Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 337 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 56 tahun, masuk dengan keluhan sesak saat beraktifitas, pada pengkajian didapatkan data takikardia, Ronkhi paru, Peninggian tekanan vena jugularis, Kardiomegali, dan terdengan bunyi gallop pada auskultasi dokter dan edema ekstremitas. Manakah data yang masuk kedalam Kriteria Mayor, untuk mendiagnosis gagal jantung?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai Gagal Jantung. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal Jantung Kongestif
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 428.0
- Deskripsi: Gagal Jantung Kongestif
Penjelasan:
Dari gejala yang disebutkan, data yang masuk ke dalam Kriteria Mayor untuk mendiagnosis Gagal Jantung adalah:
- Takikardia
- Ronkhi paru
- Peninggian tekanan vena jugularis
- Kardiomegali
- Bunyi gallop pada auskultasi
Kriteria Mayor untuk diagnosis Gagal Jantung meliputi:
1. Sesak nafas saat beraktivitas
2. Edema ekstremitas
3. Peninggian tekanan vena jugularis
4. Ronkhi paru
5. Kardiomegali
6. Bunyi gallop
Dari kriteria di atas, pasien memenuhi 5 kriteria mayor, yaitu sesak napas saat beraktivitas, edema ekstremitas, ronkhi paru, kardiomegali, dan bunyi gallop. Oleh karena itu, pasien dapat didiagnosis dengan Gagal Jantung Kongestif berdasarkan Kriteria Framingham. -
Article No. 338 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 44 tahun dirawat di ruang rawat penyakit dalam dengan diagnosa PPOK. Pasien mengeluh lemah, batuk berdahak disertai sesak nafas semakin berat 1 minggu terakhir ini. Pasien mengatakan sejak SMA sudah merokok 1-2 bungkus/ hari. Pemeriksaan fisik didapat: TD 160/ 100 mmHg, frekuensi nafas 33 x/ menit, penggunaan otot bantu napas +. Apakah Data yang menunjukkan masalah bersihan jalan napas adalah?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 44 tahun dengan diagnosa PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang mengeluh lemah, batuk berdahak, dan sesak napas, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab:
- Peningkatan produksi sekresi
- Penurunan kemampuan batuk
- Obstruksi jalan napas
Gejala dan tanda:
- Batuk berdahak
- Sesak napas
- Penggunaan otot bantu napas
- Perubahan frekuensi napas
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab:
- Ketidakmampuan mempertahankan jalan napas
- Kelelahan otot pernapasan
- Perubahan mekanisme pernapasan
Gejala dan tanda:
- Sesak napas
- Perubahan frekuensi napas
- Penggunaan otot bantu napas
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Berisi definisi, penyebab, dan gejala/tanda diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran atau hasil dari asuhan keperawatan.
- Berisi indikator yang menggambarkan kondisi pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar tindakan atau intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berisi daftar intervensi keperawatan beserta aktivitas-aktivitasnya. -
Article No. 339 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki, 44 tahun dirawat di ruang rawat penyakit dalam dengan diagnosa PPOK. Pasien mengeluh lemah, batuk berdahak disertai sesak nafas semakin berat 1 minggu terakhir ini. Pasien mengatakan sejak SMA sudah merokok 1-2 bungkus/ hari. Pemeriksaan fisik didapat: TD 160/ 100 mmHg, frekuensi nafas 33 x/ menit, penggunaan otot bantu napas +. Apakah Data yang menunjukkan masalah bersihan jalan napas adalah?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: PPOK dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen
Data yang menunjukkan masalah bersihan jalan napas adalah:
- Frekuensi napas 33 x/menit, menunjukkan adanya pernapasan yang tidak efektif.
- Penggunaan otot bantu napas positif, menunjukkan upaya pasien untuk mempertahankan jalan napas.
- Keluhan batuk berdahak dan sesak napas yang semakin berat 1 minggu terakhir, menunjukkan adanya obstruksi jalan napas.
Penjelasan:
- Pasien didiagnosis dengan PPOK, yang menyebabkan penyumbatan jalan napas. Gejala seperti batuk berdahak dan sesak napas yang semakin berat merupakan indikasi adanya masalah bersihan jalan napas.
- Frekuensi napas yang cepat (33 x/menit) dan penggunaan otot bantu napas menunjukkan upaya pasien untuk mempertahankan jalan napas yang terganggu.
- Kondisi ini memerlukan penanganan segera untuk mempertahankan jalan napas, misalnya pemberian oksigen (kode ICD-9-CM 96.04). -
Article No. 340 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 64 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah. Hasil pengkajian: frekuensi napas 24 x/menit, TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, tampak distensi vena jugularis, JVP 5+4 cmH20, edema ekstremitas +2, terdengar murmur. Perawat menegakkan. diagnosis penurunan curah jantung. Apakah etiologi diagnosis keperawatan tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.2
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 428.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan penurunan curah jantung pada pasien perempuan berusia 64 tahun dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah dapat disebabkan oleh etiologi gagal jantung kongestif. Hal ini ditandai dengan:
- Frekuensi napas yang meningkat (24 x/menit), menunjukkan usaha tambahan untuk bernapas akibat adanya cairan yang menumpuk di paru-paru.
