Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 845 | 28 Sep 2024
Klinis : SDKI gangguan pola suara kode
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi gangguan pola suara:
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Suara (SDKI kode: 07040)
2. Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Suara merupakan diagnosa keperawatan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi individu dengan perubahan pada kualitas, intensitas, atau karakter suara yang mengganggu komunikasi.
- Karakteristik definisi dari Gangguan Pola Suara mencakup beberapa aspek, seperti perubahan pada pitch, volume, atau kekuatan suara, suara serak, atau perubahan pada kemampuan berbicara.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari Gangguan Pola Suara adalah peningkatan kemampuan berbicara dan komunikasi, perbaikan kualitas suara, serta pencapaian kemampuan vokalisasi yang optimal.
- Contoh luaran spesifik yang dapat diukur, seperti pasien dapat berbicara dengan volume dan pitch yang sesuai, serta dapat menyampaikan pesan secara efektif.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Suara meliputi terapi vokal, latihan pernapasan, dan pemberian edukasi terkait perawatan suara.
- Contoh intervensi spesifik, seperti latihan teknik pernapasan diafragma, latihan artikulasi, serta pemberian informasi mengenai penggunaan suara yang tepat dan perawatan suara.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi ini dapat disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 846 | 28 Sep 2024
Klinis : SDKI gangguan pola suara kode 07040 atau 10053
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan pola suara dengan kode 07040 atau 10053:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Suara
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 07040 atau 10053
- Definisi: Perubahan dalam kualitas, pitch, volume, atau ketepatan suara yang mempengaruhi komunikasi dan interaksi.
- Karakteristik Utama: Perubahan suara, misalnya serak, suara parau, suara monoton, suara bergetar, atau suara rendah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mempertahankan pola suara yang efektif.
- Indikator Hasil: Pasien menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara efektif, pasien menunjukkan kemampuan untuk berbicara dengan jelas, pasien menunjukkan perbaikan dalam kualitas suara.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Terapi Wicara, Terapi Suara, Teknik Komunikasi.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan atau meningkatkan pola suara yang efektif, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan mengurangi gangguan dalam pola suara.
- Aktivitas Keperawatan: Melakukan evaluasi pola suara, mengidentifikasi penyebab gangguan pola suara, memberikan terapi wicara atau terapi suara, mengajarkan teknik komunikasi efektif, dan memantau efektivitas intervensi.
Dalam praktiknya, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk membantu pasien dalam mengatasi gangguan pola suara dan mempertahankan kemampuan komunikasi yang efektif. -
Article No. 847 | 28 Sep 2024
Klinis : SDKI gangguan pola suara kode 07040 atau 10053 yang benar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Suara
Definisi:
Gangguan dalam produksi suara yang menyebabkan perubahan kualitas, volume, atau resonansi suara.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode SDKI: 07040 atau 10053
- Definisi: Perubahan dalam produksi suara yang menyebabkan perubahan kualitas, volume, atau resonansi suara.
- Karakteristik Definisi:
- Perubahan suara (serak, serak, berbisik, atau bergetar)
- Perubahan volume suara (peningkatan atau penurunan volume)
- Perubahan resonansi suara (nasal atau hipernasalitas)
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Klien menunjukkan pola suara yang efektif.
- Kriteria Hasil:
- Klien menunjukkan suara yang jelas dan lancar
- Klien menunjukkan volume suara yang sesuai
- Klien menunjukkan resonansi suara yang baik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Pola Suara
- Terapi Suara
- Edukasi Kesehatan
- Aktivitas Keperawatan:
- Mengevaluasi pola suara klien
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola suara
- Memberikan latihan pernafasan dan teknik fonasi
- Mengajarkan teknik penggunaan suara yang efektif
- Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang gangguan pola suara
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Pola Suara" dengan kode SDKI 07040 atau 10053. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen pola suara, terapi suara, dan edukasi kesehatan untuk membantu klien mencapai pola suara yang efektif. -
Article No. 848 | 28 Sep 2024
Klinis : Nomor kode SDKI Gangguan pola suara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah informasi mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi "Gangguan Pola Suara":
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Suara
Penjelasan Singkat:
Gangguan Pola Suara merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan perubahan atau masalah dalam produksi suara yang mengganggu komunikasi dan interaksi sosial.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00051
Judul: Gangguan Pola Suara
Definisi: Gangguan dalam produksi suara yang mengganggu komunikasi.
