Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 610 | 25 Sep 2024
Klinis : tingkat kecemasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tingkat kecemasan:
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Ansietas: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kontrol Ansietas: Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan meminimalkan perasaan cemas, takut, dan khawatir yang berlebihan.
- Manajemen Ansietas: Tindakan untuk mengenali dan mengurangi perasaan cemas, takut, dan khawatir yang berlebihan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Terapi Relaksasi: Tindakan untuk membantu individu mencapai keadaan rileks dan mengurangi ketegangan fisik dan emosional.
- Terapi Kognitif: Tindakan untuk membantu mengidentifikasi dan mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku yang maladaptif.
- Terapi Musik: Tindakan untuk menggunakan musik sebagai intervensi terapeutik untuk membantu individu mencapai keadaan rileks dan mengurangi kecemasan.
Dalam praktiknya, perawat akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien dengan tingkat kecemasan, kemudian menetapkan diagnosa keperawatan Ansietas. Selanjutnya, perawat akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada luaran terkait kontrol ansietas dan manajemen ansietas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, dan terapi musik, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. -
Article No. 611 | 25 Sep 2024
Klinis : tingkat kecemasan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi tingkat kecemasan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F41.1
- Deskripsi: Gangguan kecemasan umum (GAD)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 300.02
- Deskripsi: Gangguan kecemasan, gangguan kecemasan generalized
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F41.1 untuk Gangguan Kecemasan Umum (GAD):
- Gangguan kecemasan umum adalah kondisi di mana seseorang mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.
- Gejala-gejala yang muncul dapat mencakup gelisah, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur.
- GAD dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup dan fungsi sehari-hari individu yang bersangkutan.
2. Kode ICD-9-CM 300.02 untuk Gangguan Kecemasan, Gangguan Kecemasan Generalized:
- Kode ini digunakan untuk mengkodekan diagnosis yang serupa dengan GAD dalam klasifikasi ICD-10.
- Gangguan kecemasan generalized mencakup kondisi di mana seseorang mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan, yang dapat berdampak pada fungsi sehari-hari.
- Kode ini digunakan sebelum transisi ke sistem klasifikasi ICD-10 yang lebih komprehensif. -
Article No. 612 | 25 Sep 2024
Klinis : diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi diabetes melitus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengendalian Diabetes
- Definisi: Keadaan di mana individu gagal untuk mengendalikan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Kadar glukosa darah tidak dalam rentang normal.
- Faktor yang Berhubungan: Ketidakmampuan dalam manajemen diri, kurangnya pengetahuan tentang diabetes, stres, obat-obatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan pengendalian diabetes yang efektif.
- Indikator: Kadar glukosa darah dalam rentang normal, pemantauan glukosa darah dilakukan secara teratur, perilaku perawatan diri yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Edukasi manajemen diabetes, monitoring glukosa darah, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, manajemen stres.
Penjelasan Singkat:
Diabetes melitus adalah kondisi kronis di mana tubuh tidak dapat mengatur kadar gula darah dengan baik. Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Pengendalian Diabetes" menggambarkan keadaan di mana pasien gagal untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya dalam rentang normal. SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan panduan untuk mengidentifikasi, menetapkan tujuan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat dalam menangani masalah ini, sehingga pasien dapat mencapai pengendalian diabetes yang efektif. -
Article No. 613 | 25 Sep 2024
Klinis : Psikoterapi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi psikoterapi:
Diagnosis Keperawatan:
1. Koping Individu Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan seseorang untuk melakukan adaptasi secara mandiri terhadap stressor atau perubahan dalam kehidupan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah, Kurangnya dukungan sosial, Ketidakmampuan mengenali emosi
- Gejala dan Tanda: Kesulitan mengambil keputusan, Perasaan tidak mampu mengatasi masalah, Strategi koping maladaptif
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Kemampuan melakukan koping efektif, Mampu mengatasi stressor, Menunjukkan strategi koping adaptif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Terapi Kognitif, Terapi Perilaku, Latihan Manajemen Stres, Dukungan Kelompok, Terapi Psikoreligius
2. Kecemasan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respon otonom, perasaan tegang yang mempengaruhi perilaku, kognitif, dan fisik individu.
SDKI:
- Penyebab: Perubahan status kesehatan, Ancaman integritas diri, Perubahan lingkungan
- Gejala dan Tanda: Gelisah, Sulit konsentrasi, Peningkatan denyut jantung
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Kecemasan berkurang, Mampu mengatasi kecemasan, Menunjukkan strategi koping efektif
SIKI:
- Intervensi: Terapi Relaksasi, Terapi Psikoreligius, Terapi Kognitif, Terapi Perilaku, Terapi Suportif
Penjelasan singkat:
Psikoterapi merupakan bentuk terapi yang berfokus pada masalah psikologis atau emosional individu. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul terkait psikoterapi adalah Koping Individu Tidak Efektif dan Kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi terapi kognitif, terapi perilaku, latihan manajemen stres, dukungan kelompok, dan terapi psikoreligius untuk membantu individu mengembangkan koping yang efektif dan mengurangi kecemasan. -
Article No. 614 | 25 Sep 2024
Klinis : Pasien atas nama Tn. M usia 58 tahun, berstatus sebagai buruh kasar, agama Islam, alamat Jl Rajawali No. 4 menggunakan BPJS dengan diagnosa Tumor Otak. Pasien masuk ke ruangan IGD RSUD Labuang Baji pada tanggal 3 Mei 2023. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu, pasien juga tampak meringis dan mengeluh sesak napas. Selama di rumah, pasien diberikan obat Panadol oleh keluarga untuk meredakan nyeri kepala, dari upaya yang diberikan keluarga karena tidak membawa hasil, sehingga pada tanggal 3 Mei 2023 pada pukul 09.00 WIB keluarga membawa pasien ke RSUD Labuang Baji untuk mendapat penanganan segera. Setelah dilakukan pemeriksaan dan penanganan di IGD pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan direncanakan tindakan operasi pasien karena mengalami penurunan kesadaran sehingga dipindahkan di ICU untuk dilakukan pemasangan ventilator mekanik dengan mode SIMV. Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data tampak pasien mengalami penurunan kesadaran dengan tingkat kesadaran Somnolen GCS E4 V0 M6. Pasien tampak gelisah, tampak pasien pucat, KU lemah, pola napas abnormal, tampak pasien mengalami kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri, hasil observasi TTV tekanan darah: 147/64 mmHg, nadi: 97x/menit, suhu: 36,5°C, respirasi: 24x/menit, tampak ventilator dengan mode SIMV dan tidal volume : 377, saturasi sebelum menggunakan ventilator 70%, saturasi saat menggunakan ventilator 100%. Tampak terpasang Nacl 0.9% 500 ml pada tangan kanan dan Nacl 0,9% 500 ml 16 tpm pada kaki kanan, syringe pump fentanyl 30 mg/jam, drain 100cc, NGT 150cc berwarna hijau kehitaman. Pada perawatan hari pertama pasien dilepaskan ventilator dan dipasangkan NRM 12 Lpm. Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala didapatkan abses cerebri. Hasil foto Thoraks pneumonia. Hasil Laboratorium HB : 9.6, HCT : 28.2, WBC : 9.53, Albumin : 2.55, Trombosit : 194, Ureum : 36, Kreatin : 0.82.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. M yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan/atau mengeluarkan karbon dioksida.
- SLKI: Intervensi - Ventilasi Mekanik, Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi.
- SIKI: Luaran - Pertukaran Gas, Pola Napas, Oksigenasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Definisi - Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Intervensi - Manajemen Nyeri, Manajemen Farmakologis Nyeri.
- SIKI: Luaran - Kontrol Nyeri, Kenyamanan.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakstabilan Tanda Vital
- SDKI: Definisi - Fluktuasi tanda-tanda vital di luar rentang normal yang mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi - Manajemen Tanda Vital, Pemantauan Tanda Vital.
- SIKI: Luaran - Tanda Vital, Perfusi Jaringan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Perfusi Serebral
- SDKI: Definisi - Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam fungsi otak.
- SLKI: Intervensi - Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial, Manajemen Neurologis.
- SIKI: Luaran - Fungsi Neurologis, Perfusi Jaringan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan atau respon manusia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diinginkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan untuk menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. -
Article No. 615 | 25 Sep 2024
Klinis : Kasus: Bapak Heru berusia 62 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Umum RSUI. Pasien mengeluh sudah satu minggu mengalami hambatan aktifitas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang hobby berkebun. Pasien mengatakan, “Saya stress Ners, kenapa saya mudah lelah dan akhirnya Saya lebih banyak diam di rumah”. Ners Asti membaca rekam medis pasien yang tertulis bahwa pasien memiliki riwayat penyakit jantung kongestif. Pengkajian anamnesa didapatkan data bahwa Pasien mengalami kenaikan berat badan dari 72 kg menjadi 89 kg. Saat ini aktifitas pasien bertambah karena membeli kebun dan kolam ikan yang dikelola sendiri sebagai hobi. Aktivitas harian biasanya pasien mulai berkebun dari pukul 07.30 sd 11.00 WIB namun seminggu ini terasa berat dan sesak sehingga hanya melakukannya 2 jam saja. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg (saat istirahat) dan 164/96 mmHg (setelah jalan ditempat 15 menit); frekuensi nadi: 96x/menit teratur (saat istirahat), 120x/menit teratur (setelah jalan ditempat 15 menit), frekuensi napas 20 x/menit (saat 32 x/menit (setelah jalan ditempat 15 menit)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, dapat dirumuskan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik yang tidak sesuai dengan suplai oksigen, ditandai dengan keluhan mudah lelah, sesak napas, dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas berkebun.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis keperawatan Intoleransi Aktivitas adalah Toleransi Aktivitas yang meningkat, ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
b. Atur aktivitas sesuai toleransi pasien, dengan menjadwalkan periode istirahat yang cukup.
c. Anjurkan pasien melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya manajemen aktivitas dan pengenalan tanda-tanda intoleransi aktivitas. -
Article No. 616 | 25 Sep 2024
Klinis : Kasus: Bapak Heru berusia 62 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Umum RSUI. Pasien mengeluh sudah satu minggu mengalami hambatan aktifitas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang hobby berkebun. Pasien mengatakan, “Saya stress Ners, kenapa saya mudah lelah dan akhirnya Saya lebih banyak diam di rumah”. Ners Asti membaca rekam medis pasien yang tertulis bahwa pasien memiliki riwayat penyakit jantung kongestif. Pengkajian anamnesa didapatkan data bahwa Pasien mengalami kenaikan berat badan dari 72 kg menjadi 89 kg. Saat ini aktifitas pasien bertambah karena membeli kebun dan kolam ikan yang dikelola sendiri sebagai hobi. Aktivitas harian biasanya pasien mulai berkebun dari pukul 07.30 sd 11.00 WIB namun seminggu ini terasa berat dan sesak sehingga hanya melakukannya 2 jam saja. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg (saat istirahat) dan 164/96 mmHg (setelah jalan ditempat 15 menit); frekuensi nadi: 96x/menit teratur (saat istirahat), 120x/menit teratur (setelah jalan ditempat 15 menit), frekuensi napas 20 x/menit (saat 32 x/menit (setelah jalan ditempat 15 menit)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan kardiovaskular, ditandai dengan cepat lelah, sesak napas saat beraktivitas.
Penjelasan SDKI:
- Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jaringan.
- Gejala: Cepat lelah, sesak napas, peningkatan TTV saat aktivitas.
Penjelasan SLKI:
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Edukasi Manajemen Energi.
- Tujuan: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan tanpa mengalami kelelahan atau sesak napas yang berlebihan.
Penjelasan SIKI:
- Intervensi: Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (jantung, fisioterapi) untuk evaluasi dan perencanaan aktivitas yang tepat.
- Implementasi: Membantu pasien merencanakan aktivitas, mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan, memantau TTV selama aktivitas.
- Evaluasi: Pasien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan atau dibutuhkan tanpa mengalami kelelahan atau sesak napas yang berlebihan. -
Article No. 617 | 25 Sep 2024
Klinis : Kasus: Bapak Heru berusia 62 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Umum RSUI. Pasien mengeluh sudah satu minggu mengalami hambatan aktifitas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang hobby berkebun. Pasien mengatakan, “Saya stress Ners, kenapa saya mudah lelah dan akhirnya Saya lebih banyak diam di rumah”. Ners Asti membaca rekam medis pasien yang tertulis bahwa pasien memiliki riwayat penyakit jantung kongestif. Pengkajian anamnesa didapatkan data bahwa Pasien mengalami kenaikan berat badan dari 72 kg menjadi 89 kg. Saat ini aktifitas pasien bertambah karena membeli kebun dan kolam ikan yang dikelola sendiri sebagai hobi. Aktivitas harian biasanya pasien mulai berkebun dari pukul 07.30 sd 11.00 WIB namun seminggu ini terasa berat dan sesak sehingga hanya melakukannya 2 jam saja. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg (saat istirahat) dan 164/96 mmHg (setelah jalan ditempat 15 menit); frekuensi nadi: 96x/menit teratur (saat istirahat), 120x/menit teratur (setelah jalan ditempat 15 menit), frekuensi napas 20 x/menit (saat 32 x/menit (setelah jalan ditempat 15 menit)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan kelelahan, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital saat beraktivitas.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan pada tingkat energi yang diharapkan.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan, dispnea, adanya perubahan tanda-tanda vital (peningkatan atau penurunan) saat beraktivitas, keterbatasan dalam aktivitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Toleransi aktivitas meningkat, kelelahan berkurang, tidak ada tanda-tanda penurunan tanda vital yang signifikan saat aktivitas.
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tidak ada dispnea saat aktivitas, tanda-tanda vital stabil selama aktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Edukasi Aktivitas, Pemantauan Tanda Vital, Pembatasan Aktivitas, Terapi Latihan.
- Tujuan Intervensi: Membantu pasien dalam mengatur energi, meningkatkan toleransi aktivitas, mencegah komplikasi akibat intoleransi aktivitas.
Penjelasan singkat:
Pasien Bapak Heru mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan kelelahan, sesak napas, dan perubahan tanda-tanda vital saat melakukan aktivitas berkebun. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang dapat dipengaruhi oleh riwayat penyakit jantung kongestif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen energi, edukasi aktivitas, pemantauan tanda vital, pembatasan aktivitas, dan terapi latihan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitasnya. -
Article No. 618 | 25 Sep 2024
Klinis : Kasus: Bapak Heru berusia 62 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Umum RSUI. Pasien mengeluh sudah satu minggu mengalami hambatan aktifitas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang hobby berkebun. Pasien mengatakan, “Saya stress Ners, kenapa saya mudah lelah dan akhirnya Saya lebih banyak diam di rumah”. Ners Asti membaca rekam medis pasien yang tertulis bahwa pasien memiliki riwayat penyakit jantung kongestif. Pengkajian anamnesa didapatkan data bahwa Pasien mengalami kenaikan berat badan dari 72 kg menjadi 89 kg. Saat ini aktifitas pasien bertambah karena membeli kebun dan kolam ikan yang dikelola sendiri sebagai hobi. Aktivitas harian biasanya pasien mulai berkebun dari pukul 07.30 sd 11.00 WIB namun seminggu ini terasa berat dan sesak sehingga hanya melakukannya 2 jam saja. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg (saat istirahat) dan 164/96 mmHg (setelah jalan ditempat 15 menit); frekuensi nadi: 96x/menit teratur (saat istirahat), 120x/menit teratur (setelah jalan ditempat 15 menit), frekuensi napas 20 x/menit (saat 32 x/menit (setelah jalan ditempat 15 menit)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang relevan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mudah lelah, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital setelah aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan dan dibutuhkan, akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Faktor Risiko: Penyakit kardiovaskular, nutrisi yang tidak adekuat.
- Karakteristik Definisi: Mudah lelah, sesak napas, peningkatan tanda-tanda vital setelah aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dan mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Manajemen Jantung Gagal, Edukasi Manajemen Penyakit Kronis.
- Tujuan: Membantu pasien mengatur aktivitas, menggunakan energi secara efektif, mengelola gejala penyakit jantung, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit kronis.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan mudah lelah, sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital setelah aktivitas. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang kemungkinan terkait dengan riwayat penyakit jantung kongestif yang dimiliki pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien mengatur aktivitas, menggunakan energi secara efektif, mengelola gejala penyakit jantung, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit kronis. -
Article No. 619 | 25 Sep 2024
Klinis : Kasus: Bapak Heru berusia 62 tahun yang melakukan kunjungan ke Poli Umum RSUI. Pasien mengeluh sudah satu minggu mengalami hambatan aktifitas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang hobby berkebun. Pasien mengatakan, “Saya stress Ners, kenapa saya mudah lelah dan akhirnya Saya lebih banyak diam di rumah”. Ners Asti membaca rekam medis pasien yang tertulis bahwa pasien memiliki riwayat penyakit jantung kongestif. Pengkajian anamnesa didapatkan data bahwa Pasien mengalami kenaikan berat badan dari 72 kg menjadi 89 kg. Saat ini aktifitas pasien bertambah karena membeli kebun dan kolam ikan yang dikelola sendiri sebagai hobi. Aktivitas harian biasanya pasien mulai berkebun dari pukul 07.30 sd 11.00 WIB namun seminggu ini terasa berat dan sesak sehingga hanya melakukannya 2 jam saja. Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah 146/89 mmHg (saat istirahat) dan 164/96 mmHg (setelah jalan ditempat 15 menit); frekuensi nadi: 96x/menit teratur (saat istirahat), 120x/menit teratur (setelah jalan ditempat 15 menit), frekuensi napas 20 x/menit (saat 32 x/menit (setelah jalan ditempat 15 menit)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional akibat penyakit jantung kongestif.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Keterbatasan fisik dan/atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
- Faktor Berhubungan: Penurunan kapasitas fungsional, seperti penyakit jantung kongestif.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melaksanakan aktivitas harian tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Pasien dapat menggunakan teknik pengaturan energi saat melakukan aktivitas.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi: Tindakan untuk membantu pasien mengatur penggunaan energi selama aktivitas untuk menghindari kelelahan.
- Intervensi:
- Identifikasi faktor yang memengaruhi toleransi aktivitas.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sesuai dengan kapasitas.
- Ajarkan teknik pengaturan energi, seperti pengaturan jadwal aktivitas dan istirahat.
- Monitoring tanda-tanda intoleransi aktivitas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kapasitas fungsional.
Berdasarkan kasus, pasien Bapak Heru mengalami hambatan aktivitas yang dipengaruhi oleh riwayat penyakit jantung kongestif, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Energi untuk membantu pasien mengatur penggunaan energi selama aktivitas dan meningkatkan kapasitas fungsionalnya.