Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2251 | 14 Oct 2024
Klinis : sistolik 20, diastolik 20
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I95.1
- Deskripsi: Hipotensi idiopatik
Penjelasan:
Kondisi dengan tekanan darah sistolik 20 mmHg dan diastolik 20 mmHg menunjukkan hipotensi yang sangat rendah, yang dapat diklasifikasikan sebagai hipotensi idiopatik berdasarkan kode ICD-10 I95.1. Hipotensi idiopatik adalah penurunan tekanan darah yang tidak disebabkan oleh kondisi medis yang diketahui, obat-obatan, atau cedera.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.99
- Deskripsi: Tindakan lain, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang terkait dengan hipotensi idiopatik. Oleh karena itu, kode ICD-9-CM prosedur yang paling sesuai adalah 99.99, yang mencakup tindakan lain yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Perawatan untuk hipotensi idiopatik biasanya melibatkan penanganan gejala, pemberian cairan intravena, atau perawatan suportif lainnya. -
Article No. 2252 | 14 Oct 2024
Klinis : waham curiga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi waham curiga.
Diagnosa Keperawatan:
Waham Curiga
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Waham Curiga adalah keyakinan atau persepsi yang tidak berdasar atau tidak sesuai dengan realita, berupa perasaan dicurigai, dituduh, atau disakiti oleh orang lain.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab waham curiga.
b. Klien dapat mengontrol pikiran waham curiga.
c. Klien dapat meningkatkan kemampuan berpikir rasional.
d. Klien dapat berinteraksi secara adaptif dengan lingkungan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kaji tanda dan gejala waham curiga serta faktor penyebabnya.
b. Bantu klien mengidentifikasi pikiran dan persepsi yang tidak rasional.
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan mencegah memburuknya waham.
d. Bimbing klien untuk berpikir secara logis dan objektif.
e. Fasilitasi klien beradaptasi dengan lingkungan secara adaptif.
f. Berikan dukungan emosional dan edukasi pada keluarga.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada klien untuk mengatasi kondisi waham curiga. Saya akan bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 2253 | 14 Oct 2024
Klinis : waham curiga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi waham curiga, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Waham Curiga
Definisi:
Waham curiga adalah keyakinan yang keliru dan tidak dapat diubah tentang orang lain yang menaruh niat buruk terhadap diri sendiri atau orang-orang yang dekat dengan diri sendiri.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pada SDKI, waham curiga diidentifikasi sebagai salah satu diagnosis keperawatan dengan kode 00283. Diagnosis ini termasuk dalam domain persepsi/kognisi dengan kelas distorsi persepsi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pada SLKI, luaran yang terkait dengan waham curiga antara lain:
1. Kontrol Perilaku: Perilaku Tidak Sesuai (1405)
2. Koping Individu (1302)
3. Proses Pikir (0907)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani waham curiga mencakup:
1. Terapi Realitas (4920)
2. Manajemen Marah (4610)
3. Terapi Kognitif (4700)
4. Peningkatan Komunikasi: Gangguan Persepsi (4976)
Dalam penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melibatkan pasien serta keluarga dalam proses perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan. -
Article No. 2254 | 14 Oct 2024
Klinis : demam selama 3 hari, kaki kesemutan, muntah darah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu demam selama 3 hari, kaki kesemutan, dan muntah darah, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-10:
- Kode: R20.2
- Deskripsi: Parestesia (kaki kesemutan)
3. Kode ICD-10:
- Kode: K92.0
- Deskripsi: Hematemesis (muntah darah)
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur atau tindakan medis yang secara langsung sesuai dengan gejala-gejala yang Anda deskripsikan. Dalam kondisi ini, pasien mungkin memerlukan beberapa prosedur diagnostik seperti:
1. Pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengetahui penyebab gejala.
2. Pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah, untuk mengidentifikasi penyebab demam, kaki kesemutan, dan muntah darah.
3. Prosedur pencitraan, seperti CT scan atau endoskopi, untuk menyelidiki penyebab gejala-gejala tersebut.
4. Konsultasi dengan spesialis terkait, seperti gastroenterolog, untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan memilih kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai berdasarkan hasil pemeriksaan, tes diagnostik, dan konsultasi dengan spesialis, serta menuliskannya dalam rekam medis pasien. -
Article No. 2255 | 14 Oct 2024
Klinis : waham
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu waham dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan perilaku atau niat untuk melukai orang lain atau dirinya sendiri.
- Penyebab: Waham, gangguan proses pikir, dan/atau distorsi persepsi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mengendalikan perilaku kekerasan.
- Indikator:
a. Tidak menunjukkan perilaku kekerasan
b. Mampu menggunakan strategi koping yang adaptif
c. Menyatakan perasaan dengan cara yang tepat
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Menilai faktor pemicu perilaku kekerasan
- Membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Memfasilitasi penggunaan obat-obatan sesuai kebutuhan
b. Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi
- Memfasilitasi interaksi antara anggota kelompok
- Mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi
c. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi terkait perilaku kekerasan dan strategi pengendaliannya
- Melibatkan keluarga dalam proses edukasi
Catatan: Diagnosa keperawatan dan intervensi ini disesuaikan dengan kondisi waham dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 2256 | 14 Oct 2024
Klinis : demam selama 3 hari, kaki kesemutan, muntah darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer merupakan kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama adalah mencegah terjadinya kerusakan jaringan perifer dengan mempertahankan atau meningkatkan sirkulasi darah ke ekstremitas.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, perawatan ekstremitas, terapi oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Kondisi yang Anda paparkan, yaitu demam selama 3 hari, kaki kesemutan, dan muntah darah, dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan perifer. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer.
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih komprehensif mengenai diagnosa keperawatan ini, serta membahas rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah yang terjadi. -
Article No. 2257 | 14 Oct 2024
Klinis : Keluhan utama Mual dan muntah berat disertai demam naik turun > 1minggu Riwayat DM tidak rutin obat Pemeriksaan Fisik : KU : tampak sakit sedang TD:125/78 N : 103 x/mnt kuat angkat S : 36,4 R : 23x/mnt SpO2 :99% room air Ca -/-,si-/- Edema palpebra- cardio : S1S2 tunggal, Galop (-), Mur” (-) Thorax : retraksi (+) p/ves +/+, rh -/-, wh -/- Abdoment :flat , supel ,timpani,bu+ normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah persisten
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada tindakan atau prosedur yang spesifik disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dicantumkan.
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan utama yang disampaikan, yaitu mual dan muntah berat disertai demam naik turun selama lebih dari 1 minggu, dapat didiagnosis dengan kode ICD-10 R11.2 untuk mual dan muntah persisten. Hal ini didukung oleh temuan pemeriksaan fisik seperti tampak sakit sedang, tanda vital yang abnormal (demam), dan temuan lainnya yang sesuai dengan gejala mual dan muntah yang persisten.
Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang perlu dicantumkan. Pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab dari mual dan muntah persisten ini. -
Article No. 2258 | 14 Oct 2024
Klinis : S) G4P2A1 metasa hamil 8 bulan, kembar, kontraksi +, keluar air dari jalan alkhir disngkal, gerakan janin + KELUHAN TERKADANG BERASA SESAK NAFAS -+ 1 MINGGU, MUDAH LELAH Mules-mules (-) Keluar air-air (-) Gerak janin (+) Rpd : - Hipertensi (+) - DM (-) - Asma (-) - Alergi (-) Batuk pilek di sangkal O) KU: tampak sakit sedang GCS: E4M6V5 (CM) TD : 112/82 mmHg Nadi: 109x menit, reguler kuat angkat RR: 20x/menit, reguler T : 36.5C SpO2 : 99% Room air Kepala : CA (-) SI (-), pupil isolor +/+, rcl +/+, T1-T1, faring hiperemis (-) Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), peningkatan jvp (-) Thorax: Napas vesikuler (+), venektasi (-), Simetris (+/+), Rhonki (-), Wheezing (-), retraksi (-) Jantung : S1-S2 tunggal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-) Abdomen : L1:3 jari dibawah px 30 L2: pung kanan L3: kepala L4: belum masuk pap His: - VT: tidak dilakukan Djj 144 Ekstremitas: Akral hangat (+/+),piting edema kedua tungkai – A/ G4P2A1 gravida 32-33 minggu, gemelli anak 1 ,2 letak lintang, kontraksi prematur; anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O30.01
- Deskripsi: Kehamilan ganda, dengan dua bayi, kehamilan awal
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 73.59
- Deskripsi: Prosedur lain untuk pemeriksaan dan pengeluaran cairan amniotik
Berdasarkan keterangan yang diberikan, pasien ini merupakan seorang wanita hamil dengan usia kehamilan 32-33 minggu dengan kehamilan kembar. Pasien mengalami kontraksi prematur dan keluar air ketuban. Selain itu, pasien juga mengalami gejala sesak napas dan mudah lelah dalam 1 minggu terakhir.
Pemeriksaan fisik menunjukkan:
- Tanda vital yang stabil, namun dengan nadi yang cepat (109x/menit)
- Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya pembesaran uterus, janin 1 letak lintang, dan janin 2 belum masuk pintu atas panggul
- Denyut jantung janin positif dengan frekuensi 144x/menit
Berdasarkan kondisi tersebut, diagnosis yang dapat ditegakkan adalah G4P2A1 gravida 32-33 minggu, gemelli anak 1 letak lintang, anak 2 belum masuk pintu atas panggul, kontraksi prematur, anemia. Selain itu, pasien juga mengalami gejala sesak napas dan mudah lelah.
Tindakan medis yang diperlukan antara lain pemeriksaan cairan ketuban lebih lanjut (kode ICD-9-CM 73.59) untuk mengetahui kondisi ketuban dan janin. -
Article No. 2259 | 14 Oct 2024
Klinis : manajemen hipovolemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen hipovolemi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan volume cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan volume cairan adalah kondisi di mana cairan tubuh berkurang atau berlebih, yang dapat mengakibatkan gangguan homeostasis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebih, seperti pada hipovolemia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, intake dan output cairan yang seimbang, serta tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta pemberian cairan intravena atau oral sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu, perawat juga dapat melakukan edukasi terkait pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi yang adekuat.
Dalam mengelola kondisi hipovolemi, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian yang komprehensif, merencanakan intervensi yang tepat, serta melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. Kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk memastikan penatalaksanaan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 2260 | 14 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sitologi sputum
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan adanya lesi di paru yang terlihat pada hasil rontgen. Diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru.
Untuk prosedur medis, kode ICD-9-CM 87.44 digunakan untuk pemeriksaan sitologi sputum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru melalui identifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sampel sputum pasien.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode ini untuk mendokumentasikan diagnosis dan prosedur yang dilakukan pada pasien. Kode-kode ini juga digunakan untuk tujuan administratif, seperti penagihan asuransi dan pencatatan data epidemiologi.