) yang ditandai dengan hemoglobin 8,9 g/dL dan hematokrit 27%.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
2. Penurunan curah jantung: Penurunan volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh per menit.
3. Risiko jatuh: Peningkatan risiko mengalami cedera akibat jatuh.
4. Anemia: Penurunan kadar hemoglobin dalam darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan: Keadaan di mana cairan tubuh terdistribusi secara adekuat.
2. Perfusi jaringan: Keadaan di mana jaringan menerima pasokan darah yang adekuat.
3. Keamanan lingkungan: Keadaan di mana lingkungan bebas dari bahaya potensial.
4. Status hematologi: Keadaan di mana komponen darah dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan: Intervensi untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
2. Manajemen kardiovaskular: Intervensi untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular.
3. Pencegahan jatuh: Intervensi untuk mencegah terjadinya jatuh.
4. Manajemen nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 1853 | 10 Oct 2024
Klinis : Tindakan keperawatan utama pada pasien Pre Eklamsia Berat pada manajemen hipervolemia adalah a. Monitor efek samping deuretik b. Pertahankan posisi yang nyaman pada pasien c. Observasi tanda tanda terjadinya eklamsia d. Monitor status hemodinamik e. Perhatikan peningkatan berat badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kondisi yang diberikan, tindakan keperawatan utama pada pasien Pre Eklamsia Berat dalam manajemen hipervolemia adalah:
d. Monitor status hemodinamik
Penjelasan:
Dalam kasus pre-eklampsia berat, manajemen hipervolemia merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah terjadinya komplikasi eklampsia. Pemantauan status hemodinamik, seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan output urin, sangat krusial untuk mendeteksi dan mengendalikan kondisi hipervolemia.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
Sementara itu, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang sesuai adalah:
1. Pemantauan hemodinamik
2. Manajemen cairan
3. Pencegahan komplikasi
Jadi, tindakan keperawatan utama pada pasien pre-eklampsia berat dalam manajemen hipervolemia adalah monitor status hemodinamik untuk mendeteksi dan mengelola komplikasi yang dapat timbul. -
Article No. 1854 | 10 Oct 2024
Klinis : Masalah keperawatan utama pada pasien dengan abortus adalah ; a. Ansietas b. Gangguan rasa nyaman c. Resiko syok d. Hipovolemia e. Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan abortus.
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai adalah:
a. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Penjelasan singkat:
Pada pasien dengan abortus, ansietas dapat muncul sebagai reaksi terhadap kondisi medis yang tidak diharapkan dan ancaman terhadap kesehatan atau kehidupan. Pasien dapat merasa takut, khawatir, dan tidak tenang.
b. Resiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan abortus berisiko tinggi mengalami infeksi akibat jaringan yang rusak, perdarahan, atau manipulasi medis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan monitoring tanda-tanda infeksi secara ketat.
c. Hipovolemia
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler.
Penjelasan singkat:
Pada kasus abortus, pasien dapat mengalami perdarahan yang menyebabkan penurunan volume cairan intravaskuler atau hipovolemia. Hal ini memerlukan intervensi cepat untuk menggantikan volume cairan yang hilang.
Saya sebagai seorang perawat yang berpengalaman berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait kondisi pasien dengan abortus berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI.