Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2419 | 15 Oct 2024
Klinis : pusing muter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis kondisi dengan mengacu pada standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala pusing muter yang Anda alami, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Keseimbangan (00134)
Definisi:
Gangguan Keseimbangan adalah gangguan dalam mempertahankan posisi tubuh.
Faktor Terkait:
- Penurunan fungsi vestibular
- Penyakit neurologis
- Perubahan sensori
- Gangguan visual
Ciri-ciri Utama:
- Pusing berputar (vertigo)
- Kelemahan
- Instabilitas
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Tubuh
2. Mobilitas
3. Risiko Jatuh
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Keseimbangan
2. Peningkatan Mobilitas
3. Pencegahan Jatuh
Penjelasan Singkat:
Gangguan keseimbangan yang ditandai dengan pusing berputar (vertigo) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi vestibular, penyakit neurologis, atau perubahan sensori. Tujuan utama penanganan adalah memulihkan keseimbangan tubuh, meningkatkan mobilitas, dan mencegah risiko jatuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen keseimbangan, peningkatan mobilitas, dan pencegahan jatuh. -
Article No. 2420 | 15 Oct 2024
Klinis : nyeri uluhati, nyesek dan eneg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri uluhati, nyesek, dan eneg.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
2. Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pada kasus ini, SDKI yang relevan adalah Nyeri Akut dan Mual. Kedua diagnosa ini memiliki definisi, faktor yang terkait, karakteristik, dan intervensi keperawatan yang jelas dan terstandar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Untuk diagnosa Nyeri Akut, luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat nyeri. Sedangkan untuk diagnosa Mual, luaran yang diharapkan adalah penurunan frekuensi dan durasi mual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut dapat berupa pemberian analgesik, terapi relaksasi, distraksi, dan kompres hangat. Sedangkan untuk mengatasi mual dapat diberikan intervensi seperti pemberian antiemetik, mempertahankan intake cairan yang adekuat, dan manajemen diet.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang realistis, dan merencanakan intervensi yang tepat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuannya adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 2421 | 15 Oct 2024
Klinis : magh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi maag.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung (maag)
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan nyeri yang berkurang, penggunaan analgesik yang efektif, dan kemampuan untuk beraktivitas yang meningkat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi relaksasi, pengaturan posisi dan lingkungan yang nyaman, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Dengan pendekatan akademis dan sebagai seorang pakar perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi maag. Mohon jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang berkaitan dengan keperawatan. -
Article No. 2422 | 15 Oct 2024
Klinis : batuk, sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala utama: batuk tidak efektif, napas cuping hidung, sianosis, dispnea
- Penyebab: mukus berlebih, obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan jalan napas yang terbuka
- Indikator: Bebas sputum, irama napas normal, SpO2 dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, Oksigenasi, Manajemen batuk
- Kegiatan: Auskultasi suara napas, Posisikan pasien, Bantu batuk efektif, Observasi pola napas
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan assessment, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang komprehensif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien. Tujuan utamanya adalah memulihkan fungsi pernapasan pasien secara optimal. -
Article No. 2423 | 15 Oct 2024
Klinis : campak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Campak, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Silang berhubungan dengan keterpaparan patogen penyebab campak.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko Infeksi Silang adalah keadaan rentan mengalami transmisi mikroorganisme patogen dari satu orang ke orang lain.
SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah individu bebas dari infeksi silang.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi isolasi pasien, penggunaan alat pelindung diri, kebersihan tangan, dan pemutusan rantai transmisi.
Sebagai seorang perawat profesional, saya memahami bahwa campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Morbillivirus. Pasien dengan campak memiliki risiko tinggi terjadinya transmisi virus kepada orang lain, terutama pada lingkungan perawatan kesehatan. Oleh karena itu, penerapan tindakan pencegahan infeksi silang menjadi fokus utama dalam pengelolaan kasus campak di tatanan pelayanan kesehatan. -
Article No. 2424 | 15 Oct 2024
Klinis : tipes
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tifus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Hipertermia
3. Risiko Infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, dan malabsorpsi.
- Karakteristik: Berat badan menurun, lingkar lengan atas kecil, turgor kulit buruk, dan kelemahan.
2. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, dan kegagalan sistem termoregulasi.
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, kulit kemerahan, dan gelisah.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
- Faktor Risiko: Integritas kulit dan membran mukosa yang terganggu, malnutrisi, dan penurunan sistem kekebalan.
- Karakteristik: Peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, dan tanda-tanda infeksi lokal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan, dan status gizi baik.
2. Regulasi Suhu
- Indikator: Suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada komplikasi akibat demam.
3. Kontrol Infeksi
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
- Intervensi: Mengkaji asupan nutrisi, memantau berat badan, dan memberikan nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen Demam
- Intervensi: Memantau suhu tubuh, memberikan obat penurun demam, dan menjaga hidrasi.
