Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 436 | 23 Sep 2024
Klinis : HALUSINASI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi HALUSINASI, berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F23
- Deskripsi: Gangguan psikotik akut dan sementara
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 293.81
- Deskripsi: Halusinosis alkoholik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 F23 menggambarkan gangguan psikotik akut dan sementara, yang mencakup kondisi halusinasi. Halusinasi dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan psikotik, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, delirium, dan lainnya.
- Kode ICD-9-CM 293.81 merujuk pada halusinosis alkoholik, yang merupakan halusinasi yang terjadi sebagai akibat dari penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol.
- Dalam praktik klinis, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang digunakan akan bergantung pada penyebab dan konteks halusinasi yang dialami oleh pasien. -
Article No. 437 | 23 Sep 2024
Klinis : HALUSINASI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi halusinasi berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori yang timbul tanpa adanya rangsangan eksternal yang sesuai.
- Penyebab halusinasi dapat meliputi faktor biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
- Tanda dan gejala halusinasi dapat berupa persepsi palsu terhadap penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, atau sentuhan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan halusinasi adalah klien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi, serta dapat beradaptasi dengan lingkungan secara efektif.
- Indikator keberhasilan dapat meliputi kemampuan klien dalam mengidentifikasi, mengabaikan, dan melaporkan halusinasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan untuk halusinasi dapat mencakup terapi realitas, terapi aktivitas, terapi musik, serta membantu klien mengembangkan strategi koping yang efektif.
- Tujuan intervensi adalah untuk membantu klien mengenali dan mengontrol halusinasi, serta meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Secara umum, penanganan halusinasi bertujuan untuk membantu klien mengenali dan mengontrol gejala halusinasi, serta meningkatkan kemampuan beradaptasi secara efektif dengan lingkungan sekitar. -
Article No. 438 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien mengigil setelah dilakukan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakstabilan suhu tubuh didefinisikan sebagai variasi atau fluktuasi suhu tubuh yang tidak stabil.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama adalah mencapai stabilitas suhu tubuh yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau suhu tubuh, mengatur lingkungan yang nyaman, memberikan kompres hangat atau dingin, dan mengatur pemberian cairan/obat-obatan.
Penjelasan singkat:
Pasien mengigil setelah operasi dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat efek samping dari tindakan anestesi, perubahan sirkulasi darah, atau stres fisik selama operasi. Tujuan utama perawatan adalah untuk membantu mencapai stabilitas suhu tubuh yang optimal melalui intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 439 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien mengigil setelah dilakukan operasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien mengigil setelah dilakukan operasi, maka diagnosis dan kode terkait adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R68.0
- Deskripsi: Hipotermia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 780.60
- Deskripsi: Mengigil, tidak spesifik
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R68.0 (Hipotermia, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien yang mengigil setelah dilakukan operasi. Gejala mengigil ini dapat disebabkan oleh penurunan suhu tubuh di bawah normal, yang dapat terjadi sebagai komplikasi setelah prosedur medis.
- Kode ICD-9-CM 780.60 (Mengigil, tidak spesifik) juga dapat digunakan untuk mengkodekan kondisi yang sama, yaitu pasien mengigil tanpa spesifikasi penyebab yang jelas.
Jadi, kode ICD-10 yang sesuai adalah R68.0 (Hipotermia, tidak diklasifikasikan di tempat lain), dan kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 780.60 (Mengigil, tidak spesifik). -
Article No. 440 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien mengigil setelah dilakukan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi pasien mengigil setelah operasi adalah:
1. Gangguan Temperatur Tubuh Terkait:
- Definisi: Perubahan suhu tubuh dari rentang normal, yang dapat disebabkan oleh mekanisme pengaturan suhu tubuh yang kurang efektif.
- Karakteristik Definisi: Peningkatan atau penurunan suhu tubuh, disertai gejala seperti menggigil, berkeringat, atau pilek.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan pedoman dalam menetapkan diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional. Diagnosis keperawatan ini disusun berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah panduan dalam menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. SLKI berisi daftar luaran keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman dalam menetapkan tindakan atau intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. SIKI berisi daftar intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
Dalam kasus pasien mengigil setelah operasi, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Temperatur Tubuh Terkait". SLKI dan SIKI dapat digunakan untuk menetapkan luaran yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 441 | 23 Sep 2024
Klinis : kompres hangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Kenyamanan Fisik
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Kenyamanan Fisik adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan pengalaman subyektif individu terkait dengan ketidakmampuan untuk mencapai kenyamanan fisik yang optimal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada diagnosa ini adalah individu dapat mencapai kenyamanan fisik yang optimal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Kenyamanan Fisik antara lain:
- Pemberian Kompres Hangat
- Pengaturan Posisi
- Distraksi
- Relaksasi
- Manajemen Nyeri
Kompres hangat adalah salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan kenyamanan fisik. Kompres hangat dapat membantu meningkatkan aliran darah, mengurangi spasme otot, dan meningkatkan relaksasi, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan fisik bagi pasien. -
Article No. 442 | 23 Sep 2024
Klinis : Gangguan Temperatur Tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Gangguan Temperatur Tubuh:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia atau Hipotermi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F)
- Hipotermi: Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C (95°F)
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,0-37,5°C)
- Hipotermi: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,0-37,5°C)
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Manajemen suhu tubuh tinggi, pemberian cairan, pengaturan lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital
- Hipotermi: Manajemen suhu tubuh rendah, pemberian cairan hangat, pengaturan lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi Gangguan Temperatur Tubuh adalah Hipertermia atau Hipotermi. Penjelasan singkatnya adalah penyimpangan suhu tubuh dari rentang normal, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. -
Article No. 443 | 23 Sep 2024
Klinis : pasien mengigil setelah dilakukan operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang mengigil setelah dilakukan operasi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipotermi akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipotermi akut: Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C yang terjadi secara tiba-tiba akibat paparan lingkungan dingin, gangguan termoregulasi, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Tidak ada tanda-tanda hipotermi
3. Tidak ada komplikasi akibat hipotermi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala
2. Pertahankan lingkungan yang hangat
3. Berikan pakaian atau selimut hangat
4. Berikan cairan hangat/minum hangat
5. Lakukan teknik pemanasan aktif jika diperlukan
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis jika diperlukan
Penjelasan singkat:
Pasien mengigil setelah operasi dapat disebabkan oleh hipotermi akut, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh paparan lingkungan dingin, gangguan termoregulasi, atau prosedur medis seperti operasi. Tujuan penanganannya adalah mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan mencegah komplikasi akibat hipotermi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh, menjaga lingkungan hangat, pemberian pakaian/selimut hangat, pemberian cairan/minuman hangat, dan tindakan pemanasan aktif jika diperlukan. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga dapat dilakukan untuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya. -
Article No. 444 | 23 Sep 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik definisi: Tanda-tanda vital abnormal, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, gelisah, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, tanda-tanda vital stabil, dan mampu beradaptasi dengan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, distraksi, dan edukasi terkait nyeri.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard akut
SDKI:
- Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik definisi: Sesak napas saat beraktivitas, kelelahan, dan gangguan pola tidur.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan, dan tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen aktivitas, perencanaan aktivitas, edukasi terkait toleransi aktivitas, dan pemberian oksigen.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2
SDKI:
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah didefinisikan sebagai kerentanan terhadap fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
- Karakteristik definisi: Riwayat diabetes melitus, pola makan yang tidak teratur, dan gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal, tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.
SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen diabetes, edukasi terkait diet, aktivitas fisik, pemantauan glukosa darah, dan pemberian obat antidiabetes.
Penjelasan singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan di Indonesia. SDKI berisi daftar diagnosis keperawatan, SLKI berisi luaran keperawatan yang diharapkan, dan SIKI berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 445 | 23 Sep 2024
Klinis : Panas sudah 4 hari ini, sempat kejang kurang lebih 2 menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu panas sudah 4 hari dan pernah mengalami kejang selama kurang lebih 2 menit, maka berikut adalah beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Klien menunjukkan suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi atau cedera, dan nyaman.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen hipertermia, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat penurun panas, dan memberikan kompres hangat.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kejang
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Kejang adalah kerentanan terhadap kejang yang dapat mengganggu aktivitas.
- SLKI: Klien tidak mengalami kejang, dapat beraktivitas tanpa hambatan, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pengkajian faktor risiko kejang, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antikonvulsan, dan pengajaran tentang pencegahan kejang.
3. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Toleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan Toleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebabkan oleh kelemahan, kelelahan, atau ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi vital.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian dukungan emosional.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat dapat ditentukan setelah melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap pasien. Penjelasan di atas hanya merupakan contoh berdasarkan informasi yang diberikan.