Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 446 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata sakit, perih dan berair sejak 3 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu mata sakit, perih, dan berair sejak 3 hari yang lalu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
- Ketidaknyamanan mata (00153)
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yang dilakukan perawat.
- Ketidaknyamanan mata (00153) adalah keadaan subjektif yang tidak menyenangkan pada mata, seperti rasa sakit, perih, berair, dan lainnya.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
- Kenyamanan mata (1610)
Penjelasan singkat:
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- Kenyamanan mata (1610) adalah kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan pada mata, seperti tidak adanya rasa sakit, perih, berair, dan lainnya.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen nyeri (1400)
- Perawatan mata (3590)
Penjelasan singkat:
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Manajemen nyeri (1400) bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada mata.
- Perawatan mata (3590) bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kenyamanan mata.
Jadi, secara singkat, pasien dengan keluhan mata sakit, perih, dan berair sejak 3 hari yang lalu dapat didiagnosa dengan Ketidaknyamanan mata (SDKI), dengan luaran yang diharapkan adalah Kenyamanan mata (SLKI), dan intervensi yang dapat diberikan adalah Manajemen nyeri dan Perawatan mata (SIKI). -
Article No. 447 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI
b. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi
c. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan
2. Penjelasan Singkat:
a. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI
- SDKI: Ketidakefektifan Menyusui
- SLKI: Peningkatan Produksi ASI
- SIKI: Dukungan Menyusui
b. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Pengurangan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
c. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
- SLKI: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
- SIKI: Edukasi Nutrisi
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Menyusui Berhubungan dengan Keterlambatan Keluarnya ASI:
- Klien mengalami keterlambatan keluarnya ASI, sehingga bayi belum dapat menyusu dengan efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kecemasan, atau kurangnya stimulasi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan menyusui, edukasi mengenai teknik menyusui yang benar, dan membantu memaksimalkan produksi ASI.
2. Nyeri Berhubungan dengan Episiotomi:
- Klien mengalami nyeri akibat episiotomi, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi proses penyembuhan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan posisi yang nyaman.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Pembatasan Makanan:
- Klien takut mengonsumsi telur dan ikan karena takut darahnya amis, yang dapat menyebabkan risiko ketidakseimbangan nutrisi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi mengenai nutrisi yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan, serta membantu klien merencanakan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Secara keseluruhan, diagnosis keperawatan dan intervensi yang sesuai dapat membantu klien mencapai pemulihan yang optimal setelah melahirkan. -
Article No. 448 | 23 Sep 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pasca melahirkan per vaginam hari pertama. Klien berbaring di tempat tidur Bersama bayinya. Saat anamnesa klien menyatakan bayinya belum bisa menyusu karena ASI-nya belum keluar. Hasil pemeriksaan, payudara teraba penuh, putting menonjol, areola hiperpigmentasi. Bayi sering menangis rewel namun sang ibu hanya menggendong saja sambil duduk. Klien takut berdiri karena ada bekas jahitan episiotomy terasa nyeri skala 4. Klien juga tidak mau makan telur dan ikan karena takut darahnya amis. Klien bertanya makanan apa yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan diastasis rektus abdominis lebar : 3 jari, panjang : 10 cm, involusi uteri teraba keras, posisi lateral, 2 jari di bawah pusat (2 JBP). Saat ada tamu berkunjung, klien lebih banyak bercerita tentang pengalamannya bersalin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O83.0
- Deskripsi: Kelahiran pervaginam dengan complikasi pada masa nifas
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 75.59
- Deskripsi: Episiotomi, prosedur lain yang berhubungan dengan pengakhiran kehamilan
Penjelasan:
Kasus di atas menggambarkan seorang perempuan berusia 35 tahun (P3A0) pada hari pertama pasca melahirkan per vaginam. Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa kondisi yang dialami klien, yaitu:
1. Kesulitan menyusui karena ASI belum keluar
- Hal ini dapat dikodekan dengan ICD-10 O92.5 (Ketidakmampuan menyusui)
2. Nyeri pada bekas episiotomi
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 O90.2 (Komplikasi pada luka episiotomi atau robekan)
3. Takut mengonsumsi makanan tertentu (telur dan ikan)
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 Z71.1 (Konsultasi tentang perilaku diet dan pola makan)
4. Permintaan informasi tentang makanan yang dapat mempercepat penyembuhan luka
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 Z71.3 (Konsultasi dan saran medis lainnya)
5. Diastasis rektus abdominis
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 M62.0 (Diastasis otot)
6. Involusi uteri yang belum sempurna
- Dapat dikodekan dengan ICD-10 O90.8 (Komplikasi nifas lainnya)
Prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah episiotomi, yang dapat dikodekan dengan ICD-9-CM 75.59 (Episiotomi, prosedur lain yang berhubungan dengan pengakhiran kehamilan). -
Article No. 449 | 23 Sep 2024
Klinis : rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih), berikut adalah penjelasan singkat mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang terkait:
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas.
2. Penjelasan singkat:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
b. Penyebab: Salah satunya adalah hiperhidrosis (keringat berlebih).
4. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang diharapkan: Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
b. Indikator: Klien dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
5. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi Keperawatan: Manajemen Intoleransi Aktivitas.
b. Rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih):
- Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan klien.
- Mencegah iritasi kulit dan infeksi akibat kelembaban berlebih.
- Membantu mencegah terjadinya dekubitus (luka tekan) akibat kelembaban berlebih.
Dengan demikian, rasional dari Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) adalah untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan klien, mencegah iritasi kulit dan infeksi, serta membantu mencegah terjadinya dekubitus. -
Article No. 450 | 23 Sep 2024
Klinis : rasional dari Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal sebagai akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia antara lain: Suhu tubuh kembali normal, Tidak ada tanda-tanda komplikasi (misal: kejang, kerusakan organ), Nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipertermia, salah satunya adalah Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila).
Rasional:
Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh secara cepat dengan menggunakan media pendingin di permukaan tubuh. Dengan menurunnya suhu tubuh, diharapkan kondisi hipertermia dapat segera teratasi dan mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 451 | 23 Sep 2024
Klinis : CKD 2024-09-20 09:06:45 Leukosit 2024-09-20 13:44:34 28.20 10^3/uL 4.00-10.00 2024-09-20 09:06:45 Eritrosit 2024-09-20 13:44:34 2.36 10^6/uL 4.70-6.10 3 2024-09-20 09:06:45 Hemoglobin 2024-09-20 13:44:34 6.7 g/dL 13.0-16.5 4 2024-09-20 09:06:45 Hematokrit 2024-09-20 13:44:34 19.0 % 39.0-51.0 5 2024-09-20 09:06:45 Trombosit 2024-09-20 13:44:34 211 10^3/uL 150-450 6 2024-09-20 09:06:45 MCH 2024-09-20 13:44:34 28.6 pg 27.0-35.0 7 2024-09-20 09:06:45 MCHC 2024-09-20 13:44:34 35.3 g/dL 30.0-40.0 8 2024-09-20 09:06:45 MCV 2024-09-20 13:44:34 80.8 fL 80.0-100.0 9 2024-09-20 09:06:45 EGFR (CKD-EPI) 2024-09-20 13:44:34 7 ml/min/1.73m2 >=90 10 2024-09-20 09:06:45 Ureum Serum 2024-09-20 13:44:34 120 mg/dL 10-40 11 -2024-09-20 09:06:45 Creatinine Serum 2024-09-20 13:44:34 7.6 mg/dL / 2024-09-20 09:06:45 Leukosit 2024-09-20 13:44:34 28.20 10^3/uL 4.00-10.00 2024-09-20 09:06:45 Eritrosit 2024-09-20 13:44:34 2.36 10^6/uL 4.70-6.10 3 2024-09-20 09:06:45 Hemoglobin 2024-09-20 13:44:34 6.7 g/dL 13.0-16.5 4 2024-09-20 09:06:45 Hematokrit 2024-09-20 13:44:34 19.0 % 39.0-51.0 5 2024-09-20 09:06:45 Trombosit 2024-09-20 13:44:34 211 10^3/uL 150-450 6 2024-09-20 09:06:45 MCH 2024-09-20 13:44:34 28.6 pg 27.0-35.0 7 2024-09-20 09:06:45 MCHC 2024-09-20 13:44:34 35.3 g/dL 30.0-40.0 8 2024-09-20 09:06:45 MCV 2024-09-20 13:44:34 80.8 fL 80.0-100.0 9 2024-09-20 09:06:45 EGFR (CKD-EPI) 2024-09-20 13:44:34 7 ml/min/1.73m2 >=90 10 2024-09-20 09:06:45 Ureum Serum 2024-09-20 13:44:34 120 mg/dL 10-40 11 -2024-09-20 09:06:45 Creatinine Serum 2024-09-20 13:44:34 7.6 mg/dL 0.5-1.5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data laboratorium yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki kondisi Chronic Kidney Disease (CKD). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat diaplikasikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin serum.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan gangguan hemodinamik.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan leukosit.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan kehilangan cairan dan/atau elektrolit.