Karakteristik Utama:
1. Suara serak
2. Suara parau
3. Suara monoton
4. Suara lemah
5. Suara bergetar
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01654
Judul: Kemampuan Komunikasi Verbal
Definisi: Kemampuan individu untuk menyampaikan pesan atau informasi secara lisan.
Kriteria Hasil:
1. Menggunakan nada suara yang tepat
2. Menggunakan artikulasi yang jelas
3. Berbicara dengan kecepatan yang sesuai
4. Mengekspresikan diri dengan baik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 03201
Judul: Terapi Suara
Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu dalam mengontrol dan memperbaiki pola suara.
Aktivitas Keperawatan:
1. Identifikasi penyebab gangguan pola suara
2. Lakukan latihan pernapasan dan fonasi
3. Anjurkan mengatur volume dan nada suara
4. Ajarkan teknik relaksasi otot-otot fonasi
5. Berikan edukasi tentang perawatan suara
Jadi, dalam kasus Gangguan Pola Suara, perawat dapat menggunakan Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI di atas sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 849 | 28 Sep 2024
Klinis : obesitas SDKI SLKI dan SIKI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosis Keperawatan, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi obesitas:
Diagnosis Keperawatan: Obesitas
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Kondisi tubuh yang berlebihan dalam mengakumulasi lemak, sehingga menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan.
- Kategori: Masalah Nutrisi
- Kode Diagnosis: 00232
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran Keperawatan yang Relevan:
a. Berat Badan: Kemampuan individu untuk mempertahankan berat badan yang sehat.
b. Perawatan Diri: Kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
c. Manajemen Berat Badan: Kemampuan individu untuk mengelola berat badan secara efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan yang Relevan:
a. Manajemen Berat Badan: Tindakan untuk memfasilitasi individu dalam mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
b. Edukasi Gizi: Tindakan untuk memberikan informasi dan pendidikan terkait kebutuhan nutrisi yang sesuai.
c. Terapi Gaya Hidup: Tindakan untuk memfasilitasi individu dalam mengadopsi gaya hidup yang sehat.
Dalam penanganan pasien dengan obesitas, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk menetapkan diagnosis keperawatan, merumuskan luaran keperawatan, dan merancang intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah membantu pasien mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat melalui pendekatan komprehensif yang melibatkan aspek nutrisi, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup. -
Article No. 768 | 27 Sep 2024
Klinis : Tn. H 51 tahun diantar ke IGD 3 hari yang lalu, dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke tangan sebelah kiri, sesak nafas disertai dada terasa berat sejak 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit, saat sedang membawa mobil, durasi lebih dari 20 menit disertai keringat dingin. Nyeri dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat, dan merasa mual. Pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan perokok. Saat ini pasien dirawat di ruang perawatan jantung. Hasil pengkajian saat ini didapatkan tingkat kesadaran kompos mentis, nyeri dada masih dirasakan dengan skala nyeri 4/10, tekanan darah 92/63 mmHg, denyut jantung 94 x/menit, laju pernafasan 38 x/ menit dengan saturasi oksigen 93% dan suhu 37,60C. Pemeriksaan fisik didapatkan murmur ejection sistolik 3/6 pada batas tepi kiri sternum (LLSB) dan murmur pan sistolik 3/6 di apex sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal.EKG menunjukkan irama sinus rhytm dengan QRS rate 84 kali per menit, aksis QRS normal, gelombang P mitral, Interval PR 0.18 detik, durasi komplek QRS 0.08 detik, dengan ST depresi I, avL, V5, V6, T inverted I, aVL, V5V6, LVH (+). Hasil Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar haemoglobin 17.2 gr/dl, hematokrit 51%, leukosit 12670 /ul, ureum 29 mg/dl, level kreatinin 0.82 mg/dl, gula darah sewaktu 153 mg/dl, natrium 137 mmol/l, kalium 3.5 mmol/l, kalsium total 2.23 mmol/l, dan klorida 108 mmol/l. Enzim jantung menunjukkan nilai CKMB 28 dan Troponin T 0.127. Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan rasio jantung-thoraks sebesar 52%. Segmen Aorta Elongasi dan segmen pulmonal normal dengan apex jantung downward dan pinggang jantung mendatar, disertai dengan tanda- tanda kongesti dan infiltrat. Pasien didiagnosa dengan NSTEMI TIMI skor 4/7 skor GRACE 280, Pneumonia Komunitas (CAP). Pasien direncanakan tindakan pemasangan stent Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Istri pasien bekerja sebagai buruh cuci. 3 orang anak pasien masih duduk di bangku sekolah. Sejak mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal. Pasien selalu bertanya apakah saat ini dia bisa sembuh kembali seperti semula.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn. H:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut
3. Risiko ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan infark miokard akut
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam
5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (Internasional Association for the Study of Pain, 1979).
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat beristirahat dengan nyaman.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan analgesik, mengatur posisi yang nyaman, dan memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut
- SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif dan meningkatkan saturasi oksigen.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi pasien, berikan bantuan oksigen, dan latihan pernapasan.
3. Risiko ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan infark miokard akut
- SDKI: Risiko ketidakstabilan hemodinamik adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan yang merugikan dalam tekanan darah, denyut nadi, atau curah jantung.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan stabilitas hemodinamik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi medis yang tepat, dan mengelola cairan.
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam
- SDKI: Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mengatasi kecemasan dan mampu beradaptasi dengan kondisinya.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi yang jelas, ajarkan teknik relaksasi, dan dukung emosional pasien.
5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
- SDKI: Ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan perilaku untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit, pengobatan, dan gaya hidup sehat, serta melibatkan keluarga dalam perawatan. -
Article No. 769 | 27 Sep 2024
Klinis : Tn. H 51 tahun diantar ke IGD 3 hari yang lalu, dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke tangan sebelah kiri, sesak nafas disertai dada terasa berat sejak 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit, saat sedang membawa mobil, durasi lebih dari 20 menit disertai keringat dingin. Nyeri dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat, dan merasa mual. Pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan perokok. Saat ini pasien dirawat di ruang perawatan jantung. Hasil pengkajian saat ini didapatkan tingkat kesadaran kompos mentis, nyeri dada masih dirasakan dengan skala nyeri 4/10, tekanan darah 92/63 mmHg, denyut jantung 94 x/menit, laju pernafasan 38 x/ menit dengan saturasi oksigen 93% dan suhu 37,60C. Pemeriksaan fisik didapatkan murmur ejection sistolik 3/6 pada batas tepi kiri sternum (LLSB) dan murmur pan sistolik 3/6 di apex sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal.EKG menunjukkan irama sinus rhytm dengan QRS rate 84 kali per menit, aksis QRS normal, gelombang P mitral, Interval PR 0.18 detik, durasi komplek QRS 0.08 detik, dengan ST depresi I, avL, V5, V6, T inverted I, aVL, V5V6, LVH (+). Hasil Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar haemoglobin 17.2 gr/dl, hematokrit 51%, leukosit 12670 /ul, ureum 29 mg/dl, level kreatinin 0.82 mg/dl, gula darah sewaktu 153 mg/dl, natrium 137 mmol/l, kalium 3.5 mmol/l, kalsium total 2.23 mmol/l, dan klorida 108 mmol/l. Enzim jantung menunjukkan nilai CKMB 28 dan Troponin T 0.127. Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan rasio jantung-thoraks sebesar 52%. Segmen Aorta Elongasi dan segmen pulmonal normal dengan apex jantung downward dan pinggang jantung mendatar, disertai dengan tanda- tanda kongesti dan infiltrat. Pasien didiagnosa dengan NSTEMI TIMI skor 4/7 skor GRACE 280, Pneumonia Komunitas (CAP). Pasien direncanakan tindakan pemasangan stent Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Istri pasien bekerja sebagai buruh cuci. 3 orang anak pasien masih duduk di bangku sekolah. Sejak mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal. Pasien selalu bertanya apakah saat ini dia bisa sembuh kembali seperti semula.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan itu (IASP, 2011).