3. Pencegahan Infeksi
- Intervensi: Memantau tanda-tanda infeksi, menjaga higiene, dan memberikan antibiotik sesuai indikasi.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berkualitas untuk pasien dengan kondisi tifus. -
Article No. 2425 | 15 Oct 2024
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kejang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang
Definisi: Keadaan rentan terhadap luka fisik yang dapat terjadi selama episode kejang.
Penjelasan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang adalah diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi adanya risiko atau potensi terjadinya luka fisik pada pasien selama episode kejang. Kejang dapat menyebabkan pasien jatuh, membentur benda keras, atau mengalami cedera lainnya. Oleh karena itu, perawat perlu mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya cedera pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang.
2. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen kejang.
3. Pasien menunjukkan penurunan frekuensi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Pengkajian risiko cedera pada pasien dengan kejang
2. Penyediaan lingkungan yang aman untuk pasien selama episode kejang
3. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kejang
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan medis kejang
Sebagai perawat, saya berperan dalam mengidentifikasi risiko cedera, menciptakan lingkungan yang aman, memberikan edukasi, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien dengan kondisi kejang. -
Article No. 2426 | 15 Oct 2024
Klinis : kejang dx ckd on hd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang akibat Chronic Kidney Disease (CKD) pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
2. Risiko Cedera
3. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan Singkat Standar SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur Terganggu
- SIKI: Intervensi untuk Memfasilitasi Tidur
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis sering mengalami gangguan pola tidur, seperti insomnia, sering terbangun, dan kualitas tidur yang buruk. Ini dapat disebabkan oleh gejala uremia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta efek samping obat-obatan. Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen lingkungan, teknik relaksasi, dan pengaturan pola tidur.
2. Risiko Cedera
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Pemulihan Setelah Cedera
- SIKI: Intervensi untuk Mencegah Cedera
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis berisiko mengalami cedera, seperti jatuh, perdarahan, atau gangguan elektrolit yang dapat memicu kejang. Intervensi keperawatan dapat mencakup pengawasan yang ketat, manajemen lingkungan yang aman, serta pemantauan tanda-tanda vital dan parameter laboratorium.
3. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Intervensi untuk Manajemen Cairan
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis sering mengalami kelebihan volume cairan, yang dapat memicu kejang. Intervensi keperawatan dapat meliputi pembatasan asupan cairan, manajemen diet, pemantauan timbangan badan, dan pengaturan terapi diuretik atau hemofiltrasi.
Harapan saya, penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi pasien dengan kejang akibat CKD yang menjalani hemodialisis, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2427 | 15 Oct 2024
Klinis : Marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Marah
Penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Marah adalah perasaan emosional yang intens dan tidak menyenangkan, biasanya disebabkan oleh rasa terluka, frustasi, atau ketidakpuasan. Hal ini dapat ditandai dengan ekspresi wajah tegang, pernapasan yang cepat, dan tindakan agresif atau destruktif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan marah adalah pasien dapat:
1. Mengidentifikasi pemicu marah.
2. Menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengelola marah.
3. Mendemonstrasikan perilaku yang sesuai saat mengalami marah.
4. Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas marah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani marah meliputi:
1. Mengidentifikasi penyebab dan pemicu marah.
2. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
3. Membantu pasien mengekspresikan marah dengan cara yang konstruktif.
4. Mendorong pasien untuk menggunakan strategi koping yang adaptif.
5. Memantau tanda-tanda vital dan respons emosional pasien.
6. Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung.
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk memahami akar penyebab marah dan mengembangkan strategi penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya. Pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien akan menjadi kunci dalam membantu pasien mengelola kondisi marahnya secara efektif. -
Article No. 2428 | 15 Oct 2024
Klinis : Hb 8,6 masalah perfusi jaringan perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Perfusi jaringan perifer tidak efektif didefinisikan sebagai ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan hematologis, atau faktor lainnya yang dapat menurunkan aliran darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan untuk pasien dengan perfusi jaringan perifer tidak efektif adalah peningkatan perfusi jaringan perifer, seperti peningkatan suhu ekstremitas, pengisian kapiler yang normal, dan tidak ada tanda-tanda nekrosis jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi perfusi jaringan perifer tidak efektif antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh.
2. Mengatur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
3. Pemberian oksigen, jika diperlukan.
4. Pemberian obat-obatan, seperti vasodilatator atau antikoagulan, sesuai dengan resep dokter.
5. Perawatan luka, jika ada.
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi jaringan perifer.
Dengan kadar Hb 8,6 g/dL, perfusi jaringan perifer yang tidak efektif dapat disebabkan oleh anemia. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang utama adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, serta pemberian obat-obatan sesuai dengan resep dokter untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer.