Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2319 | 15 Oct 2024
Klinis : pasien dengan Ca Paru: Tn. B pada tanggal 21 Februari 2023 jam 08.30 wib di Ruangan Rawat inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan klien berjenis kelamin laki-laki, klien berumur 68 tahun. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari Tn. B mengeluhkan susah bernapas karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang sesaknya bertambah, klien juga mengatakan susah untuk tidur karena menahan rasa nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri terasa seperti ditekan beban, berlangsung hilang timbul dengan durasi ± 3 menit, dengan skala nyeri 5, klien juga mengatakan badanya terasa lemah letih dan lesu dan mudah lelah, klien juga mengatakan kaki dan tanganya terasa dingin. Klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg) mengalami penurunan 5 %, klien juga mengatakan makanan yang disediakan di rumah sakit sering tidak habis, dan klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas dan sesak napas saat melakukan aktivitas dan juga merasakan lemah. Saat ini klien tampak sesak napas disertai batuk dan secret tampak sulit dikeluarkan dan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, saat batuk klien tampak meringgis dan menekan daerah dada untuk menghindari nyeri, akral teraba dingin, CRT 3 detik dan kulit pasien tampak pucat, klien tampak kurus, klien tampak lemah dan terpasang cairan infus Nacl 0,9% 8 jam/kolf dengan Vital Sign pasien, Tekanan Darah: 96/44 mmHg, Nadi: 84x/menit, pernapasan: 26x/menit, suhu: 37°C, SPO 2: 94%. Klien merupakan perokok berat, klien sudah merokok sejak SMA dari umur 18 tahun, klien merokok sekitar 2 bungkus perharinya selama 50 tahun dan sudah berhenti merokok sejak 1 bulan yang lalu. Klien juga merupakan seorang petani dan sering menggunakan pestisida semprot, sebelumnya klien tidak pernah di rawat di RS, dan klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg : 5%), klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit TB Paru, Diabetes Melitus dan Hipertensi, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan. Pasien mengatakan jika dia demam melakukan pengobatan di kepelayanan kesehatan terdekat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34.9
- Deskripsi: Kanker paru-paru, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 31.42
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak dikategorikan lain
Penjelasan:
Pasien Tn. B didiagnosis dengan Kanker paru-paru (C34.9) berdasarkan gejala yang dialami, seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan penurunan nafsu makan. Gejala-gejala ini umumnya ditemukan pada pasien dengan kanker paru-paru.
Terkait prosedur/tindakan medis, tidak ada informasi spesifik yang disebutkan dalam kasus ini. Namun, bronkoskopi (kode ICD-9-CM 31.42) dapat menjadi salah satu tindakan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis atau mengevaluasi kondisi pasien. Bronkoskopi adalah prosedur endoskopi untuk memeriksa saluran pernapasan bagian dalam.
Dengan demikian, kode ICD-10 untuk diagnosis kanker paru-paru pada pasien Tn. B adalah C34.9, dan tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini. -
Article No. 2320 | 15 Oct 2024
Klinis : pasien dengan Ca Paru: Tn. B pada tanggal 21 Februari 2023 jam 08.30 wib di Ruangan Rawat inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan klien berjenis kelamin laki-laki, klien berumur 68 tahun. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari Tn. B mengeluhkan susah bernapas karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang sesaknya bertambah, klien juga mengatakan susah untuk tidur karena menahan rasa nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri terasa seperti ditekan beban, berlangsung hilang timbul dengan durasi ± 3 menit, dengan skala nyeri 5, klien juga mengatakan badanya terasa lemah letih dan lesu dan mudah lelah, klien juga mengatakan kaki dan tanganya terasa dingin. Klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg) mengalami penurunan 5 %, klien juga mengatakan makanan yang disediakan di rumah sakit sering tidak habis, dan klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas dan sesak napas saat melakukan aktivitas dan juga merasakan lemah. Saat ini klien tampak sesak napas disertai batuk dan secret tampak sulit dikeluarkan dan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, saat batuk klien tampak meringgis dan menekan daerah dada untuk menghindari nyeri, akral teraba dingin, CRT 3 detik dan kulit pasien tampak pucat, klien tampak kurus, klien tampak lemah dan terpasang cairan infus Nacl 0,9% 8 jam/kolf dengan Vital Sign pasien, Tekanan Darah: 96/44 mmHg, Nadi: 84x/menit, pernapasan: 26x/menit, suhu: 37°C, SPO 2: 94%. Klien merupakan perokok berat, klien sudah merokok sejak SMA dari umur 18 tahun, klien merokok sekitar 2 bungkus perharinya selama 50 tahun dan sudah berhenti merokok sejak 1 bulan yang lalu. Klien juga merupakan seorang petani dan sering menggunakan pestisida semprot, sebelumnya klien tidak pernah di rawat di RS, dan klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg : 5%), klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit TB Paru, Diabetes Melitus dan Hipertensi, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan. Pasien mengatakan jika dia demam melakukan pengobatan di kepelayanan kesehatan terdekat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan Ca Paru yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dengan bebas dari sekret atau obstruksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen batuk.
2. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Pasien dapat mengontrol nyeri dan mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan manajemen stres.
3. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas.
4. Diagnosis Keperawatan: Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Risiko yang berkaitan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nutrisi, manajemen mual muntah, dan edukasi tentang nutrisi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan Ca Paru adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki penjelasan singkat dan standar terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 2321 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia 27 tahun P2 Nifas hari 2 dirawat diruang Anggrek. Klien mengeluh nyeri pada luka perineum, nyeri semakin kuat saat melakukan aktifitas nyeri berkurang saat dibawa istirahat, ASI belum keluar dan sejak kemarin belum BAB. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data Td: 120/80 mmHg, Nd: 83x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 37,8 ˚C, skala nyeri 5, reflek patella (+), Homan sign (-), Kekuatan otot Baik, Terdapat luka rupture derajat 1, tampak meringis, luka tampak basah dan terlihat lochea rubra.personal hygiene (-). Perawat memberikan terapai asam mefenamat 500mg, Amoxilin dan paracetamol. Hasil Lab didapatkan: Hb : 13 g/dl, hematorit 45%, Leukosit: 9,500/mm3, Eritrosit 3,14 juta/ mm3, dan trombosit 235,000/ mm3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka perineum
2. Ketidaklancaran eliminasi berhubungan dengan dampak post partum
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Perineum
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri pada luka perineum, nyeri semakin kuat saat melakukan aktivitas, dan berkurang saat istirahat. Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Ketidaklancaran Eliminasi Berhubungan dengan Dampak Post Partum
- SDKI: Konstipasi
- SLKI: Eliminasi Gastrointestinal
- SIKI: Manajemen Konstipasi
Penjelasan: Pasien belum BAB sejak kemarin, yang dapat disebabkan oleh dampak post partum, seperti perubahan pola makan, aktivitas yang terbatas, dan pengaruh obat-obatan.
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Istirahat dan Tidur
- SIKI: Manajemen Gangguan Tidur
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri yang dapat mengganggu pola tidurnya. Nyeri dapat menyebabkan kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur. -
Article No. 2322 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 34 minggu datang ke poli KIA Puskesmas. Pasien mengeluh lemah, mudah capek dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, nadi: 90 X/menit, nafas: 20 kali/menit, suhu: 37oC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi yang ditandai dengan keluhan mudah lelah dan lemah.
2. Edema berhubungan dengan peningkatan retensi cairan yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian data pasien. Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang ditetapkan adalah Intoleransi Aktivitas dan Edema.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Untuk diagnosis Edema, luaran yang diharapkan adalah penurunan pembengkakan pada kaki.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, latihan fisik, dan edukasi tentang aktivitas. Untuk diagnosis Edema, intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, elevasi ekstremitas, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 2323 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang mengancam.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Penjelasan:
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu menunjukkan tanda-tanda atau perilaku yang mengindikasikan keinginan untuk melukai atau membunuh diri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti depresi, stress yang berlebihan, atau masalah psikososial lainnya.
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), tanda dan gejala yang dapat teridentifikasi pada Risiko Bunuh Diri meliputi:
1. Pernyataan verbal tentang ingin mati atau bunuh diri
2. Perilaku mencoba bunuh diri atau mempersiapkan bunuh diri
3. Perubahan mood yang signifikan, seperti depresi atau kecemasan yang berlebihan
4. Penarikan diri dari aktivitas sosial
5. Penyalahgunaan zat, seperti alkohol atau obat-obatan
Selanjutnya, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan beberapa luaran yang perlu dicapai dalam penanganan Risiko Bunuh Diri, seperti:
1. Peningkatan harapan
2. Penurunan keinginan untuk bunuh diri
3. Peningkatan kontrol diri
4. Peningkatan dukungan sosial
Sedangkan dalam SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Asesmen risiko bunuh diri secara komprehensif
2. Pengelolaan krisis dan stabilisasi kondisi
3. Pemberian dukungan emosional dan psikososial
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan.
Sebagai perawat, kita berperan penting dalam mengidentifikasi tanda-tanda risiko bunuh diri, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu pasien keluar dari kondisi yang mengancam tersebut. -
Article No. 2324 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam, mengumpat dengan kata kata kasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kekerasan Verbal
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Risiko Kekerasan Verbal adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami atau melakukan perilaku verbal yang mengancam, memaksa, atau menyakiti orang lain.
SLKI:
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah individu dapat mengendalikan perilaku verbal yang mengancam atau menyakiti, serta dapat berkomunikasi secara efektif dan asertif.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi faktor pencetus dan pola perilaku verbal yang mengancam, serta membantu individu untuk mengelola emosi dan mengembangkan strategi komunikasi yang lebih konstruktif.
2. Konseling: Memberikan dukungan dan bimbingan untuk membantu individu memahami penyebab dan dampak perilaku verbal yang mengancam, serta mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih positif.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi terkait pentingnya komunikasi yang efektif dan asertif, serta dampak negatif dari perilaku verbal yang mengancam.
Sebagai perawat, saya memahami bahwa perilaku verbal yang mengancam atau menyakiti dapat berdampak negatif pada individu dan lingkungannya. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk membantu individu mengelola emosi dan mengembangkan komunikasi yang lebih konstruktif. -
Article No. 2325 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam, mengumpat dengan kata kata kasar,bicara keras, suara ketus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Komunikasi Verbal Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan secara lisan dengan jelas, tepat, dan sesuai situasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku komunikasi verbal membaik
2. Kemampuan komunikasi verbal meningkat
3. Kualitas interaksi komunikasi verbal membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal
2. Kaji kemampuan komunikasi verbal
3. Fasilitasi komunikasi verbal yang efektif
4. Modifikasi lingkungan untuk mendukung komunikasi verbal
Kondisi seperti mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara keras, dan suara ketus menunjukkan adanya Komunikasi Verbal Tidak Efektif yang perlu ditangani oleh perawat. Intervensi keperawatan diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi yang efektif. -
Article No. 2326 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam, mengumpat dengan kata kata kasar,bicara keras, suara ketus,menyerang orang lain
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kekerasan Terhadap Orang Lain
- Penjelasan singkat:
Diagnosa ini menggambarkan adanya potensi atau kemungkinan pasien untuk melakukan tindakan kekerasan baik secara fisik, verbal, maupun psikologis terhadap orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti stres, kemarahan yang tidak terkontrol, masalah mental, atau riwayat kekerasan sebelumnya.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
- Penjelasan singkat:
Diagnosa ini menjelaskan adanya masalah dalam kemampuan pasien untuk menyampaikan informasi atau pesan secara lisan, seperti menggunakan nada bicara yang tinggi, ketus, mengumpat dengan kata-kata kasar, dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa:
1. Risiko Kekerasan Terhadap Orang Lain
- SDKI: Diagnosa ini menggambarkan risiko atau kemungkinan pasien untuk melakukan tindakan kekerasan baik secara fisik, verbal, maupun psikologis terhadap orang lain.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dan dapat berinteraksi dengan orang lain secara aman.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen marah, terapi kognitif perilaku, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
- SDKI: Diagnosa ini menjelaskan adanya masalah dalam kemampuan pasien untuk menyampaikan informasi atau pesan secara lisan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi wicara, latihan komunikasi terapeutik, dan modifikasi lingkungan untuk mendukung komunikasi.
Harapan saya, penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar yang digunakan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang perlu dijelaskan. -
Article No. 2327 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan dirinya adalah seorang yang memiliki ilmu sakti, pasien mengatakan memiliki kota ajaib seperti ka’bah dan berisi uang serta memiliki motor dan mobil. Pasien mengatakan melakukan puasa Daud, puasa Senin-Kamis 4 tahun full, pasien mengatakan yakin bisa berperilaku seperti Nabi Muhammad SAW. Pasien tampak berpenampila bersih, rambut dan kuku pendek dan bersih, dapat merawat dirinya, berpakaian rapi, penggunaan baju sesuai yaitu kancing baju tepat. Dari permbicaraan pasien keras, cepat, saat menjawab pertanyaan pasien bercerita terus, lebih dominan dan tidak mau mengalah, terlihat hiperaktif, wajah pasien terlihat senang, gembira yang berlebihan, afek pasien labil dan mengatakan belum bisa mengontrol emosinya, emosinya cepat berubah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Identitas Diri (Delusi Grandiosa) berhubungan dengan pengalaman distorsi realitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Identitas Diri (Delusi Grandiosa) adalah keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan, kekuatan, atau status diri yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengenali realitas dan menunjukkan konsep diri yang realistis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah Terapi Realitas, Terapi Kognitif, Manajemen Diri, dan Terapi Kelompok.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, seperti keyakinan bahwa dirinya memiliki ilmu sakti, kota ajaib, dan kemampuan seperti Nabi Muhammad SAW, serta perilaku yang hiperaktif, emosional, dan kurang dapat mengontrol diri, maka diagnosis yang sesuai adalah Gangguan Identitas Diri (Delusi Grandiosa). Pasien mengalami distorsi realitas dan keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan dan status dirinya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Terapi Realitas, Terapi Kognitif, Manajemen Diri, dan Terapi Kelompok untuk membantu pasien mengenali realitas dan menunjukkan konsep diri yang realistis. -
Article No. 2328 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia, sudah 13 tahun tinggal di panti jompo. Berdasarkan pengkajian, klien tampak sering menyendiri, menangis, dan saat diajak bicara, tidak mau menatap lawan bicaranya. Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang peduli dengannya dan ia merasa bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya sebagai perawat profesional memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Isolasi Sosial berhubungan dengan kurangnya dukungan sosial, sebagaimana ditunjukkan dengan perilaku sering menyendiri, menangis, dan tidak mau menatap lawan bicara.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Isolasi Sosial didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami pengalaman negatif yang terkait dengan kurangnya atau ketidakmampuan membentuk dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
- Karakteristik definisi: Menarik diri dari interaksi sosial, Menolak kontak dengan orang lain, Mengeluh kesepian, Kurang partisipasi dalam aktivitas sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, Klien dapat meningkatkan dukungan sosial, Klien dapat meningkatkan rasa memiliki.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Terapi Kelompok, Terapi Aktivitas, Konseling, Memfasilitasi Dukungan Sosial, Terapi Reminiscence.
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat membantu klien lansia di panti jompo untuk mengatasi rasa kesepian, meningkatkan hubungan sosial, dan merasa dihargai kembali.