Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 245 | 21 Sep 2024
Klinis : SIKI penurunan curah jantung bd perubahan preload
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu, yang dapat menyebabkan ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan penurunan curah jantung meliputi peningkatan curah jantung, peningkatan perfusi jaringan, dan stabilitas hemodinamik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan curah jantung akibat perubahan preload (volume darah yang mengisi ventrikel) antara lain:
a. Pemantauan hemodinamik (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.)
b. Manajemen cairan (pemberian cairan intravena, pembatasan cairan, dll.)
c. Terapi oksigen
d. Posisioning (mengatur posisi pasien untuk meningkatkan preload)
e. Manajemen aktivitas (pembatasan aktivitas untuk mengurangi kebutuhan metabolik)
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala penurunan curah jantung serta penanganannya.
Dalam kasus ini, fokus utama intervensi adalah mengatasi perubahan preload yang menyebabkan penurunan curah jantung. Intervensi yang tepat dan komprehensif dapat membantu meningkatkan curah jantung, perfusi jaringan, dan stabilitas hemodinamik pasien. -
Article No. 246 | 21 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan umur 55 tahun masuk RS melalui IGD dengan keluahan nyeri dada sebelah kiri, menjalar hingga punggung dan lengan. Nyeri seperti ditimpa benda berat, skala 7. Keluhan ini dirasakan sejak satu bulan terakhir, kadang disertai dengan berdebar-debar dan sesak nafas dirasakan memberat. TD 90/50 mmHg, HR 112 x/m, suhu badan 37o c, saturasi O2 100 %. Pasien merasa lemah, lebih banyak berbaring di tempat tidur, dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Pemeriksaan fisik kepala: konjungtiva anemis, sclera anikterik, Leher JVP tidak meningkat. Thoraks : batuk dan gerak simetris, SI dan SII ireguler, murmur (+), gallop (-). Pulmo : Vesikuler kiri-kanan. Rongten: kardiomegali, LAB : HB 9,2 gr/dL, Leukosit 10.400, GDDS 124, LDL 150 mg/dL, Trigliserida 250 mg/dL, CK 175U/L, CKMB 15 U/L.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik, ditandai dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung dan lengan, skala nyeri 7.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan melaporkan nyeri terkontrol, menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pengurangan rasa nyeri, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, kolaborasi pemberian obat-obatan, terapi relaksasi, dan edukasi tentang pengelolaan nyeri.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan infark miokard, ditandai dengan TD 90/50 mmHg, HR 112 x/m, dan pasien merasa lemah.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Penurunan curah jantung adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- SLKI: Pasien akan menunjukkan peningkatan tekanan darah, peningkatan saturasi oksigen, dan peningkatan aktivitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengaturan aktivitas, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan, dan pemantauan tanda-tanda vital.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung, ditandai dengan pasien lebih banyak berbaring di tempat tidur dan memerlukan bantuan keluarga untuk aktivitas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, edukasi tentang aktivitas yang tepat, dan pemberian latihan fisik. -
Article No. 247 | 21 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan umur 55 tahun masuk RS melalui IGD dengan keluahan nyeri dada sebelah kiri, menjalar hingga punggung dan lengan. Nyeri seperti ditimpa benda berat, skala 7. Keluhan ini dirasakan sejak satu bulan terakhir, kadang disertai dengan berdebar-debar dan sesak nafas dirasakan memberat. TD 90/50 mmHg, HR 112 x/m, suhu badan 37o c, saturasi O2 100 %. Pasien merasa lemah, lebih banyak berbaring di tempat tidur, dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Pemeriksaan fisik kepala: konjungtiva anemis, sclera anikterik, Leher JVP tidak meningkat. Thoraks : batuk dan gerak simetris, SI dan SII ireguler, murmur (+), gallop (-). Pulmo : Vesikuler kiri-kanan. Rongten: kardiomegali, LAB : HB 9,2 gr/dL, Leukosit 10.400, GDDS 124, LDL 150 mg/dL, Trigliserida 250 mg/dL, CK 175U/L, CKMB 15 U/L.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 410.10
- Deskripsi: Infark miokard akut, episode awal, dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Penjelasan:
- Pasien perempuan usia 55 tahun masuk ke rumah sakit melalui IGD dengan keluhan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke punggung dan lengan, disertai berdebar-debar dan sesak napas yang memberat. Gejala-gejala ini mengarah pada diagnosis Angina pektoris tidak stabil (I20.0).
- Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya kelainan kardiovaskular, seperti kardiomegali, peningkatan enzim jantung (CK, CK-MB), serta profil lipid yang abnormal (LDL dan trigliserida tinggi). Hal ini mendukung diagnosis Angina pektoris tidak stabil.
- Tatalaksana yang mungkin diberikan adalah berupa pemeriksaan dan terapi untuk penyakit jantung koroner, seperti pemeriksaan angiografi, pemasangan stent, atau revaskularisasi. Dalam ICD-9-CM, tindakan tersebut dapat dikodekan sebagai Infark miokard akut, episode awal, dengan elevasi segmen ST (STEMI) (410.10). -
Article No. 248 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "perfusi perifer tidak efektif", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I87.8
- Deskripsi: Gangguan lain yang ditetapkan dari pembuluh darah perifer
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 99.79
- Deskripsi: Prosedur lain untuk perawatan peredaran darah
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I87.8 (Gangguan lain yang ditetapkan dari pembuluh darah perifer) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi "perfusi perifer tidak efektif". Ini mencakup berbagai gangguan pembuluh darah perifer yang menyebabkan perfusi tidak memadai.
- Kode ICD-9-CM 99.79 (Prosedur lain untuk perawatan peredaran darah) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan untuk meningkatkan perfusi perifer, seperti terapi vasoaktif, terapi oksigen, atau intervensi lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa kode yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada kondisi spesifik pasien dan tindakan medis yang dilakukan. Diagnosis dan tindakan medis harus ditentukan oleh tenaga medis yang berwenang berdasarkan evaluasi klinis yang komprehensif. -
Article No. 249 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi perifer tidak efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jaringan perifer.
- Karakteristik Utama: Penurunan pengisian kapiler, ekstremitas dingin, nyeri/kram, perubahan warna kulit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang Diharapkan: Pasien akan mendemonstrasikan perfusi perifer yang efektif yang ditandai dengan pengisian kapiler normal, ekstremitas hangat, dan tidak ada nyeri/kram.
- Indikator:
- Pengisian kapiler kurang dari 3 detik
- Suhu ekstremitas hangat
- Tidak ada nyeri/kram pada ekstremitas
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan:
- Monitor tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan nadi perifer
- Elevasi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah perifer
- Berikan lingkungan yang hangat untuk mencegah vasokonstriksi
- Ajarkan pasien latihan/aktivitas untuk meningkatkan aliran darah perifer
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyebab utama (jika perlu)
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berpusat pada pasien. -
Article No. 250 | 21 Sep 2024
Klinis : perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi "perfusi perifer tidak efektif", berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Karakteristik (SDKI):
- Perubahan warna kulit (pucat, sianosis, kemerahan)
- Suhu ekstremitas dingin
- Edema
- Nyeri ekstremitas
- Pulsasi arteri menurun atau tidak teraba
Faktor Berhubungan (SDKI):
- Penyakit vaskular perifer
- Gangguan sirkulasi
- Trauma
- Penurunan cardiac output
Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Identifikasi faktor penyebab perfusi perifer tidak efektif
- Pantau tanda-tanda vital dan sirkulasi perifer
- Atur posisi ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan penyebab
Luaran Keperawatan (SIKI):
- Perbaikan sirkulasi perifer
- Perbaikan status kulit
- Perbaikan rasa nyaman
Dalam konteks ini, diagnosa keperawatan "Perfusi Perifer Tidak Efektif" menggambarkan kondisi penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan. Intervensi keperawatan difokuskan pada identifikasi penyebab, pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, dan kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan. Luaran yang diharapkan adalah perbaikan sirkulasi perifer, status kulit, dan rasa nyaman. -
Article No. 251 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien ini menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya. Ketika dijelaskan mengenai kondisi medisnya, pasien menyangkal bahwa masalah pernapasan yang dialaminya disebabkan oleh kebiasaan merokok atau infeksi. Sebaliknya, pasien berulang kali menyatakan bahwa penyakitnya adalah akibat dari sihir atau kutukan yang dikirim oleh orang lain. Pasien tampak defensif ketika ditanya lebih lanjut tentang gaya hidup dan kebiasaan merokoknya, sering menyalahkan orang lain dan lingkungannya atas kondisi kesehatannya. Saat anggota keluarga mencoba memberikan dukungan, pasien merespons dengan menyalahkan mereka dan meremehkan saran yang diberikan. Ia juga tampak enggan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan, dengan dalih bahwa tidak ada gunanya karena masalahnya bersifat "supranatural". Pasien juga menolak untuk berpartisipasi dalam sesi edukasi kesehatan yang disediakan oleh tim medis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan perilaku yang dijelaskan, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F45.21
- Deskripsi: Reaksi psikologis terhadap sakit (somatisasi)
Penjelasan:
Pasien ini menunjukkan reaksi psikologis yang berlebihan terhadap kondisi kesehatannya. Ia menolak untuk menerima penjelasan medis dan sebaliknya meyakini bahwa penyakitnya disebabkan oleh hal-hal supernatural seperti sihir atau kutukan. Hal ini termasuk dalam kategori "Reaksi psikologis terhadap sakit (somatisasi)", yang tercakup dalam kode ICD-10 F45.21.
Tidak terdapat tindakan medis spesifik yang disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dicantumkan. -
Article No. 252 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien ini menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya. Ketika dijelaskan mengenai kondisi medisnya, pasien menyangkal bahwa masalah pernapasan yang dialaminya disebabkan oleh kebiasaan merokok atau infeksi. Sebaliknya, pasien berulang kali menyatakan bahwa penyakitnya adalah akibat dari sihir atau kutukan yang dikirim oleh orang lain. Pasien tampak defensif ketika ditanya lebih lanjut tentang gaya hidup dan kebiasaan merokoknya, sering menyalahkan orang lain dan lingkungannya atas kondisi kesehatannya. Saat anggota keluarga mencoba memberikan dukungan, pasien merespons dengan menyalahkan mereka dan meremehkan saran yang diberikan. Ia juga tampak enggan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan, dengan dalih bahwa tidak ada gunanya karena masalahnya bersifat "supranatural". Pasien juga menolak untuk berpartisipasi dalam sesi edukasi kesehatan yang disediakan oleh tim medis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Koping
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Koping adalah ketidakmampuan untuk melakukan penilaian realistis terhadap situasi stressful dan untuk memilih serta melaksanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi stressor.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan koping yang efektif terhadap situasi stressful.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Koping, Terapi Kognitif, Terapi Spiritual, dan Dukungan Emosional.
Penjelasan Singkat:
Pasien menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi kesehatannya, menyangkal masalah kesehatan yang sebenarnya disebabkan oleh faktor medis, dan cenderung menyalahkan faktor "supranatural" atau orang lain. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan pasien dalam mengatasi stressor secara efektif, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Koping. -
Article No. 253 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran napas untuk menjaga jalan napas tetap terbuka.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka, bebas dari sekresi, dan mempertahankan fungsi pernapasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan pola napas, pemberian oksigen, fisioterapi dada, dan edukasi pada pasien serta keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal dan mencapai asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan status nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan konseling gizi.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian kompres dingin, dan manajemen lingkungan.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons pasien terhadap masalah kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 254 | 21 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 11.71
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru.
1. Kode ICD-10 untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan lesi dalam paru adalah A15.0. Kode ini menggambarkan tuberkulosis paru yang terkonfirmasi secara bakteriologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM untuk tindakan bronkoskopi adalah 11.71. Bronkoskopi mungkin dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru, yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.