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena kelelahan yang tidak proporsional.
3. Gangguan pertukaran gas: Ketidakmampuan membentuk atau mempertahankan pertukaran gas yang memadai di alveoli dan kapiler.
4. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri terkontrol, pola aktivitas normal, kualitas hidup meningkat.
2. Toleransi aktivitas meningkat, kelelahan menurun, kemampuan fungsional meningkat.
3. Pertukaran gas membaik, frekuensi napas normal, saturasi oksigen membaik.
4. Tingkat kecemasan menurun, kemampuan koping meningkat, fungsi psikologis membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri, pemberian analgetik, terapi relaksasi.
2. Manajemen aktivitas, peningkatan mobilitas, latihan fisik bertahap.
3. Terapi oksigen, pengaturan posisi, pemantauan status pernapasan.
4. Konseling, terapi kognitif, dukungan keluarga.
Secara umum, pasien ini memerlukan penatalaksanaan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah nyeri, intoleransi aktivitas, gangguan pertukaran gas, dan kecemasan yang timbul akibat kondisi infark miokard dan penyakit penyerta lainnya. Keterlibatan dan dukungan keluarga juga penting untuk membantu proses pemulihan pasien. -
Article No. 770 | 27 Sep 2024
Klinis : gatal gatal di badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala gatal-gatal di badan, berikut adalah contoh diagnosis keperawatan, penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan Pola Tidur
3. Gangguan Kenyamanan
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan akibat adanya keterbatasan fisik, psikologis, dan/atau lingkungan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi seseorang.
- SLKI: Pemulihan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk membantu pasien memulihkan pola tidur yang adekuat.
3. Gangguan Kenyamanan
- SDKI: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan (misalnya nyeri, gatal, mual) yang mengganggu fungsi normal seseorang.
- SLKI: Peningkatan kenyamanan.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan kenyamanan.
Tujuan penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI adalah untuk memastikan perawatan yang diberikan terstandar dan terfokus pada kebutuhan pasien serta memudahkan komunikasi antar tenaga kesehatan. -
Article No. 771 | 27 Sep 2024
Klinis : gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi "gatal":
1. Diagnosa Keperawatan: Pruritus (Gatal)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pruritus adalah sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pruritus terkendali
2. Kulit tidak terluka akibat garukan
3. Klien mengelola pruritus
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab pruritus
2. Manajemen gejala pruritus (misalnya aplikasi pelembab, menghindari iritasi, penggunaan obat topikal antipruritus)
3. Edukasi klien tentang manajemen pruritus
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pengobatan penyebab pruritus
Penjelasan singkat:
Pruritus atau gatal adalah sensasi tidak nyaman pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Diagnosa ini mengarah pada manajemen gejala pruritus, seperti mengidentifikasi penyebabnya, mengaplikasikan pelembab, menghindari iritasi, menggunakan obat topikal antipruritus, serta memberikan edukasi kepada klien tentang cara mengelola pruritus. Tujuannya adalah untuk mengendalikan pruritus, mencegah kerusakan kulit akibat garukan, dan memampukan klien dalam mengelola pruritus. -
Article No. 772 | 27 Sep 2024
Klinis : Batuk berdahak, makan hanya 1/2 porsi mual muntah tidak ada, demam tidak ada Suhu 36.5, rr: 22x/mnt, spo2 100%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas yang ditandai dengan perubahan frekuensi pernapasan, bunyi napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen jalan napas, manajemen batuk, dan oksigenasi.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan batuk berdahak dapat mengindikasikan adanya masalah pada bersihan jalan napas yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi sekret atau obstruksi pada saluran napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen batuk, dan oksigenasi untuk mempertahankan patensi jalan napas.