Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 717 | 27 Sep 2024
Klinis : intervensi apa untuk pasien BPH dengan diagnosa gangguan eliminasi urin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi pasien dengan benign prostatic hyperplasia (BPH) yang disertai dengan gangguan eliminasi urin, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N40.1
- Deskripsi: Benign prostatic hyperplasia dengan obstruksi dan other lower urinary tract symptoms (LUTS)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 60.2
- Deskripsi: Transurethral resection of prostate (TURP)
Penjelasan:
- Kode ICD-10 N40.1 menggambarkan kondisi benign prostatic hyperplasia (BPH) dengan gejala obstruksi dan gangguan eliminasi urin lainnya (LUTS).
- Kode ICD-9-CM 60.2 mengacu pada tindakan transurethral resection of prostate (TURP), yang merupakan salah satu intervensi utama untuk mengatasi gejala BPH dengan gangguan eliminasi urin.
- TURP adalah prosedur pembedahan minimal invasif yang dilakukan untuk mengurangi ukuran prostat yang membesar dan memperbaiki aliran urin.
- Tindakan lain yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah terapi farmakologis, seperti penggunaan obat-obatan alfa-blocker atau inhibitor 5-alpha reductase, atau intervensi lainnya seperti transurethral needle ablation (TUNA) atau holmium laser enucleation of the prostate (HoLEP). -
Article No. 718 | 27 Sep 2024
Klinis : intervensi apa untuk pasien BPH dengan diagnosa gangguan eliminasi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan mengenai diagnosis keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien BPH dengan gangguan eliminasi urin:
Diagnosis Keperawatan:
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan hipertrofi prostat jinak (BPH) ditandai dengan gejala seperti poliuria, nokturia, disuria, retensi urin, dan inkontinensia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Eliminasi Urin
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap pada waktu yang diinginkan.
- Faktor yang berhubungan: Obstruksi aliran urin, penurunan kontraktilitas otot detrusor.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keefektifan Pola Berkemih
- Definisi: Kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap pada waktu yang diinginkan.
- Indikator: Frekuensi berkemih, volume urin, nyeri saat berkemih, masalah inkontinensia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Gangguan Eliminasi Urin
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu klien mengatasi masalah dalam mengosongkan kandung kemih.
- Tindakan Keperawatan:
- Nilai pola eliminasi urin: frekuensi, volume, nyeri saat berkemih, inkontinensia.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) untuk evaluasi dan manajemen BPH.
- Ajarkan teknik berkemih yang benar dan latihan otot dasar panggul (Kegel).
- Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda infeksi saluran kemih.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen BPH dan gangguan eliminasi urin.
Jadi, intervensi keperawatan utama untuk pasien BPH dengan gangguan eliminasi urin adalah manajemen gangguan eliminasi urin, yang meliputi penilaian pola eliminasi urin, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, edukasi, dan latihan otot dasar panggul. -
Article No. 719 | 27 Sep 2024
Klinis : keluarga mengatakan badan sebelah kiri tidak bisa di gerakan keluarga mengatakan untuk kegiatan sehari hari di bantu sebagian pasien terlihat sulit menggerakan kaki dan tangan kiri pasien terlihat di bantu untuk melakukan aktifitas tekanan darah : 186/98 nadi : 79 frekuensi pernapasan : 20 spo2 : 96 e4-m6-v5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi stroke. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI terkait kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Fungsi Motorik Akibat Stroke
2. Gangguan Aktivitas Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan Fungsi Motorik Akibat Stroke
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lain.
- Gangguan Aktivitas Perawatan Diri: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri yang disebabkan oleh penurunan fungsi fisik, psikologis, atau kognitif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Gangguan Mobilitas Fisik, luaran yang diharapkan adalah Mobilitas Fisik Membaik, dengan indikator seperti Kemampuan Mobilisasi Meningkat, Kekuatan Otot Membaik, dan Koordinasi Motorik Membaik.
- Untuk Gangguan Aktivitas Perawatan Diri, luaran yang diharapkan adalah Perawatan Diri Membaik, dengan indikator seperti Kemampuan Mandi Meningkat, Kemampuan Berpakaian Meningkat, dan Kemampuan Makan Meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik dapat berupa Latihan Gerak Aktif dan Pasif, Terapi Okupasi, dan Perawatan Neuromuskular.
- Intervensi untuk Gangguan Aktivitas Perawatan Diri dapat berupa Pelatihan Aktivitas Perawatan Diri, Bantuan Perawatan Diri, dan Edukasi Keluarga dalam Perawatan Diri.
Kesimpulan, berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami stroke yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan aktivitas perawatan diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi latihan, terapi okupasi, dan pelatihan aktivitas perawatan diri dengan melibatkan keluarga. -
Article No. 720 | 27 Sep 2024
Klinis : pasien mengatakan tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakan pasien mengeluh kepala terasa pusing pasien tampak lemah pasien terlihat meringis pasien terlihat tidak bisa mengerakan tangan dan kaki kiri tekanan darah : 186/98 nadi : 79 frekuensi pernapasan : 20 spo2 : 96 kesadaran pasien : e4-m6-v5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, dapat diberikan beberapa diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan:
a. Gangguan Mobilitas Fisik
- Penjelasan: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan anggota tubuh (tangan dan kaki kiri) yang disebabkan oleh disfungsi neuromuskular.
b. Nyeri Akut
- Penjelasan: Pasien menunjukkan gejala nyeri, seperti meringis, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis.
c. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral
- Penjelasan: Pasien memiliki tanda-tanda penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan otak, seperti pusing, lemah, dan gangguan kesadaran.
2. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
a. Gangguan Mobilitas Fisik:
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dari satu posisi ke posisi lain.
- Faktor Risiko: Disfungsi neuromuskular, seperti stroke.
b. Nyeri Akut:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Kerusakan jaringan, inflamasi.
c. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
- Definisi: Ketidakadekuatan suplai darah dan oksigen ke jaringan otak.
- Penyebab: Perubahan hemodinamik, seperti peningkatan tekanan darah.
3. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) akan disesuaikan dengan masing-masing diagnosis keperawatan dan kondisi pasien.
Secara umum, intervensi keperawatan yang dapat diberikan mencakup manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan mobilitas, dan intervensi untuk mengatasi gangguan perfusi serebral, seperti pemantauan neurologi dan manajemen hipertensi. -
Article No. 721 | 27 Sep 2024
Klinis : risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan untuk Risiko Jatuh:
1. Risiko Jatuh
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Penurunan kemampuan fisik, psikologis, atau kognitif yang meningkatkan kemungkinan individu untuk mengalami terjatuh.
- Karakteristik Utama: Riwayat jatuh, gangguan keseimbangan, gangguan gaya berjalan, penggunaan alat bantu jalan, penurunan visus, lingkungan yang tidak aman, dan perubahan kondisi kesehatan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang Diharapkan: Tidak terjadi jatuh, angka jatuh minimal, dan klien melakukan pencegahan jatuh.
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor risiko jatuh, modifikasi lingkungan, anjurkan penggunaan alat bantu, dan latihan keseimbangan dan mobilisasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi risiko jatuh, atur lingkungan yang aman, ajarkan dan bantu penggunaan alat bantu, dan latihan keseimbangan dan mobilisasi.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi riwayat jatuh, nilai kemampuan fisik dan kognitif, modifikasi lingkungan, berikan alat bantu, dan kembangkan program latihan.
Dalam mengelola risiko jatuh, perawat perlu mengkaji faktor-faktor risiko, mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan dan intervensi keperawatan yang sesuai, serta memantau efektivitas tindakan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien. -
Article No. 722 | 27 Sep 2024
Klinis : sesak, batuk berdahak, ada whizing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Penjelasan singkat:
Bersihan jalan napas tidak efektif terjadi ketika ada gangguan pada pembersihan sekresi atau obstruksi jalan napas, sehingga menyebabkan sesak napas, batuk berdahak, dan wheezing.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pembersihan jalan napas yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Karakteristik utama: Sesak napas, batuk berdahak, wheezing.
