Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 463 | 23 Sep 2024
Klinis : Andi dirawat di rumah sakit setelah terlibat dalam perkelahian. Ia memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya. Pasien merasa frustrasi dan tidak mampu mengendalikan emosi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Andi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko mencedera diri sendiri/orang lain (NANDA-I)
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki potensi untuk menyebabkan cedera pada diri sendiri atau orang lain.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Perilaku agresi
- Perilaku impulsif
- Persepsi ancaman
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol perilaku agresi
- Stabilitas emosi
- Kemampuan mengelola emosi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen risiko
- Terapi perilaku
- Edukasi manajemen emosi
Penjelasan Singkat:
1. Risiko mencedera diri sendiri/orang lain:
- Andi memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya.
- Pasien merasa frustrasi dan tidak mampu mengendalikan emosi, sehingga berisiko melakukan cedera terhadap diri sendiri atau orang lain.
- Intervensi keperawatan difokuskan pada manajemen risiko, terapi perilaku, dan edukasi manajemen emosi untuk membantu Andi mengendalikan perilaku agresifnya, meningkatkan stabilitas emosi, dan mengembangkan kemampuan mengelola emosi.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah keselamatan Andi dan membantu meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan manajemen emosi. -
Article No. 464 | 23 Sep 2024
Klinis : Andi dirawat di rumah sakit setelah terlibat dalam perkelahian. Ia memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya. Pasien merasa frustrasi dan tidak mampu mengendalikan emosi. Klien telah putus sekolah sejak SMP dan bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Klien sejak kecil bercita-cita menjadi dokter, namun karena putus sekolah putus jugalah harapan klien untuk menggapai cita-citanya. Klien setiap harinya hanya sibuk bekerja dan karena lelah bekerja menjadikan faktor utama klien menjadi begitu emosional apalagi jika memikirkan cita-citanya sejak kecil. Klien sebelumnya memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, namun tidak pernah melakukan pengobatan seperti konsultasi ke psikolog atau tenaga medis lainnya untuk mengatasi sikap emosional dan kekerasan fisik dan verbal yang klien lakukan. Keluarga klien mengatakan klien sering menujukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya dan tidak jarang klien merasa emosi dan melakukan kekerasan fisik hanya karena masalah-masalah kecil. Klien juga mengaku tidak tahu mengapa emosi nya sangat sulit untuk dikendalikan dan tidak mengetahui cara mengelola emosinya yang meledak-ledak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan: Kondisi individu yang berisiko untuk berperilaku agresif, berbahaya, dan destruktif terhadap orang lain, diri sendiri, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kendali Perilaku: Kemampuan individu untuk mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan perilakunya.
2. Keamanan Diri: Terhindar dari bahaya fisik, psikologis, sosial, atau ekonomi.
3. Integritas Kepribadian: Keutuhan dan kepaduan aspek-aspek kepribadian individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perilaku: Intervensi untuk membantu individu dalam mengontrol atau mengarahkan perilakunya.
2. Reduksi Agresivitas: Intervensi untuk menurunkan perilaku agresif individu.
3. Pemberdayaan: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penjelasan Singkat:
Klien memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya. Hal ini mengindikasikan risiko perilaku kekerasan pada klien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen perilaku, reduksi agresivitas, dan pemberdayaan klien untuk dapat mengendalikan emosi dan perilakunya. -
Article No. 465 | 23 Sep 2024
Klinis : Andi dirawat di rumah sakit setelah terlibat dalam perkelahian. Ia memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya. Pasien merasa frustrasi dan tidak mampu mengendalikan emosi. Klien telah putus sekolah sejak SMP dan bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Klien sejak kecil bercita-cita menjadi dokter, namun karena putus sekolah putus jugalah harapan klien untuk menggapai cita-citanya. Klien setiap harinya hanya sibuk bekerja dan karena lelah bekerja menjadikan faktor utama klien menjadi begitu emosional apalagi jika memikirkan cita-citanya sejak kecil. Klien sebelumnya memiliki riwayat kekerasan verbal dan fisik, namun tidak pernah melakukan pengobatan seperti konsultasi ke psikolog atau tenaga medis lainnya untuk mengatasi sikap emosional dan kekerasan fisik dan verbal yang klien lakukan. Keluarga klien mengatakan klien sering menujukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya dan tidak jarang klien merasa emosi dan melakukan kekerasan fisik hanya karena masalah-masalah kecil. Klien juga mengaku tidak tahu mengapa emosi nya sangat sulit untuk dikendalikan dan tidak mengetahui cara mengelola emosinya yang meledak-ledak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi Andi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan adalah keadaan di mana individu menunjukkan potensi untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan secara fisik, verbal, atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Diri: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengelola perilaku, emosi, dan kognisi yang ditandai dengan kemampuan mengikuti norma sosial yang berlaku.
