Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 476 | 23 Sep 2024
Klinis : Pemantauan resporasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Pemantauan Respirasi:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Toleransi Aktivitas
Penjelasan:
Diagnosa ini dipilih karena pemantauan respirasi biasanya dilakukan ketika pasien mengalami penurunan toleransi aktivitas, seperti saat pasien mengalami sesak napas atau perubahan pola napas saat melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Toleransi Aktivitas
Penjelasan:
SDKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Penurunan Toleransi Aktivitas merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang terdapat dalam SDKI dan sesuai dengan kondisi pemantauan respirasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Toleransi Aktivitas Membaik
Penjelasan:
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran/hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Membaik, yang berarti pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik setelah dilakukan pemantauan respirasi dan intervensi keperawatan terkait.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Jalan Napas
3. Terapi Oksigen
Penjelasan:
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. Dalam kasus pemantauan respirasi, intervensi yang dapat diberikan adalah Pemantauan Tanda-Tanda Vital untuk mengidentifikasi perubahan pola napas, Manajemen Jalan Napas untuk memastikan jalan napas pasien tetap terbuka, dan Terapi Oksigen untuk mengatasi masalah pernapasan.
Jadi, secara keseluruhan, kondisi pemantauan respirasi dapat dikaitkan dengan diagnosa keperawatan Penurunan Toleransi Aktivitas, dengan luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Membaik, serta intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Manajemen Jalan Napas, dan Terapi Oksigen. -
Article No. 477 | 23 Sep 2024
Klinis : asuhan keperawatan kanker serviks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk asuhan keperawatan kanker serviks:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit kanker serviks.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat kanker serviks dan efek pengobatan.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik akibat kanker serviks dan pengobatannya.
4. Ketidakefektifan seksual berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis akibat kanker serviks.
5. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis dan prognosis kanker serviks.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Menjelaskan definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Contoh: Definisi nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Menjelaskan tujuan dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Contoh: Tujuan dari "Kontrol Nyeri" adalah pasien dapat mengendalikan nyeri sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat nyeri yang dapat ditoleransi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Menjelaskan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dari setiap diagnosa keperawatan.
- Contoh: Intervensi untuk "Manajemen Nyeri" adalah mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgesik, melatih teknik nonfarmakologis, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk pasien dengan kanker serviks. -
Article No. 282 | 22 Sep 2024
Klinis : risiko perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasannya singkat terkait dengan risiko perdarahan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah suatu keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler, yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak terjadi perdarahan
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda hipovolemia
4. Tidak ada komplikasi akibat perdarahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan perdarahan
3. Pemberian cairan/komponen darah sesuai kebutuhan
4. Perawatan luka/sumber perdarahan
5. Edukasi pencegahan perdarahan
Dengan menerapkan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat membantu mencegah, mengendalikan, dan mengelola risiko perdarahan pada pasien secara komprehensif. -
Article No. 283 | 22 Sep 2024
Klinis : ansietas b/d proses kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ansietas b/d proses kehamilan
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Dalam kasus ini, ansietas terkait dengan proses kehamilan yang sedang dialami.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama intervensi adalah mengurangi tingkat kecemasan pasien, meningkatkan kemampuan koping, dan memfasilitasi adaptasi terhadap proses kehamilan.
- Luaran yang diharapkan antara lain penurunan tingkat kecemasan, peningkatan strategi koping yang efektif, dan adaptasi yang baik terhadap perubahan-perubahan selama kehamilan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
- Manajemen ansietas: Mengidentifikasi penyebab kecemasan, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
- Peningkatan koping: Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif, dan melibatkan keluarga dalam proses ini.
- Edukasi kesehatan: Memberikan informasi tentang proses kehamilan, perubahan-perubahan yang terjadi, dan cara mengatasinya.
- Manajemen nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola sumber nyeri yang muncul selama kehamilan.
Tujuan utamanya adalah membantu pasien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mencapai pengalaman kehamilan yang positif. -
Article No. 284 | 22 Sep 2024
Klinis : gangguan pola tidur b/d proses kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Proses Kehamilan
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Tidur: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Proses kehamilan, perubahan hormonal, ketidaknyamanan fisik, kecemasan, stres, lingkungan yang tidak kondusif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidur yang adekuat, Tingkat kelelahan menurun, Fungsi sehari-hari meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Gangguan Pola Tidur, Terapi Relaksasi, Edukasi Manajemen Tidur, Modifikasi Lingkungan.
- Tujuan intervensi: Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, Menurunkan kelelahan, Meningkatkan fungsi sehari-hari.
Dalam kasus gangguan pola tidur pada ibu hamil, perawat perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah tidur, seperti perubahan hormonal, ketidaknyamanan fisik, kecemasan, dan stres. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen gangguan pola tidur, terapi relaksasi, edukasi manajemen tidur, dan modifikasi lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur. -
Article No. 285 | 22 Sep 2024
Klinis : intervensi manajemen pola tidur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi intervensi manajemen pola tidur, berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G47.0
- Deskripsi: Insomnia
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 780.52
- Deskripsi: Insomnia, tidak terkait dengan mental disorder atau penyebab organik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 G47.0 (Insomnia) mencakup kondisi intervensi manajemen pola tidur, dimana pasien mengalami kesulitan untuk tidur atau mempertahankan pola tidur yang normal.
