Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2711 | 19 Oct 2024
Klinis : anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di RS karena penyakit jantung bawaan. Pada pengkajian didapatkan: anak gelisah, sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, frekuensi napas 40x/menit, sianosis pada bibir dan kuku, terdapat clubbing finger.Apakah masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien anak laki-laki usia 7 tahun dengan penyakit jantung bawaan. Berdasarkan data pengkajian, pasien mengalami gejala-gejala seperti sesak napas, retraksi dinding dada, peningkatan frekuensi napas, dan sianosis pada bibir dan kuku. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada pola napas yang tidak efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sesuai kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital (Frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha napas)
2. Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit jantung bawaan
Dengan penerapan standar SDKI - SLKI - SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. -
Article No. 2712 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode-kode yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru yang disarankan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan pasien. Kode ini digunakan untuk mewakili tuberkulosis paru yang telah dikonfirmasi secara mikrobiologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka) dapat digunakan jika dokter mempertimbangkan untuk melakukan prosedur pengambilan sampel jaringan paru atau bronkus untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis. Prosedur ini dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat dari kode-kode ini dalam rekam medis pasien akan membantu dalam proses perawatan, manajemen kasus, dan pengkodean yang tepat. -
Article No. 2713 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (40thn) dirawat dengan asma bronchial, dengan keluhan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan eosinophil meningkat diatas normal, leukosit normal dan Hb sedikit menurun dan kolesterol 250 mg/dl. Pasien mengatakan dalam keluarga terdapat 2 orang yang sedang terkena flu.Manakah penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien laki-laki berusia 40 tahun yang dirawat dengan asma bronchial dengan keluhan sesak napas berat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan bronkospasme.
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas berat yang merupakan manifestasi dari asma bronchial. Hal ini disebabkan oleh bronkospasme atau penyempitan jalan napas akibat peradangan dan produksi mukus yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif dalam proses pertukaran gas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan jalan napas yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Jalan napas tetap paten.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Edukasi Pengendalian Asma
Penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut adalah infeksi virus flu yang sedang dialami oleh 2 orang dalam keluarganya. Infeksi virus pernapasan dapat memicu proses peradangan dan bronkospasme pada pasien asma, sehingga menyebabkan serangan asma yang berat.
Kesimpulan, diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan bronkospasme, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan edukasi pengendalian asma. Penyebab utama serangan asma adalah infeksi virus flu pada keluarga pasien. -
Article No. 2714 | 19 Oct 2024
Klinis : nyeri pada perut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan membantu Anda dengan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi nyeri pada perut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.9
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R10.9 merupakan kode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis nyeri perut yang tidak terspesifikasi. Nyeri perut adalah gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastritis, appendisitis, pankreatitis, obstruksi usus, dan lain-lain. Kode ini digunakan ketika tidak ada penjelasan spesifik mengenai penyebab nyeri perut yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk nyeri perut.
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM prosedur tidak ada yang secara spesifik terkait dengan nyeri perut sebagai diagnosis utama. Penanganan nyeri perut biasanya meliputi evaluasi diagnostik, pengobatan simtomatik, dan penanganan penyebab mendasar (jika dapat diidentifikasi). Prosedur yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pencitraan (misalnya, ultrasonografi, CT scan), endoskopi, laparoskopi, dan lain-lain, tergantung pada kondisi yang mendasari. -
Article No. 2715 | 19 Oct 2024
Klinis : nyeri pada perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri pada perut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 2011). Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk nyeri perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Pasien dapat mengontrol nyeri
3. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi tanda dan gejala nyeri
- Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
2. Manajemen Faktor yang Memengaruhi Nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kecemasan, depresi, atau stres
- Berikan intervensi untuk mengurangi faktor-faktor tersebut
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, gejala, dan penanganan nyeri perut
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri yang efektif
Dalam pendekatan akademis, perawat berperan sebagai pakar yang memberikan informasi dan rekomendasi perawatan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. Tujuannya adalah membantu pasien mengatasi nyeri perut secara komprehensif. -
Article No. 2716 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (40thn) dirawat dengan asma bronchial, dengan keluhan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan eosinophil meningkat diatas normal, leukosit normal dan Hb sedikit menurun dan kolesterol 250 mg/dl. Pasien mengatakan dalam keluarga terdapat 2 orang yang sedang terkena flu.Manakah penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut di atas?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut adalah alergi atau reaksi alergi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (tidak ada kode prosedur yang spesifik)
- Deskripsi: -
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan sesak napas berat, hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan eosinofil di atas normal, serta terdapat riwayat flu dalam keluarga, mengindikasikan bahwa penyebab utama serangan asma pada pasien adalah alergi atau reaksi alergi. Peningkatan eosinofil, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih, menunjukkan adanya respon inflamasi yang khas pada kondisi asma alergi.
Selain itu, riwayat flu dalam keluarga dapat memicu serangan asma pada pasien, karena infeksi virus pernapasan dapat memicu respons inflamasi pada saluran pernapasan dan memperburuk gejala asma. Hal ini terjadi karena sistem imun yang terstimulasi akibat infeksi virus dapat menyebabkan peningkatan reaksi alergi dan produksi mediator-mediator inflamasi.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah J45.9 (Asma, tidak spesifik), yang mencakup asma bronkial (bronchial asthma) tanpa spesifikasi lebih lanjut. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 2717 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan 27 tahun dibawa ke UGD karena post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajianfrekuensi nafas 10 x/menit, frekuensi nadi 120 x/menit, TD 90/55 mmHg, nilai GCS 8. Terdapat perdarahan masif, fraktur terbuka di femur dextra, dan hematom di daerah inguinal.Apakah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan cairan tubuh?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S31.101A
- Deskripsi: Luka terbuka pada daerah inguinal, initial encounter
- Kode: S72.401A
- Deskripsi: Fraktur terbuka pada diafisis femur dextra, initial encounter
- Kode: R09.2
- Deskripsi: Hipotensi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Untuk mempertahankan cairan tubuh pada pasien dengan kondisi ini, tindakan yang mungkin dilakukan adalah:
1. Resusitasi cairan: Pemberian cairan intravena (kristaloid atau koloid) secara cepat untuk mengatasi hipovolemia akibat perdarahan masif. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah.
2. Kontrol perdarahan: Upaya untuk mengendalikan perdarahan, misalnya dengan aplikasi tekanan langsung pada daerah perdarahan, penggunaan tourniquet, atau tindakan bedah jika diperlukan.
3. Stabilisasi fraktur: Aplikasi splint atau alat fiksasi eksternal untuk menstabilkan fraktur terbuka pada femur dextra, guna mencegah perdarahan lebih lanjut dan komplikasi lain.
4. Monitoring ketat: Pemantauan tanda-tanda vital secara kontinyu, seperti frekuensi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen, untuk mengevaluasi respons pasien terhadap tindakan resusitasi.
5. Pemberian oksigen: Suplementasi oksigen melalui kanula nasal atau masker oksigen untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
6. Pemberian analgetik dan antibiotik: Untuk mengelola nyeri dan mencegah infeksi akibat luka terbuka.
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara komprehensif untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien. -
Article No. 2718 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (50thn) dengan congestif heart failure, mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.Manakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus tersebut di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompa darah secukupnya, sebagaimana ditunjukkan dengan gejala pasien yang sangat haus dan ingin terus minum.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan kekurangan atau kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Karakteristik Definisi: Pasien mengeluhkan rasa haus yang berlebihan dan ingin terus minum.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan yang memadai, dengan indikator seperti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan output urin yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen cairan, yang meliputi pemantauan intake dan output cairan, pembatasan cairan sesuai kebutuhan, serta pemberian obat-obatan diuretik jika diperlukan.
- Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang memadai dan mengatasi gejala kelebihan cairan yang dialami pasien dengan gagal jantung kongestif.
Tindakan Utama:
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan utama yang harus dilakukan untuk mengatasi kondisi pasien laki-laki 50 tahun dengan gagal jantung kongestif yang mengeluhkan rasa haus yang berlebihan dan ingin terus minum adalah Manajemen Cairan. Tindakan ini mencakup pemantauan intake dan output cairan, pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan, serta pemberian obat-obatan diuretik jika diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal. -
Article No. 2719 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 55 tahun, dirawat di bangsal penyakit jantung. Pasien mendapatkan terapi diuretik 3 x 1 ampul. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan data adanya hipertrofi ventrikel.Manakah yang harus mendapatkan perhatian perawat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I51.7
- Deskripsi: Hipertrofi ventrikel
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.27
- Deskripsi: Pemberian diuretik
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 untuk Hipertrofi Ventrikel (I51.7):
- Hipertrofi ventrikel adalah kondisi di mana salah satu atau lebih bilik jantung mengalami pembesaran dan penebalan otot jantung. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk hipertensi, penyakit jantung bawaan, atau penyakit jantung lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure untuk Pemberian Diuretik (99.27):
- Pemberian diuretik adalah terapi untuk menangani berbagai kondisi medis, termasuk hipertensi, gagal jantung, dan edema. Diuretik bekerja dengan meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh melalui urin, sehingga dapat membantu menurunkan beban kerja jantung.
Berdasarkan informasi yang diberikan, perhatian perawat harus diberikan pada pengawasan dan pemantauan pasien selama pemberian terapi diuretik. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan, untuk memastikan tidak terjadi perubahan yang signifikan.
2. Pemantauan tanda-tanda dehidrasi, seperti rasa haus yang berlebihan, mulut kering, dan penurunan volume urin.
3. Pemantauan elektrolit, terutama kadar kalium, untuk mencegah komplikasi akibat gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Pengkajian gejala dan tanda-tanda edema, untuk memastikan efektivitas terapi diuretik.
5. Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, pemantauan gejala, dan pola makan yang sesuai.
6. Koordinasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Dengan pemantauan yang ketat dan pemberian perawatan yang sesuai, perawat dapat membantu mencegah komplikasi dan memaksimalkan hasil perawatan bagi pasien dengan hipertrofi ventrikel. -
Article No. 2720 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 51 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 jam yang lalu, dengan skala nyeri 5 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Tanda-tanda vital diperoleh TD 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi143 x/menit, frekuensi napas 28 x/ menit. Kemudian dokter memberikan Aspirin ke pasien. Apakah apakah fungsi Aspirin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu nyeri dada sebelah kiri, skala nyeri 5, kualitas seperti tertindih beban berat, serta tanda-tanda vital yang abnormal (TD 110/72 mmHg, nadi 143 x/menit, napas 28 x/menit), maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Nyeri Akut".
Penjelasan singkat:
SDKI: Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan.
SLKI: Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut antara lain adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, dapat beristirahat dengan nyaman, dan dapat beraktivitas sesuai kemampuan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut meliputi pemberian analgesik, manajemen lingkungan, distraksi, relaksasi, pemberian informasi, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Fungsi Aspirin:
Aspirin yang diberikan oleh dokter merupakan salah satu jenis analgesik (obat pereda nyeri) yang dapat membantu mengurangi nyeri dada yang dirasakan oleh pasien. Aspirin bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin, sehingga dapat menurunkan rasa nyeri dan inflamasi. Selain itu, Aspirin juga memiliki efek antiplatelet yang dapat membantu mencegah pembentukan gumpalan darah, yang berkaitan dengan kondisi jantung koroner.
Diharapkan, dengan pemberian Aspirin dan intervensi keperawatan yang sesuai, pasien dapat memperoleh penanganan yang komprehensif untuk mengatasi nyeri dada yang dialaminya.