- Faktor terkait: Sekresi berlebihan, edema, kelemahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Bersihan jalan napas efektif, pola napas normal, tidak ada tanda-tanda distres napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen jalan napas
- Terapi oksigen
- Manajemen batuk
- Instruksi batuk efektif
- Monitoring respirasi -
Article No. 723 | 27 Sep 2024
Klinis : badan lemah tidak kuat berdiri, sesak, tidak nafsu makan, batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu badan lemah, tidak kuat berdiri, sesak, tidak nafsu makan, dan batuk berdahak, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami beberapa masalah kesehatan. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diberikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keterbatasan kemampuan fisik, psikologis, dan/atau sosial untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan di lingkungan tempat tinggal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Kemandirian Aktivitas Meningkat
3. Kelelahan Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Peningkatan Mobilitas
3. Terapi Energi
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
SDKI:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SLKI:
1. Jalan Napas Efektif
2. Fungsi Pernapasan Membaik
3. Pengeluaran Sekret Membaik
SIKI:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Fisioterapi Dada
3. Suction
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI:
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI:
1. Status Gizi Membaik
2. Berat Badan Membaik
3. Nafsu Makan Membaik
SIKI:
1. Manajemen Nutrisi
2. Intervensi Oral
3. Promosi Nutrisi
Dengan diagnosa keperawatan tersebut, perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi, serta memantau dan mengevaluasi perkembangannya. -
Article No. 724 | 27 Sep 2024
Klinis : pasien tampak sesak nafas riwayat anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang tampak sesak nafas dengan riwayat anemia, berikut adalah diagnosis keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi (SDKI): Ketidakmampuan untuk menarik atau mengeluarkan nafas secara normal.
- Faktor yang Berhubungan (SDKI): Anemia.
- Gejala dan Tanda (SDKI): Sesak napas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pola Napas Efektif
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Tidak ada rasa sesak
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Tindakan Keperawatan:
- Identifikasi pola napas
- Monitor tanda-tanda vital
- Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan anemia
Penjelasan singkat:
Diagnosis keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk menarik atau mengeluarkan napas secara normal, yang dapat disebabkan oleh anemia. Luaran yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, dengan kriteria hasil seperti frekuensi napas normal, irama teratur, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada rasa sesak. Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang mencakup identifikasi pola napas, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian posisi yang nyaman, pemberian oksigen, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan anemia. -
Article No. 725 | 27 Sep 2024
Klinis : intoleransi aktivitas riwayat anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kode ICD-10: R53.1
- Deskripsi: Intoleransi Aktivitas
2. Riwayat Anemia:
- Kode ICD-10: Z86.2
- Deskripsi: Riwayat anemia
Penjelasan:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kode ICD-10 R53.1 (Intoleransi Aktivitas) digunakan untuk mengidentifikasi kondisi di mana seseorang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik atau mengalami kelelahan yang berlebihan setelah melakukan aktivitas.
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik mengacu pada "Intoleransi Aktivitas", karena ini adalah istilah yang lebih baru dan lebih terkait dengan ICD-10.
2. Riwayat Anemia:
- Kode ICD-10 Z86.2 (Riwayat anemia) digunakan untuk mencatat riwayat anemia dalam catatan medis pasien, meskipun saat ini pasien tidak lagi mengalami anemia.
- Tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik mengacu pada "Riwayat Anemia", karena pengodean ini lebih terkait dengan ICD-10. -
Article No. 726 | 27 Sep 2024
Klinis : intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.83
- Deskripsi: Intoleransi aktivitas
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 285.9
- Deskripsi: Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R53.83 (Intoleransi aktivitas) digunakan untuk menggambarkan kondisi intoleransi atau ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik atau fungsional sehari-hari. Dalam kasus ini, intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
2. Kode ICD-9-CM 285.9 (Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mengidentifikasi kondisi anemia yang tidak diklasifikasikan secara spesifik ke dalam kategori lain. Anemia dapat menyebabkan gejala kelelahan, kelemahan, dan intoleransi terhadap aktivitas fisik.
Dalam kasus ini, pasien mengalami intoleransi aktivitas yang disebabkan oleh anemia. Kode ICD-10 R53.83 digunakan untuk mencatat kondisi intoleransi aktivitas, sedangkan kode ICD-9-CM 285.9 digunakan untuk mencatat diagnosis anemia yang menjadi penyebab dari intoleransi aktivitas tersebut.