2. Manajemen Agresi: Kemampuan individu untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengendalikan perilaku agresif secara tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Perilaku: Intervensi untuk membantu individu mengubah perilaku yang maladaptif menjadi adaptif melalui pembelajaran.
2. Manajemen Marah: Intervensi untuk membantu individu mengidentifikasi, mengekspresikan, dan mengendalikan emosi marah secara tepat.
3. Konseling: Intervensi untuk membantu individu memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan koping yang efektif.
Penjelasan Singkat:
Andi memiliki risiko perilaku kekerasan karena riwayat kekerasan verbal dan fisik, serta sering menunjukkan perilaku agresif terhadap teman dan keluarganya. Ia juga merasa frustrasi dan tidak mampu mengendalikan emosi, khususnya ketika memikirkan cita-citanya yang tidak tercapai. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah membantu Andi untuk meningkatkan kontrol diri, mengelola agresi, serta mengembangkan keterampilan koping yang efektif untuk mengatasi perasaan frustasi dan emosi yang meledak-ledak. -
Article No. 466 | 23 Sep 2024
Klinis : asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif kanker paru-paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien kanker paru-paru:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, mukus yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, sputum yang kental, penurunan refleks batuk.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, mengurangi obstruksi, dan meningkatkan kemampuan untuk membersihkan sekresi.
- Contoh Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan, sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Pernapasan, Manajemen Mukus, Suction.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan jalan napas yang terbuka, membantu mengeluarkan sekresi, meningkatkan ventilasi, dan mencegah komplikasi.
- Contoh Aktivitas: Memantau status pernapasan, memberikan humidifikasi, melakukan suction jika perlu, mengajarkan teknik batuk efektif, mempertahankan posisi yang memudahkan drainase sekresi.
Singkatnya, diagnosa keperawatan pada kondisi ini adalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas, mukus berlebihan, dan penurunan refleks batuk akibat kanker paru-paru. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen pernapasan, manajemen mukus, dan suction untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan meningkatkan ventilasi. -
Article No. 467 | 23 Sep 2024
Klinis : Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi "Asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Adanya obstruksi jalan napas, peningkatan sekresi, kelemahan otot pernapasan, dan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
- Gejala dan Tanda: Sputum berlebih, bunyi napas abnormal, kesulitan bernapas, napas cuping hidung, dan perubahan frekuensi pernapasan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka, bebas dari sumbatan, dan bernapas dengan mudah.
- Indikator: Pasien dapat batuk efektif, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, terjadi peningkatan oksigenasi, dan tidak terdapat suara napas abnormal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen sekret, manajemen batuk, dan perubahan posisi.
- Tujuan: Mempertahankan jalan napas terbuka, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Aktivitas Keperawatan: Melakukan suction, memberikan posisi semi-fowler, melakukan latihan napas dalam, dan memantau fungsi pernapasan.
Secara garis besar, diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi dimana pasien mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan mencegah komplikasi. -
Article No. 468 | 23 Sep 2024
Klinis : Pengertian jalan napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi "Jalan Napas Tidak Efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru secara normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Definisi
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru secara normal.
2. Karakteristik Mayor
- Kesulitan bernapas
- Sianosis
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Irama napas tidak teratur
3. Faktor Terkait
- Obstruksi jalan napas
- Kelelahan otot pernapasan
- Nyeri dada
- Perubahan mekanik sistem pernapasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran Utama
- Kecukupan Ventilasi
- Kebebasan Jalan Napas
2. Luaran Pendukung
- Pengendalian Batuk
- Pemulihan Pernapasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Utama
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
2. Intervensi Pendukung
- Manajemen Batuk
- Manajemen Kelelahan
Penjelasan singkat:
Jalan Napas Tidak Efektif merupakan suatu kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru secara normal. Diagnosis ini didasarkan pada karakteristik mayor, seperti kesulitan bernapas, sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, dan irama napas tidak teratur. Faktor-faktor yang terkait dapat meliputi obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, nyeri dada, dan perubahan mekanik sistem pernapasan.