- Kode ICD-9-CM 780.52 (Insomnia, tidak terkait dengan mental disorder atau penyebab organik) juga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, yang merujuk pada kesulitan tidur tanpa adanya penyebab medis atau psikologis yang jelas.
- Intervensi manajemen pola tidur dapat mencakup berbagai tindakan, seperti terapi perilaku, teknik relaksasi, pengaturan lingkungan tidur, dan edukasi tentang kebersihan tidur. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk prosedur atau tindakan tersebut. -
Article No. 286 | 22 Sep 2024
Klinis : gangguan pola tidur b/d proses kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan pola tidur berhubungan dengan proses kehamilan:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses kehamilan
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Tidur: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memperoleh jumlah dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- Penyebabnya dapat meliputi faktor psikologis, fisiologis, atau lingkungan.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Indikator: Lama tidur, kualitas tidur, kemampuan untuk tidur, dan tidak ada keluhan terkait tidur.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Tidur: Tindakan untuk memfasilitasi tidur dan istirahat yang adekuat.
2. Relaksasi: Tindakan untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental.
3. Edukasi: Memberikan informasi terkait pola tidur yang sehat selama kehamilan.
Penjelasan singkat:
Gangguan pola tidur selama kehamilan dapat disebabkan oleh perubahan hormonal, pertambahan berat badan, kelelahan, kecemasan, dan faktor lainnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen tidur, teknik relaksasi, dan edukasi kepada pasien untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat selama masa kehamilan. -
Article No. 287 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan TURP
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpasangnya kateter tiga way
3. Cemas berhubungan dengan prognosis kesehatan dan persepsi ketidaklengkapan sebagai laki-laki
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit: Rentan mengalami kerusakan pada permukaan epidermis dan/atau dermis.
3. Cemas: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang dirasakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mengontrol nyeri yang dirasakan.
2. Integritas Kulit: Kondisi permukaan epidermis dan dermis.
3. Tingkat Kecemasan: Tingkat perasaan tidak nyaman atau khawatir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan nyeri yang dialami pasien.
2. Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
3. Manajemen Kecemasan: Tindakan untuk mengurangi rasa khawatir, takut, dan cemas yang dialami pasien. -
Article No. 288 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus dan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan TURP.
2. Gangguan rasa nyaman: Cemas berhubungan dengan kondisi kesehatan dan ketidakpastian penyembuhan.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan edema pada kandung kemih dan efek tindakan pembedahan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (IASP, 2017).
2. Cemas: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (NANDA-I, 2021).
3. Gangguan eliminasi urin: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol, Tingkat nyeri menurun, Pemulihan dari nyeri.
2. Kecemasan terkendali, Perilaku mengatasi cemas, Keyakinan diri meningkat.
3. Pengeluaran urin lancar, Kandung kemih kosong sempurna, Tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri, Farmakologi: analgesik, Relaksasi.
2. Manajemen kecemasan, Dukungan emosional, Terapi kognitif.
3. Perawatan kateter urin, Manajemen inkontinensia urin, Pemantauan intake/output.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri akut pascabedah, kecemasan terkait kondisi kesehatan dan ketidakpastian penyembuhan, serta gangguan eliminasi urin akibat edema pada kandung kemih dan efek pembedahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen nyeri, manajemen kecemasan, dan perawatan kateter urin untuk memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 289 | 22 Sep 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 63 tahun dirawat dengan BPH post TURP 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: Keluhan sebelum operasi adalah kencing sulit keluar, harus mengejan jika berkemih, tidak puas setelah berkemih. Saat ini pasien GCS 15. Pasien mengeluh nyeri di area kemaluan dan kandung kemih, nyeri skala 6 (1-10). Terdapat distensi kandung kemih dan meregang, Fundus VU teraba 2 jari di atas simphisis pubis . Pasien tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan. Pasien terpasang kateter three way dan irigasi, kantong urin terisi 600 ml sejak 4 jam yang lalu. Urin dalam urine bag tidak terlihat ada bekuan darah, selang urin bag terlihat ada bekuan darah, urin tidak menetes di urin bag, belum ada penambahan urin/4 jam. Pasien merasa cemas dengan kondisinya, khawatir tidak bisa disembuhkan dan merasa tidak sempurna sebagai seorang laki-laki. Pasien khawatir jika harus memakai selang urin terus menerus. Hasil pemeriksaan pre-op: USG prostat menunjukkan pembesaran prostat. Hasil laboratorium darah (post op): 11mg/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan prostat dan pemasangan kateter tiga-jalur
b. Risiko ketidakefektifan eliminasi urin berhubungan dengan pembesaran prostat dan pembedahan
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan citra tubuh dan kekhawatiran terhadap prognosis
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah seperti itu.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Berisiko mengalami gangguan dalam pengeluaran urin.
c. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri, dan tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang efektif.
c. Kecemasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan dan dapat mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, teknik relaksasi.
b. Risiko Ketidakefektifan Eliminasi Urin: Monitor intake dan output, perawatan kateter, edukasi terkait pemulihan fungsi eliminasi.
c. Kecemasan: Terapi suportif, teknik relaksasi, bimbingan spiritual, edukasi terkait prognosis dan manajemen penyakit.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan menggunakan SDKI untuk menentukan diagnosa keperawatan, SLKI untuk menetapkan luaran yang diharapkan, dan SIKI untuk merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.