- Tekanan darah yang meningkat (160/100 mmHg), menandakan adanya peningkatan beban kerja jantung.
- Frekuensi nadi yang meningkat (98 x/menit), sebagai kompensasi jantung untuk memompa darah lebih keras.
- Distensi vena jugularis dan peningkatan JVP (5+4 cmH2O), menandakan adanya peningkatan tekanan vena.
- Edema ekstremitas (+2), menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan tubuh akibat penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif.
- Adanya murmur, yang dapat menunjukkan adanya regurgitasi atau stenosis katup jantung.
Diagnosis ICD-10 yang sesuai adalah I50.2 (Gagal jantung kongestif), dan kode ICD-9-CM terkait prosedur atau tindakan medis adalah 428.0 (Gagal jantung kongestif). -
Article No. 341 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 64 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah. Hasil pengkajian: frekuensi napas 24 x/menit, TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, tampak distensi vena jugularis, JVP 5+4 cmH20, edema ekstremitas +2, terdengar murmur. Perawat menegakkan. diagnosis penurunan curah jantung. Apakah etiologi diagnosis keperawatan tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Curah Jantung. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan tersebut serta penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosis Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Etiologi: Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan mekanis jantung (misalnya, penyakit jantung katup atau kardiomiopati), abnormalitas ritme jantung, atau gangguan perfusi miokard.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan panduan yang berisi daftar diagnosis keperawatan, definisi, penyebab, gejala/tanda, dan faktor yang berhubungan. SDKI bertujuan untuk membantu perawat dalam melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI merupakan panduan yang berisi daftar hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SLKI membantu perawat dalam menentukan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dari intervensi keperawatan yang diberikan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI merupakan panduan yang berisi daftar intervensi keperawatan, definisi, tujuan, aktivitas, dan evaluasi. SIKI membantu perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan dan kondisi pasien.
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan Penurunan Curah Jantung dapat disebabkan oleh gangguan mekanis jantung, seperti penyakit jantung katup atau kardiomiopati, yang menyebabkan gangguan dalam memompa darah secara efektif. Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosis, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 342 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 64 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah. Hasil pengkajian: frekuensi napas 24 x/menit, TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, tampak distensi vena jugularis, JVP 5+4 cmH20, edema ekstremitas +2, terdengar murmur. Perawat menegakkan. diagnosis penurunan curah jantung. Apakah etiologi diagnosis keperawatan tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan penurunan curah jantung dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan etiologi, sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.9
- Deskripsi: Gagal jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 428.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif, tidak diterangkan lain
Penjelasan:
Berdasarkan hasil pengkajian klinis, pasien menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif, seperti sesak napas, mudah lelah, distensi vena jugularis, edema ekstremitas, dan terdengar murmur. Hal ini mengarah pada diagnosis penurunan curah jantung.
Etiologi dari diagnosis keperawatan penurunan curah jantung ini dapat disebabkan oleh:
1. Gangguan fungsi pompa jantung (penurunan kontraktilitas miokardium)
- Dapat disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, atau kondisi lain yang menyebabkan disfungsi sistolik.
2. Peningkatan beban volume jantung
- Dapat disebabkan oleh hipertensi, penyakit katup jantung, atau kelainan struktural lain yang menyebabkan peningkatan volume darah yang harus dipompa oleh jantung.
Dengan demikian, kode ICD-10 yang sesuai adalah I50.9 (Gagal jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain), dan kode ICD-9-CM yang terkait adalah 428.0 (Gagal jantung kongestif, tidak diterangkan lain). -
Article No. 343 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 56 tahun dirawat diruang rawat penyakit dalam dengan keluhan nyeri dada dengan skala nyeri 6, nyeri menjalar ke punggung belakang. Pasien terlihat pucat, CTR 3 detik. Nyeri tidak bisa hilang dengan istirahat. Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD 150/110 mmHg, RR 24 x/mnt, HR 110 x/mnt, Sh 36.6 C. Apakah terapi yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 56 tahun dengan keluhan nyeri dada, nyeri menjalar ke punggung belakang, tampak pucat, dan tanda-tanda vital yang tidak stabil, kemungkinan mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (kemungkinan angina pektoris)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor berhubungan: penyakit kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: kemampuan individu dalam mengendalikan atau mengurangi nyeri.
- Kriteria hasil: nyeri terkontrol, durasi nyeri berkurang, frekuensi nyeri berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: intervensi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab nyeri serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
- Intervensi: monitor tanda-tanda vital, berikan oksigen, anjurkan posisi yang nyaman, berikan analgesik (misalnya nitrogliserin), lakukan relaksasi.
Terapi yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut:
1. Pemberian oksigen untuk membantu meningkatkan perfusi oksigen ke miokard.
2. Pemberian analgesik (misalnya nitrogliserin) untuk membantu mengurangi nyeri.
3. Manajemen nyeri lainnya, seperti posisi yang nyaman, relaksasi, dan penggunaan teknik nonfarmakologis.
4. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat.
