Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 863 | 29 Sep 2024
Klinis : gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan rasa nyaman:
1. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
2. Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Karakteristik: Keluhan nyeri, ekspresi wajah, perubahan tanda-tanda vital, perilaku protektif.
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen cedera fisik.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pengurangan nyeri, Kontrol nyeri, Kenyamanan.
- Kriteria hasil: Intensitas nyeri menurun, Manajemen nyeri efektif, Perilaku yang menunjukkan kenyamanan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, Manajemen aktifitas, Terapi komplementer.
- Aktivitas: Identifikasi karakteristik nyeri, Kolaborasi pemberian analgetik, Mengajarkan teknik distraksi atau relaksasi, Mempertahankan posisi yang nyaman.
Dalam kondisi gangguan rasa nyaman, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Nyeri akut" karena terjadi pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan. Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah nyeri dan memulihkan rasa nyaman pada pasien. -
Article No. 864 | 29 Sep 2024
Klinis : klien berusia 35 th dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk dan sesak nafas. 3 hari SMRS klien mulai merasakan sesak, kemudian di bawa ke RS. Pada saat dikaji, klien mengatakan batuk disertai dahak dan adanya darah, klien mengeluh sesak di dada dan merasa penuh, keringat dingin pada malam hari. Sesak dirasakan lebih berat saat malam dan pagi hari. Sesak dirasakan seperti di cekik skala 2 (0 – 4). Klien mengatakan bahwa batuk dirasakan lebih dari 2 bulan, klien mengeluh jarang makan karena tidak nafsu makan serta mual. Akhir-akhir ini klien mengeluh tidak enak badan, lemas dan demam. Klien pernah berobat ke pelayanan Kesehatan untuk mengatasi batuknya, namun kondisinya tidak kunjung sembuh. Klien menjadi putus asa dan menjadi malas berobat. Menurut klien, klien memiliki riwayat merokok selama 15 tahun. Klien mengaku tinggal di daerah yang padat dan kamar tidur lembab dan ventilasi udara serta paparan matahari minimal. Klien tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya, klien mengatakan riwayat imunisasi tidak lengkap. Klien baru pertama kali di rawat di RS dan untuk pertama kalinya mendapatkan pengobatan obat anti tuberculosis (OAT) fase intensif. Pada saat perawat melakukan pengkajian pasien sudah 2 hari mengkonsumsi (OAT), setelah meminum obat klien mengeluhkan BAK pasien berwarna merah dan setiap kali setelah minum obat mengeluh mual. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran: compos mentis; Tekanan darah : 100/70 mmHg; Nadi : 109 x/ menit; Respirasi: 26 x/menit, Suhu : 38 0C. epistaksis (-), sekret (+), terpasang O2 nasal 3 lpm. Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (+). Ronchi (+). Pengembangan paru kiri dan kanan simetris. Terdapat penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 45 kg (kondisi sekarang) tinggi Badan 158 cm. Adanya benjolan dileher. Klien tampak lemah. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb: 11.8 g/dl, Hematokrit : 35%, Leukosit: 9.643 sel/μl, trombosit: 400.000 trombosit/μL, LED: 41,2 mm/jam, albumin 2,4gr/dL Therapy: Pemeriksaan sputum BTA (+), mantoux test reaksi positif, Foto thorax: TB paru aktif. Omeprazole 2 x 20 mg; Ambroxol 3 x 30 mg; Levofloxacin 1 x 750 mg; Nebul combivent 2,5 mg /8 jam, Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr. Terapi OAT: KDT RHZE (3 tablet/hari)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diberikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakterial, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian oksigen
Penjelasan:
- Klien mengalami keluhan batuk, sesak napas, dahak bercampur darah, nyeri dada, keringat dingin, dan penurunan berat badan, yang mengarah pada diagnosis pneumonia bakterial.
- Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif untuk tuberkulosis paru, sehingga klien diberikan terapi obat anti-tuberkulosis (OAT).
- Klien juga memerlukan pemberian oksigen untuk mengatasi sesak napas. -
Article No. 865 | 29 Sep 2024
Klinis : klien berusia 35 th dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk dan sesak nafas. 3 hari SMRS klien mulai merasakan sesak, kemudian di bawa ke RS. Pada saat dikaji, klien mengatakan batuk disertai dahak dan adanya darah, klien mengeluh sesak di dada dan merasa penuh, keringat dingin pada malam hari. Sesak dirasakan lebih berat saat malam dan pagi hari. Sesak dirasakan seperti di cekik skala 2 (0 – 4). Klien mengatakan bahwa batuk dirasakan lebih dari 2 bulan, klien mengeluh jarang makan karena tidak nafsu makan serta mual. Akhir-akhir ini klien mengeluh tidak enak badan, lemas dan demam. Klien pernah berobat ke pelayanan Kesehatan untuk mengatasi batuknya, namun kondisinya tidak kunjung sembuh. Klien menjadi putus asa dan menjadi malas berobat. Menurut klien, klien memiliki riwayat merokok selama 15 tahun. Klien mengaku tinggal di daerah yang padat dan kamar tidur lembab dan ventilasi udara serta paparan matahari minimal. Klien tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya, klien mengatakan riwayat imunisasi tidak lengkap. Klien baru pertama kali di rawat di RS dan untuk pertama kalinya mendapatkan pengobatan obat anti tuberculosis (OAT) fase intensif. Pada saat perawat melakukan pengkajian pasien sudah 2 hari mengkonsumsi (OAT), setelah meminum obat klien mengeluhkan BAK pasien berwarna merah dan setiap kali setelah minum obat mengeluh mual. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran: compos mentis; Tekanan darah : 100/70 mmHg; Nadi : 109 x/ menit; Respirasi: 26 x/menit, Suhu : 38 0C. epistaksis (-), sekret (+), terpasang O2 nasal 3 lpm. Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (+). Ronchi (+). Pengembangan paru kiri dan kanan simetris. Terdapat penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 45 kg (kondisi sekarang) tinggi Badan 158 cm. Adanya benjolan dileher. Klien tampak lemah. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb: 11.8 g/dl, Hematokrit : 35%, Leukosit: 9.643 sel/μl, trombosit: 400.000 trombosit/μL, LED: 41,2 mm/jam, albumin 2,4gr/dL Therapy: Pemeriksaan sputum BTA (+), mantoux test reaksi positif, Foto thorax: TB paru aktif. Omeprazole 2 x 20 mg; Ambroxol 3 x 30 mg; Levofloxacin 1 x 750 mg; Nebul combivent 2,5 mg /8 jam, Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr. Terapi OAT: KDT RHZE (3 tablet/hari)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang dipaparkan, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kekuatan batuk tidak efektif, keletihan.
- Karakteristik: Batuk produktif dengan dahak bercampur darah, sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Karakteristik: Keletihan, lemah, penurunan berat badan.
3. Risiko infeksi (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami infeksi yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
- Faktor risiko: Riwayat merokok, paparan polutan, status imunisasi tidak lengkap.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan untuk Indonesia.
- Berisi definisi, penyebab, karakteristik diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Berisi indikator dan kriteria hasil untuk setiap diagnosis keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berisi daftar intervensi beserta aktivitas yang dapat dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan. -
Article No. 866 | 29 Sep 2024
Klinis : PASIEN DENGAN continuous renal replacement therapy
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien dengan continuous renal replacement therapy (CRRT):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan
2. Risiko infeksi
3. Gangguan perfusi ginjal
4. Gangguan pola tidur
5. Kecemasan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan cairan: Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan, yang dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan cairan.
2. Risiko infeksi: Peningkatan risiko terkena infeksi yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
3. Gangguan perfusi ginjal: Penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
4. Gangguan pola tidur: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
5. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan: Kondisi di mana intake dan output cairan seimbang.
2. Bebas infeksi: Kondisi di mana tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Perfusi ginjal membaik: Kondisi di mana aliran darah ke ginjal meningkat.
4. Pola tidur membaik: Kondisi di mana jumlah dan kualitas tidur membaik.
5. Kecemasan menurun: Kondisi di mana perasaan cemas berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2. Pencegahan infeksi: Intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Manajemen perfusi ginjal: Intervensi untuk meningkatkan aliran darah ke ginjal.
4. Manajemen pola tidur: Intervensi untuk membantu mempertahankan pola tidur yang baik.
5. Manajemen kecemasan: Intervensi untuk mengelola kecemasan pasien.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan, menetapkan tujuan, dan merencanakan intervensi yang tepat untuk pasien dengan continuous renal replacement therapy. -
Article No. 867 | 29 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan lumpuh sejak 3 bulan yang lalu, kedua kaki sulit digerakkan. Saat ini pasien merasakan nyeri pada punggungnya. Nyeri juga dirasakan pada badan dan tangan apabila disentuh. Pasien mengatakan demam naik turun, biasanya lebih sering menjelang sore, badan menggigil jika demam mau muncul, sesak (-), batuk (-). BAK dibantu dengan folley catheter, keluar nanah dari ujung penis. BAB (+) tadi pagi konsistensi lunak warna coklat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada suatu kondisi medis tertentu. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G82.4
- Deskripsi: Paraplegia, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 59.94
- Deskripsi: Pemasangan kateter Foley
Penjelasan:
- Kode ICD-10 G82.4 (Paraplegia, tidak ditentukan) sesuai dengan gejala lumpuh pada kedua kaki yang dirasakan pasien selama 3 bulan terakhir.
- Kode ICD-9-CM 59.94 (Pemasangan kateter Foley) sesuai dengan informasi bahwa pasien menggunakan folley catheter untuk buang air kecil.
- Gejala-gejala lain yang dialami pasien, seperti nyeri pada punggung, badan, dan tangan, demam naik turun, serta keluar nanah dari penis, dapat mengarah pada kemungkinan adanya infeksi atau penyakit lainnya yang perlu diperiksa lebih lanjut oleh tenaga medis. -
Article No. 868 | 29 Sep 2024
Klinis : Pasien mengatakan lumpuh sejak 3 bulan yang lalu, kedua kaki sulit digerakkan. Saat ini pasien merasakan nyeri pada punggungnya. Nyeri juga dirasakan pada badan dan tangan apabila disentuh. Pasien mengatakan demam naik turun, biasanya lebih sering menjelang sore, badan menggigil jika demam mau muncul, sesak (-), batuk (-). BAK dibantu dengan folley catheter, keluar nanah dari ujung penis. BAB (+) tadi pagi konsistensi lunak warna coklat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kondisi di mana individu mengalami penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Sirkulasi, Manajemen Nyeri, Manajemen Demam.
2. Diagnosa Keperawatan: Infeksi
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen.
- SLKI: Pasien bebas infeksi.
- SIKI: Manajemen Infeksi, Manajemen Urine, Manajemen Demam.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang independen.
- SLKI: Pasien menunjukkan mobilitas fisik yang optimal.
- SIKI: Peningkatan Mobilitas, Manajemen Nyeri, Manajemen Aktivitas.
Penjelasan singkat:
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer: Penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer dapat menyebabkan nyeri dan kelemahan pada anggota tubuh.
- Infeksi: Adanya infeksi ditandai dengan demam, nyeri, dan keluarnya nanah, yang dapat mengakibatkan komplikasi lain.
- Gangguan Mobilitas Fisik: Kekakuan dan kelemahan pada anggota tubuh dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan pergerakan.
Tujuan utama intervensi keperawatan adalah untuk memulihkan perfusi jaringan, mengatasi infeksi, dan meningkatkan mobilitas fisik pasien. -
Article No. 869 | 29 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita usia 39 tahun dirawat di RS dengan penurunan kesadaran, GCS :E2V4M5, semua kegiatan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien sering terbangun karena nyeri dan nyeri meningkat ketika bangun tidur pagi hari, keluarga pasien mengatakan kalau pasien mengeluhkan nyeri kepala pada bagian kiri dan kanan belakang kepala, dengan skala nyeri 6, keluarga mengatakan pasien mengalami penglihatan ganda (diplopia) dan wajah tampak meringis, pasien terpasang NGT, IMT 21,8 kg/m2, pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan dengan kekuatan ektremitas kanan 4444/4444 dan ekstremitas kiri 5555/5555,skor barthel indeks :8. TTV: TD 142/95 mmHg, N:90x/mnt, RR: 20x/mnt, SB 370C, SpO2 98%.Pem lab: Hb 12,4 gr/dl, Hematokrit 35,5%, leukosit 14,15 ribu/mm3, PT 10,2 detik, APTT 25,1.hasil CT scan: terdapat massa padat heterogen intraaksial di thalamus kiri dengan edema perifokal, menyebabkan herniasi subfalcine ke kanan dan hidrosefalus non komunikans Keluarga pasien mengatakan pasien kerja di klinik kecantikan selama 2 tahun dan sering terpapar zat karsinogen dari peralatan kecantikan dan obat-obat kosmetik, klien punya riwayat penggunaan hormon.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan untuk pasien ini, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Kesadaran
b. Nyeri Kronis
c. Gangguan Persepsi Sensorik: Penglihatan
d. Kelemahan Fisik
e. Risiko Inefektif Perfusi Jaringan Otak
2. Penjelasan Singkat:
a. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Pemantauan Neurologi
- SIKI: Manajemen Kesadaran
b. Nyeri Kronis
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
c. Gangguan Persepsi Sensorik: Penglihatan
- SDKI: Gangguan Persepsi Sensorik: Penglihatan
- SLKI: Manajemen Penglihatan
- SIKI: Manajemen Penglihatan
d. Kelemahan Fisik
- SDKI: Kelemahan Fisik
- SLKI: Peningkatan Mobilitas
- SIKI: Peningkatan Mobilitas
e. Risiko Inefektif Perfusi Jaringan Otak
- SDKI: Risiko Inefektif Perfusi Jaringan Otak
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan kondisi seperti yang dijelaskan. -
Article No. 870 | 29 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita usia 39 tahun dirawat di RS dengan penurunan kesadaran, GCS :E2V4M5, semua kegiatan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien sering terbangun karena nyeri dan nyeri meningkat ketika bangun tidur pagi hari, keluarga pasien mengatakan kalau pasien mengeluhkan nyeri kepala pada bagian kiri dan kanan belakang kepala, dengan skala nyeri 6, keluarga mengatakan pasien mengalami penglihatan ganda (diplopia) dan wajah tampak meringis, pasien terpasang NGT, IMT 21,8 kg/m2, pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan dengan kekuatan ektremitas kanan 4444/4444 dan ekstremitas kiri 5555/5555,skor barthel indeks :8. TTV: TD 142/95 mmHg, N:90x/mnt, RR: 20x/mnt, SB 370C, SpO2 98%.Pem lab: Hb 12,4 gr/dl, Hematokrit 35,5%, leukosit 14,15 ribu/mm3, PT 10,2 detik, APTT 25,1.hasil CT scan: terdapat massa padat heterogen intraaksial di thalamus kiri dengan edema perifokal, menyebabkan herniasi subfalcine ke kanan dan hidrosefalus non komunikans Keluarga pasien mengatakan pasien kerja di klinik kecantikan selama 2 tahun dan sering terpapar zat karsinogen dari peralatan kecantikan dan obat-obat kosmetik, klien punya riwayat penggunaan hormon.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.1
- Deskripsi: Sindrom kompresi otak (mass effect)
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 01.39
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada otak dan struktur intrakranial
Penjelasan:
- Kode ICD-10 G93.1 (Sindrom kompresi otak) sesuai dengan gejala penurunan kesadaran, nyeri kepala, diplopia, dan kelemahan ekstremitas kanan yang disebabkan oleh massa padat intraaksial di thalamus kiri dengan edema perifokal dan hidrosefalus non komunikans.
- Kode ICD-9-CM 01.39 (Prosedur lainnya pada otak dan struktur intrakranial) dapat digunakan untuk tindakan yang mungkin dilakukan, seperti pemeriksaan CT scan kepala untuk mendapatkan diagnosis.
- Informasi tambahan mengenai riwayat paparan zat karsinogen dan penggunaan hormon dapat menjadi faktor penting dalam evaluasi diagnosis dan tatalaksana selanjutnya. -
Article No. 871 | 29 Sep 2024
Klinis : Seorang wanita usia 39 tahun dirawat di RS dengan penurunan kesadaran, GCS :E2V4M5, semua kegiatan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien sering terbangun karena nyeri dan nyeri meningkat ketika bangun tidur pagi hari, keluarga pasien mengatakan kalau pasien mengeluhkan nyeri kepala pada bagian kiri dan kanan belakang kepala, dengan skala nyeri 6, keluarga mengatakan pasien mengalami penglihatan ganda (diplopia) dan wajah tampak meringis, pasien terpasang NGT, IMT 21,8 kg/m2, pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan dengan kekuatan ektremitas kanan 4444/4444 dan ekstremitas kiri 5555/5555,skor barthel indeks :8. TTV: TD 142/95 mmHg, N:90x/mnt, RR: 20x/mnt, SB 370C, SpO2 98%.Pem lab: Hb 12,4 gr/dl, Hematokrit 35,5%, leukosit 14,15 ribu/mm3, PT 10,2 detik, APTT 25,1.hasil CT scan: terdapat massa padat heterogen intraaksial di thalamus kiri dengan edema perifokal, menyebabkan herniasi subfalcine ke kanan dan hidrosefalus non komunikans Keluarga pasien mengatakan pasien kerja di klinik kecantikan selama 2 tahun dan sering terpapar zat karsinogen dari peralatan kecantikan dan obat-obat kosmetik, klien punya riwayat penggunaan hormon.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan: Pasien sering terbangun karena nyeri dan nyeri meningkat ketika bangun tidur pagi hari, yang mengganggu pola tidur pasien.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri kepala dengan skala nyeri 6 dan tampak meringis, serta memerlukan bantuan keluarga dan perawat untuk aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Pergerakan Terbatas
- SIKI: Perawatan Gerak
Penjelasan: Pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kanan dengan kekuatan ekstremitas kanan 4444/4444 dan ekstremitas kiri 5555/5555, sehingga membutuhkan bantuan untuk aktivitas sehari-hari.
4. Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan
- SLKI: Risiko Kekurangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan: Pasien terpasang NGT, yang mengindikasikan kebutuhan cairan dan nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat.
Selain itu, kondisi pasien juga dapat dikaitkan dengan diagnosis medis berupa tumor di thalamus kiri, yang menyebabkan berbagai gejala neurologis seperti penurunan kesadaran, diplopia, dan hemiparesis. Riwayat paparan zat karsinogen dan penggunaan hormon juga perlu dipertimbangkan sebagai faktor risiko. -
Article No. 872 | 29 Sep 2024
Klinis : Suhu 38°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu suhu 38°C, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh gangguan termoregulasi.
- Karakteristik utama: suhu tubuh di atas 37,5°C, kulit terasa panas, wajah kemerahan, dan mungkin disertai dengan tanda-tanda dehidrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome yang diharapkan: klien akan menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau suhu tubuh, mengurangi aktivitas fisik, memberikan cairan yang cukup, mengompres dengan air hangat, dan memberikan obat penurun demam jika diperlukan.
Secara singkat, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang digunakan dalam praktik keperawatan di Indonesia. SDKI berkaitan dengan diagnosa keperawatan, SLKI dengan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, dan SIKI dengan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.