Dalam SLKI, luaran utama yang ingin dicapai adalah kecukupan ventilasi dan kebebasan jalan napas, serta luaran pendukung seperti pengendalian batuk dan pemulihan pernapasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen batuk, dan manajemen kelelahan. -
Article No. 469 | 23 Sep 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat digunakan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit campak (Measles)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam kasus campak, pasien memiliki risiko mengalami infeksi akibat sistem imun yang melemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan infeksi dan mencegah komplikasi. Indikatornya antara lain tidak terjadi komplikasi, tidak terjadi demam, ruam, dan gejala lain yang memburuk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda vital, pemberian obat-obatan sesuai resep, perawatan luka/ruam kulit, edukasi pasien dan keluarga tentang penularan dan pencegahan infeksi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam kasus ini, intervensi keperawatan difokuskan pada pencegahan komplikasi infeksi yang dapat terjadi akibat penyakit campak yang diderita pasien. -
Article No. 470 | 23 Sep 2024
Klinis : Tidak mau makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosis Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi "Tidak mau makan":
Diagnosis Keperawatan:
Intake Nutrisi Tidak Adekuat
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Intake asupan makanan dan/atau cairan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Faktor fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan lingkungan.
- Karakteristik: Penurunan berat badan, penurunan intake nutrisi, perubahan tanda-tanda vital, dan perubahan status mental.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan intake nutrisi.
- Indikator: Berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan pasien menyatakan meningkatnya minat makan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen nutrisi, stimulasi nafsu makan, dan dukungan psikologis.
- Tindakan keperawatan: Melakukan pengkajian nutrisi, memantau asupan dan output cairan, menyediakan makanan yang sesuai dengan preferensi pasien, melibatkan keluarga dalam proses makan, dan memberikan dukungan emosional.
Secara singkat, diagnosis keperawatan untuk kondisi "Tidak mau makan" adalah Intake Nutrisi Tidak Adekuat, yang disebabkan oleh berbagai faktor dan ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan intake nutrisi, dan perubahan tanda-tanda vital. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan intake nutrisi pasien, yang dapat dicapai melalui intervensi manajemen nutrisi, stimulasi nafsu makan, dan dukungan psikologis. -
Article No. 471 | 23 Sep 2024
Klinis : Tidak mau makan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia
Tidak mau makan (anoreksia) dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 R63.0. Anoreksia adalah kondisi di mana seseorang kehilangan selera makan atau menolak untuk makan, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan psikologis, penyakit medis, atau efek samping obat-obatan.
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 783.0
- Deskripsi: Anoreksia
Untuk kode ICD-9-CM, kondisi tidak mau makan (anoreksia) dapat diklasifikasikan dengan kode 783.0. Kode ini mencakup berbagai gangguan makan, termasuk anoreksia nervosa dan anoreksia yang tidak terspesifikasi.
Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang secara spesifik tercantum dalam ICD-9-CM untuk kondisi tidak mau makan. Penanganan yang mungkin dilakukan dapat mencakup intervensi psikologis, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, atau pengobatan untuk mengatasi penyebab mendasar. -
Article No. 472 | 23 Sep 2024
Klinis : panas,nyeri saat BAK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda kemukakan, yaitu panas dan nyeri saat buang air kecil (BAK), ini dapat mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih (ISK). Berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi tersebut:
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Infeksi Menurun
2. Tanda-Tanda Infeksi Terkontrol
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi
2. Perawatan Luka
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan singkat:
1. Manajemen Infeksi: Tindakan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi melalui identifikasi faktor risiko, pemberian terapi antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
2. Perawatan Luka: Tindakan untuk memelihara integritas kulit dan mukosa serta mencegah komplikasi dengan cara membersihkan, merawat, dan memperban luka.
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Tindakan untuk mengidentifikasi perubahan status kesehatan melalui pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
Dengan diagnosis keperawatan Risiko Infeksi, perawat dapat melakukan intervensi terkait manajemen infeksi, perawatan luka, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk mencegah atau menangani infeksi saluran kemih yang Anda alami.