Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 795 | 28 Sep 2024
Klinis : Bantu Perawatan Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi "Bantu Perawatan Diri":
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Perawatan Diri (Self-Care Deficit)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Diri: Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Kemandirian Aktivitas Sehari-hari: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Bantuan Perawatan Diri: Pemberian bantuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
2. Pelatihan Perawatan Diri: Pemberian pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
3. Optimalisasi Fungsi: Upaya untuk memaksimalkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
Dalam kondisi "Bantu Perawatan Diri", pasien mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi pemberian bantuan dalam melakukan perawatan diri, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pasien, serta optimalisasi fungsi pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri. -
Article No. 796 | 28 Sep 2024
Klinis : 1. Defisit perawatan diri (D.0109) Data Problem Etiologi DS: ● Menolak melakukan perawatan diri DO: ● Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri ● Minat melakukan perawatan diri kurang Kondisi di lapas yang tidak cukup bersih, kurangnya akses ke air bersih dan sabun, dan kondisi tempat tinggal yang tidak higienis. 1. Gangguan psikologis dan/atau psikotik 2. Penurunan motivasi/minat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Perawatan Diri (D.0109) adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait dengan diagnosa ini, luaran yang diharapkan adalah Perawatan Diri: Mandi, Perawatan Diri: Berpakaian, Perawatan Diri: Makan, Perawatan Diri: Kebersihan Diri, dan Perawatan Diri: Penggunaan Toilet.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan adalah Perawatan Diri: Mandi, Perawatan Diri: Berpakaian, Perawatan Diri: Makan, Perawatan Diri: Kebersihan Diri, dan Perawatan Diri: Penggunaan Toilet. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Etiologi:
1. Gangguan psikologis dan/atau psikotik: Kondisi psikologis atau psikotik yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri.
2. Penurunan motivasi/minat: Penurunan keinginan atau minat pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
Kondisi di lapas yang tidak cukup bersih, kurangnya akses ke air bersih dan sabun, serta kondisi tempat tinggal yang tidak higienis dapat menjadi faktor yang memengaruhi kemampuan dan motivasi pasien dalam melakukan perawatan diri. -
Article No. 797 | 28 Sep 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat digunakan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan yang bersih.
- Penyebab: Sekresi berlebih, peradangan jalan napas, dan kelemahan otot pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
- Penyebab: Kelemahan, kelelahan, malnutrisi, dan gangguan fungsi pernapasan.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, muntah, dan keterbatasan dalam mengonsumsi makanan.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi kumpulan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi dan disepakati secara nasional.
- Berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi kumpulan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang berisi kumpulan intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berfungsi sebagai panduan bagi perawat dalam menentukan rencana dan implementasi asuhan keperawatan. -
Article No. 798 | 28 Sep 2024
Klinis : 2. Keputusasaan (D.0088) Data Problem Etiologi DS: - Mengungkapkan keputusasaan - Sulit tidur - Selera makan menurun DO: - Berperilaku pasif - Kurang inisiatif - Meninggalkan lawan bicara - Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara Narapidana tidak memiliki motivasi dalam menjalani kehidupannya di lapas. 1. Stres jangka Panjang 2. Penurunan kondisi fisiologis 3. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual 4. Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting 5. Pembatasan aktivitas jangka Panjang 6. Pengasingan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Keputusasaan (D.0088)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk memobilisasi energi yang diperlukan untuk mempertahankan harapan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keputusasaan adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakberdayaan dalam memobilisasi energi yang diperlukan untuk mencapai harapan yang diinginkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan keputusasaan adalah peningkatan motivasi dan harapan pasien, serta mampu mengelola stres dan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputusasaan antara lain pemberian dukungan emosional, identifikasi potensi dan sumber daya, peningkatan aktivitas terarah, serta terapi kognitif.
Etiologi yang Relevan:
1. Stres jangka panjang
2. Penurunan kondisi fisiologis
3. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
4. Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
5. Pembatasan aktivitas jangka panjang
6. Pengasingan -
Article No. 799 | 28 Sep 2024
Klinis : Riwayat Penyakit: Bapak X umur 52 tahun mengalami stroke 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak bisa bergerak bebas dan harus dibantu oleh anggota keluarga untuk melakukan hampir semua aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dan pergi ke kamar mandi. Sebelum terkena stroke, Bapak X merupakan orang yang aktif bekerja dan selalu merasa bangga karena mampu menghidupi keluarganya, akan tetapi jika pulang kerja Bapak X sering mengeluh mudah capek, lelah, lesu, sering pusing, mudah mengantuk dan sering mudah lapar dan haus. Sekarang, Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya. Data Pengkajian: Data Objektif o Kelemahan pada sisi kiri tubuh, dengan gerakan terbatas di tangan dan kaki kiri, ROM menurun, kekuatan otot menurun o Pasien memerlukan bantuan total dalam semua aktivitas sehari-hari (ADL). o Tekanan darah: 170/90 mmHg, denyut nadi: 90 kali/menit, pernapasan: 20 kali/menit. o GDS: 360 mg/dl o Ekspresi wajah pasien tampak tegang dan cemas saat berbicara tentang kondisinya. Diagnosis Medis: Stroke non-hemoragik dengan kelemahan pada sisi kiri tubuh (hemiparesis sinistra)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan riwayat penyakit dan data pengkajian yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot dan penurunan rentang gerak.
2. Risiko Ketidakstabilan Glikemik berhubungan dengan riwayat diabetes mellitus.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi anggota gerak.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja, tidak terkontrol, dan independen.
2. Risiko Ketidakstabilan Glikemik: Kondisi di mana seseorang berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
3. Gangguan Citra Tubuh: Persepsi negatif tentang struktur atau fungsi tubuh yang menyebabkan perubahan perilaku.
4. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik: Kemampuan melakukan pergerakan yang disengaja, terkontrol, dan independen.
2. Stabilitas Glikemik: Kemampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran normal.
3. Citra Tubuh: Persepsi individu tentang struktur dan fungsi tubuhnya.
4. Kontrol Kecemasan: Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengurangi respons kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Mobilitas: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan pergerakan yang disengaja, terkontrol, dan independen.
2. Pemantauan Glikemik: Intervensi untuk memantau dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran normal.
3. Dukungan Citra Tubuh: Intervensi untuk membantu individu menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
4. Manajemen Kecemasan: Intervensi untuk membantu individu mengenali, mengelola, dan mengurangi respons kecemasan. -
Article No. 800 | 28 Sep 2024
Klinis : Riwayat Penyakit: Bapak X umur 52 tahun mengalami stroke 1 minggu yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak bisa bergerak bebas dan harus dibantu oleh anggota keluarga untuk melakukan hampir semua aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, dan pergi ke kamar mandi. Sebelum terkena stroke, Bapak X merupakan orang yang aktif bekerja dan selalu merasa bangga karena mampu menghidupi keluarganya, akan tetapi jika pulang kerja Bapak X sering mengeluh mudah capek, lelah, lesu, sering pusing, mudah mengantuk dan sering mudah lapar dan haus. Sekarang, Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya. Data Pengkajian: Data Objektif o Kelemahan pada sisi kiri tubuh, dengan gerakan terbatas di tangan dan kaki kiri, ROM menurun, kekuatan otot menurun o Pasien memerlukan bantuan total dalam semua aktivitas sehari-hari (ADL). o Tekanan darah: 170/90 mmHg, denyut nadi: 90 kali/menit, pernapasan: 20 kali/menit. o GDS: 360 mg/dl o Ekspresi wajah pasien tampak tegang dan cemas saat berbicara tentang kondisinya. Diagnosis Medis: Stroke non-hemoragik dengan kelemahan pada sisi kiri tubuh (hemiparesis sinistra)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Defisit Perawatan Diri
b. Ketidakberdayaan
c. Cemas
2. Penjelasan Singkat:
a. Defisit Perawatan Diri
- Ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri akibat kelemahan pada sisi kiri tubuh setelah mengalami stroke.
- Pasien memerlukan bantuan total dalam semua aktivitas sehari-hari (ADL).
b. Ketidakberdayaan
- Perasaan tidak berdaya dan tidak mampu berkontribusi dalam keluarga seperti sebelumnya, akibat kondisi pasca stroke.
- Pasien mengungkapkan rasa tidak berguna dan khawatir menjadi beban bagi keluarganya.
c. Cemas
- Perasaan cemas dan khawatir yang dialami pasien terkait kondisi kesehatannya saat ini dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
- Ekspresi wajah pasien tampak tegang dan cemas saat berbicara tentang kondisinya.
3. Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang kriteria hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang berisi tentang intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan, merencanakan luaran yang diharapkan, serta menentukan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 801 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi hipertensi pada Tn. R:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Nyeri Akut
4. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai dan efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan mencakup kolaborasi pemberian oksigen, monitor status oksigenasi, dan anjurkan batuk efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Jalan Napas, Pemberian Oksigen, dan Monitor Tanda-Tanda Vital.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. Intervensi keperawatan mencakup pengaturan aktivitas, manajemen energi, dan edukasi tentang aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Edukasi Kesehatan.
3. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Tujuannya adalah mengurangi nyeri. Intervensi keperawatan mencakup manajemen nyeri, kolaborasi pemberian analgetik, dan distraksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Manajemen Nyeri, Kolaborasi Pemberian Analgetik, dan Distraksi.
4. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
- SDKI: Tindakan tidak mengikuti regimen pengobatan atau perilaku kesehatan yang disarankan.
- SLKI: Tujuannya adalah meningkatkan kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik. Intervensi keperawatan mencakup edukasi kesehatan, monitor kepatuhan, dan dukungan sosial.
- SIKI: Intervensi keperawatan mencakup Edukasi Kesehatan, Monitor Kepatuhan, dan Dukungan Sosial.
Dalam kasus ini, hipertensi pada Tn. R menyebabkan berbagai masalah keperawatan yang perlu ditangani secara komprehensif. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien untuk mendukung pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 802 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn.R dengan masalah hipertensi, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi aktivitas (NANDA-I)
b. Kelelahan (NANDA-I)
c. Nyeri akut (NANDA-I)
2. Penjelasan Singkat:
a. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan
- SLKI: Pemantauan tingkat aktivitas, Pembatasan aktivitas, Peningkatan mobilisasi
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen kelelahan, Perawatan diri: aktivitas/latihan
b. Kelelahan
- SDKI: Sensasi terus-menerus akan kurangnya energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
- SLKI: Pemantauan tingkat energi, Manajemen aktivitas, Pemberian nutrisi
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen energi, Manajemen kelelahan
c. Nyeri akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
- SLKI: Pengendalian nyeri, Manajemen nyeri, Pemberian analgesik
- SIKI: Manajemen nyeri, Pengurangan nyeri, Terapi komplementer
Penjelasan singkat:
- Intoleransi aktivitas: Pasien tampak lemah, mengeluh pusing dan lebih banyak tidur, sehingga memerlukan intervensi untuk pemantauan aktivitas, pembatasan aktivitas, dan peningkatan mobilisasi.
- Kelelahan: Pasien mengalami sensasi terus-menerus akan kurangnya energi, sehingga memerlukan intervensi untuk pemantauan tingkat energi, manajemen aktivitas, dan pemberian nutrisi.
- Nyeri akut: Pasien mengeluh tengkuk terasa berat dan lebih nyaman saat mata tertutup, sehingga memerlukan intervensi untuk pengendalian nyeri, manajemen nyeri, dan pemberian analgesik. -
Article No. 803 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn.R dengan hipertensi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang tidak memadai.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan tekanan darah arteri.
- Gejala dan Tanda: Nyeri kepala, mual, muntah, perubahan dalam tingkat kesadaran.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Perfusi Jaringan Serebral
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda adanya perfusi otak yang adekuat, tidak ada gejala penurunan perfusi serebral.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Hipertensi
- Aktivitas:
1. Kaji tanda dan gejala hipertensi
2. Pantau tekanan darah secara teratur
3. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
4. Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas merokok
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik
6. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan sehat rendah garam
Penjelasan singkat:
Pasien Tn.R mengalami hipertensi yang menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Hal ini ditandai dengan adanya gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, dan perubahan tingkat kesadaran. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen hipertensi, yaitu dengan mengkaji tanda dan gejala hipertensi, memantau tekanan darah secara teratur, berkolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi, serta menganjurkan pasien untuk mengurangi merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan sehat rendah garam. -
Article No. 804 | 28 Sep 2024
Klinis : KASUS HIPERTENSI Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm³, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. la berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 401.9
- Deskripsi: Hipertensi esensial, tidak dispesifikasi.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. R mengalami kondisi hipertensi esensial (primer). Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah I10, yang merupakan kode untuk hipertensi esensial (primer). Selain itu, kode ICD-9-CM untuk hipertensi esensial yang tidak dispesifikasi adalah 401.9.
Pasien masuk dengan keluhan utama pusing, mual, dan ingin muntah yang disebabkan oleh hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu 158/91 mmHg. Selain itu, pasien memiliki faktor risiko hipertensi seperti merokok, kurang olahraga, dan tidak mengonsumsi sayur-sayuran. Pemeriksaan fisik dan laboratorium juga mendukung diagnosis hipertensi esensial pada pasien.