5. Konsultasi dengan dokter untuk penatalaksanaan medis lebih lanjut.
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi nyeri, menstabilkan kondisi hemodinamik, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 344 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengeluh batuk berdahak, kesadaran somnolen, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/ menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction, perawat sudah menghidupkan mesin suction, menyambungkan kateter suction dan selang suction. Apakah tahapan tindakan selanjutnya pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta tahapan tindakan selanjutnya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Penurunan Ventilasi Spontan
3. Perubahan Perfusi Jaringan Paru
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Penurunan Ventilasi Spontan: Penurunan kemampuan untuk mengambil dan mengeluarkan udara secara efektif.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Paru: Perubahan aliran darah ke dan dari paru-paru yang dapat mengganggu pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekresi.
2. Ventilasi Spontan: Kemampuan untuk mengambil dan mengeluarkan udara secara efektif.
3. Perfusi Jaringan Paru: Aliran darah yang adekuat ke dan dari paru-paru untuk mempertahankan pertukaran gas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk menjaga dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Dukungan Ventilasi: Intervensi untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Manajemen Perfusi: Intervensi untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke dan dari paru-paru.
Tahapan Tindakan Selanjutnya:
1. Mempersiapkan alat dan bahan suction: kateter suction, selang suction, cairan salin, wadah penampung sekret.
2. Menjelaskan prosedur suction kepada pasien dan meminta persetujuan.
3. Memberikan oksigen dan mengatur aliran oksigen sesuai kondisi pasien.
4. Melakukan suction dengan teknik aseptik: memasukkan kateter suction secara perlahan-lahan sambil memperhatikan ekspresi wajah pasien, hisap sekret dengan hati-hati, dan hentikan suction jika pasien batuk atau merasa sesak.
5. Memantau tanda-tanda vital pasien selama dan setelah prosedur suction.
6. Mendokumentasikan hasil suction dan respon pasien. -
Article No. 345 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat di ruang penyakit dalam, dengan diagnosis TB Paru. Hasil pengkajian: mengeluh batuk berdahak, kesadaran somnolen, ronkhi basah pada paru kanan, tekanan darah 80/70 mmHg, frekuensi nadi 106 x/ menit, frekuensi napas 24 x/menit, batuk produktif sekret kental, sulit mengeluarkan sputum, pasien mendapat terapi inhalasi combiven dan bisolvon 3 x/hari. Perawat akan melakukan suction, perawat sudah menghidupkan mesin suction, menyambungkan kateter suction dan selang suction. Apakah tahapan tindakan selanjutnya pada situasi tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan konfirmasi mikrobiologi
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 96.53
- Deskripsi: Aspirasi trakea dan bronkus
Untuk tahapan tindakan suction selanjutnya, berikut penjelasannya:
Setelah perawat menghidupkan mesin suction dan menyambungkan kateter serta selang suction, tahapan tindakan selanjutnya adalah:
1. Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pengeluaran sekret.
2. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan pengisapan sekresi melalui kateter suction yang telah terhubung dengan mesin.
3. Masukkan kateter suction ke dalam mulut atau hidung pasien perlahan-lahan, hindari melukai mukosa.
4. Lakukan pengisapan selama kurang dari 15 detik untuk menghindari trauma pada bronkus.
5. Jika terdapat banyak sekret, lakukan pengisapan berulang dengan jeda waktu istirahat bagi pasien.
6. Perhatikan tanda-tanda distress pernapasan selama dan setelah suction, serta awasi saturasi oksigen pasien.
7. Bersihkan kateter suction dengan larutan salin steril setelah selesai melakukan suction.
8. Dokumentasikan prosedur suction, jumlah sekret yang dikeluarkan, serta respons pasien.
Tindakan suction ini dilakukan untuk membantu memperlancar jalan napas pasien dan mengeluarkan sekret yang mengganggu pernapasan. -
Article No. 346 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 60 tahun, dirawat dirumah sakit karena mengalami demam, dan batuk sejak 4 hari yang lalu. Keluarga pasien mengatakan pasien sering kelelahan dan kadang-kadang sesak. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien akhirnya diputuskan dirawat dengan diagnosa medis Community Acquired Pneumonia (CAP). Manakah organisme yang paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta organisme yang paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi/benda asing dari saluran pernapasan.
- SLKI: Peningkatan Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan fisik yang menyebabkan individu tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Kelelahan
- SDKI: Perasaan keletihan yang terus-menerus dan berkepanjangan.
- SLKI: Peningkatan Energi
- SIKI: Manajemen Energi
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk mengevaluasi dan menetapkan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk mengevaluasi hasil intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah terminologi untuk merencanakan intervensi keperawatan.
Organisme yang Paling Sering Menyebabkan Pneumonia pada Dewasa:
Pneumonia komunitas yang paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini merupakan penyebab utama pneumonia pada orang dewasa.