- Karakteristik Utama: Peningkatan ureum dan kreatinin serum.
2. Intoleransi aktivitas:
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
- Karakteristik Utama: Anemia, gangguan hemodinamik.
3. Risiko infeksi:
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Peningkatan leukosit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan:
- Indikator: Kadar elektrolit, fungsi ginjal dalam rentang normal.
2. Toleransi aktivitas:
- Indikator: Tingkat kelelahan berkurang, aktivitas sehari-hari dapat dilakukan.
3. Pencegahan infeksi:
- Indikator: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi tidak ada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan:
- Intervensi: Pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan/elektrolit sesuai kebutuhan.
2. Manajemen aktivitas:
- Intervensi: Pengaturan aktivitas, pemberian terapi anemia.
3. Pencegahan infeksi:
- Intervensi: Perawatan luka, pemberian antibiotik, pemantauan tanda-tanda infeksi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan CKD memiliki penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin serum. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Selain itu, anemia dan gangguan hemodinamik dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Peningkatan leukosit juga menunjukkan adanya risiko infeksi. Intervensi keperawatan difokuskan pada manajemen cairan, aktivitas, dan pencegahan infeksi untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pasien. -
Article No. 452 | 23 Sep 2024
Klinis : rasional dari Hindari pemberian antipiretik atau aspirin adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi (Hyperthermia)
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi, peradangan, atau cedera.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan dari penanganan hipertermi adalah untuk menurunkan suhu tubuh ke dalam batas normal dan menjaga agar suhu tubuh tetap stabil dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Rasional untuk tidak memberikan antipiretik atau aspirin pada kondisi hipertermi adalah:
- Antipiretik dan aspirin dapat menghambat mekanisme alami tubuh dalam menurunkan suhu tubuh melalui vasodilasi perifer dan peningkatan penguapan.
- Penggunaan antipiretik atau aspirin dapat menyembunyikan tanda-tanda infeksi atau peradangan yang mendasari hipertermi, sehingga dapat menunda penanganan penyebab yang sebenarnya.
- Aspirin dapat meningkatkan risiko Sindrom Reye pada anak-anak, yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
- Penggunaan antipiretik atau aspirin dapat menyebabkan efek samping, seperti gangguan gastrointestinal, hepatotoksisitas, atau reaksi alergi.
Oleh karena itu, pada kondisi hipertermi, intervensi keperawatan yang lebih direkomendasikan adalah dengan menggunakan metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh, seperti kompres hangat, pemberian cairan, dan pengaturan suhu lingkungan. -
Article No. 453 | 23 Sep 2024
Klinis : siki penurunan curah jantung
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "penurunan curah jantung", berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.2
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 428.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I50.2 menunjukkan diagnosis "gagal jantung kongestif", yang merupakan kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah dengan baik, menyebabkan akumulasi cairan di dalam tubuh dan penurunan curah jantung.
- Kode ICD-9-CM 428.0 juga menunjukkan diagnosis yang sama, yaitu "gagal jantung kongestif, tidak terspesifikasi".
- Dalam beberapa kasus, kode ICD-9-CM yang lebih spesifik untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan penurunan curah jantung mungkin juga diperlukan, namun tidak disediakan dalam pertanyaan ini. -
Article No. 454 | 23 Sep 2024
Klinis : penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi penurunan curah jantung, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Curah Jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Efektif: Keadaan dimana individu mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan.
- Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perfusi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran darah ke jaringan.
- Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk membantu individu dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas.
- Manajemen Jantung: Intervensi untuk membantu individu dalam mempertahankan fungsi jantung yang optimal.
Secara singkat, penurunan curah jantung adalah kondisi ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan yang efektif dan meningkatkan toleransi aktivitas melalui intervensi-intervensi seperti manajemen perfusi, manajemen aktivitas, dan manajemen jantung. -
Article No. 455 | 23 Sep 2024
Klinis : siki penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi penurunan curah jantung:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan curah jantung adalah kondisi di mana volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu berkurang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien dapat menunjukkan peningkatan curah jantung yang ditandai dengan peningkatan kekuatan, frekuensi, dan/atau volume nadi, peningkatan tekanan darah, dan/atau peningkatan perfusi jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan curah jantung mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan curah jantung
2. Pemberian terapi oksigen
3. Manajemen cairan
4. Pemberian terapi obat-obatan sesuai indikasi
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit dan penatalaksanaannya
Tujuan utama dari intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan curah jantung sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh.