Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 287 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan TURP
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpasangnya kateter tiga way
3. Cemas berhubungan dengan prognosis kesehatan dan persepsi ketidaklengkapan sebagai laki-laki
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Rentan mengalami kerusakan pada permukaan epidermis dan/atau dermis.
3. Cemas: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang dirasakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mengontrol nyeri yang dirasakan.
2. Integritas Kulit: Kondisi permukaan epidermis dan dermis.
3. Tingkat Kecemasan: Tingkat perasaan tidak nyaman atau khawatir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami pasien.
2. Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
3. Manajemen Kecemasan: Tindakan untuk mengurangi rasa khawatir, takut, dan cemas yang dialami pasien. -
Article No. 288 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus dan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan TURP.
2. Gangguan rasa nyaman: Cemas berhubungan dengan kondisi kesehatan dan ketidakpastian penyembuhan.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan edema pada kandung kemih dan efek tindakan pembedahan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (IASP, 2017).
2. Cemas: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (NANDA-I, 2021).
3. Gangguan eliminasi urin: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol, Tingkat nyeri menurun, Pemulihan dari nyeri.
2. Kecemasan terkendali, Perilaku mengatasi cemas, Keyakinan diri meningkat.
3. Pengeluaran urin lancar, Kandung kemih kosong sempurna, Tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri, Farmakologi: analgesik, Relaksasi.
2. Manajemen kecemasan, Dukungan emosional, Terapi kognitif.
3. Perawatan kateter urin, Manajemen inkontinensia urin, Pemantauan intake/output.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri akut pascabedah, kecemasan terkait kondisi kesehatan dan ketidakpastian penyembuhan, serta gangguan eliminasi urin akibat edema pada kandung kemih dan efek pembedahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan perawatan kateter urin untuk memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 289 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan prostat dan pemasangan kateter tiga-jalur
b. Risiko ketidakefektifan eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran prostat dan pembedahan
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan citra tubuh dan kekhawatiran terhadap prognosis
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Berisiko mengalami gangguan dalam pengeluaran urin.
c. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri, dan tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang efektif.
c. Kecemasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan dan dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, teknik relaksasi.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Monitor intake dan output, perawatan kateter, edukasi terkait pemulihan fungsi eliminasi.
c. Kecemasan: Terapi suportif, teknik relaksasi, bimbingan spiritual, edukasi terkait prognosis dan manajemen penyakit.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan menggunakan SDKI untuk menentukan diagnosa keperawatan, SLKI untuk menetapkan luaran yang diharapkan, dan SIKI untuk merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 290 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
b. Cemas
c. Ketidakefektifan eliminasi urin
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Nyeri akut
- SDKI: Individu mengalami pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan relaksasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut seperti pemberian analgesik, terapirelaksasi, pengaturan posisi, dan monitoring nyeri.
b. Cemas
- SDKI: Individu mengalami kekhawatiran, ketakutan, atau rasa tidak tenang yang disebabkan oleh sumber yang samar atau tidak diketahui.
- SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi cemas antara lain terapi suportif, edukasi, dan manajemen kecemasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi cemas meliputi pemberian informasi, dukungan emosional, dan manajemen kecemasan.
c. Ketidakefektifan eliminasi urin
- SDKI: Individu mengalami gangguan dalam pengeluaran urin.
- SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan eliminasi urin antara lain manajemen hidrasi, manajemen kateter, dan perawatan kandung kemih.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemasangan kateter, irigasi kandung kemih, dan pemantauan output urin.
Dalam kasus ini, pasien memerlukan penanganan komprehensif untuk mengatasi nyeri, kecemasan, dan masalah eliminasi urin akibat tindakan TURP yang baru dilakukan. Perawat perlu memantau kondisi pasien secara ketat dan melakukan intervensi yang sesuai berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 291 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan (TURP)
2. Ketidakefektifan pengeluaran urin berhubungan dengan obstruksi jalan kemih akibat pembesaran prostat
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan dan ketidakpastian mengenai prognosis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Ketidakefektifan Pengeluaran Urin: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara lengkap dari kandung kemih.
3. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pasien melaporkan pengurangan nyeri, mampu mengontrol nyeri, dan dapat beristirahat dengan nyaman.
2. Ketidakefektifan Pengeluaran Urin: Pasien dapat berkemih dengan lancar dan tanpa kesulitan.
3. Kecemasan: Pasien dapat mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan cemas, mampu menggunakan teknik manajemen kecemasan, dan merasa lebih tenang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Membantu pasien mengatasi nyeri dengan menggunakan teknik farmakologis dan non-farmakologis.
2. Peningkatan Pengeluaran Urin: Memfasilitasi pasien untuk dapat berkemih dengan lancar melalui pengaturan posisi, pemberian cairan, dan pemantauan input-output.
3. Manajemen Kecemasan: Membantu pasien untuk mengatasi kecemasan dengan memberikan dukungan emosional, informasi, dan teknik relaksasi. -
Article No. 292 | 22 Sep 2024
Klinis : jika diagnosis adalah resiko defisit nutrisi maka luarannya adalah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk diagnosis resiko defisit nutrisi, berikut adalah kode ICD-10 yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z71.3
- Deskripsi: Konseling dan pengawasan nutrisi
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z71.3 (Konseling dan pengawasan nutrisi) digunakan untuk menggambarkan kondisi individu dengan risiko defisit nutrisi. Ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak sehat, kondisi medis tertentu, atau keterbatasan akses terhadap makanan bergizi.
Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah tindakan konseling dan pengawasan nutrisi. Hal ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien agar dapat memperbaiki pola makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi secara optimal, sehingga dapat mencegah atau mengatasi defisit nutrisi.
Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik terkait dengan diagnosis resiko defisit nutrisi, karena ICD-9-CM lebih fokus pada kode prosedur atau tindakan medis. Namun, tindakan konseling dan pengawasan nutrisi dapat dikodekan dengan kode yang sesuai dalam ICD-9-CM, seperti:
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: V65.3
- Deskripsi: Konsultasi untuk diet dan nutrisi
Kode V65.3 (Konsultasi untuk diet dan nutrisi) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan konseling dan pengawasan nutrisi yang diberikan kepada pasien dengan risiko defisit nutrisi. -
Article No. 293 | 22 Sep 2024
Klinis : jika diagnosis adalah resiko defisit nutrisi maka luarannya adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Pada kondisi dengan diagnosis keperawatan "Risiko Defisit Nutrisi", berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Defisit Nutrisi adalah keadaan individu dengan risiko mengalami penurunan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Penurunan asupan makanan dan/atau cairan, keterbatasan fisik atau psikologis, dan/atau faktor lingkungan yang menghambat pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang terkait dengan diagnosis "Risiko Defisit Nutrisi" adalah:
- Intake Nutrisi Adekuat
- Berat Badan: Berat Badan Ideal
- Status Gizi: Sesuai Usia
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk mengatasi "Risiko Defisit Nutrisi" antara lain:
- Manajemen Nutrisi
- Peningkatan Asupan Nutrisi
- Pemantauan Nutrisi
- Edukasi Gizi
- Konseling Gizi
- Kolaborasi dengan Ahli Gizi
Dalam menentukan luaran yang diharapkan, pada kondisi dengan diagnosis "Risiko Defisit Nutrisi", luaran yang diharapkan adalah Intake Nutrisi Adekuat, Berat Badan: Berat Badan Ideal, dan Status Gizi: Sesuai Usia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Nutrisi, Peningkatan Asupan Nutrisi, Pemantauan Nutrisi, Edukasi Gizi, Konseling Gizi, serta Kolaborasi dengan Ahli Gizi. -
Article No. 294 | 22 Sep 2024
Klinis : jika diagnosis adalah resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan maka luarannya adalah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: E44.1
- Deskripsi: Risiko defisit nutrisi
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 783.3
- Deskripsi: Malnutrisi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 E44.1 (Risiko defisit nutrisi) digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang berisiko mengalami defisit nutrisi, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda malnutrisi yang jelas.
- Kode ICD-9-CM 783.3 (Malnutrisi) digunakan untuk mengkodekan kondisi malnutrisi, yang bisa mencakup berbagai bentuk malnutrisi, termasuk kekurangan nutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan mencerna makanan.
- Dalam kasus ini, diagnosis yang diberikan adalah "risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan", yang sesuai dengan kode ICD-10 E44.1 (Risiko defisit nutrisi).
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik sesuai dengan kondisi ini, tetapi kode 783.3 (Malnutrisi) dapat digunakan sebagai kode yang paling dekat untuk menggambarkan kondisi terkait. -
Article No. 295 | 22 Sep 2024
Klinis : pasien menegluh susah bernafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien yang mengeluh susah bernafas:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk menarik nafas yang menimbulkan perubahan dalam frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Nafas Efektif
2. Kenyamanan Pernapasan
3. Integritas Fungsi Pernapasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Manajemen Ventilasi
4. Edukasi Manajemen Penyakit Pernapasan
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menunjukkan adanya ketidakmampuan pasien untuk bernafas secara efektif, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit pernapasan, kelelahan otot pernapasan, atau gangguan mekanik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen ventilasi, dan edukasi manajemen penyakit pernapasan. Tujuan luaran keperawatan yang diharapkan adalah pola nafas efektif, kenyamanan pernapasan, dan integritas fungsi pernapasan. -
Article No. 296 | 22 Sep 2024
Klinis : pasien barusaja sembuh dari opname
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan contoh diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang baru sembuh dari perawatan di rumah sakit.
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SDKI)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Penyebab: Proses penyembuhan luka, prosedur medis invasif, riwayat infeksi, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
2. Mobilitas Fisik Terganggu (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terarah dari satu titik ke titik lain.
Penyebab: Penurunan kekuatan, ketahanan, dan koordinasi otot, serta rasa nyeri.
3. Risiko Jatuh (SDKI)
Definisi: Kerentanan untuk terjatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
Penyebab: Kelemahan fisik, ketidakseimbangan, gangguan sensorik, dan lingkungan yang tidak aman.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal.