Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20169 | 28 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut adalah "Nyeri Akut" (kode: 00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan semacam itu. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, dapat diramalkan, dan berlangsung dalam waktu yang terbatas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan perilaku coping yang adaptif terhadap nyeri.
4. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi fisik dan psikologis selama mengalami nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres dingin/hangat.
4. Libatkan pasien dalam perencanaan dan implementasi intervensi untuk mengurangi nyeri.
5. Berikan dukungan emosional dan psikologis untuk membantu pasien mengatasi nyeri.
6. Pantau efektivitas intervensi nyeri dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
7. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
8. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, atau ahli gizi, untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan mengelola nyeri, peningkatan kemampuan coping, dan pemeliharaan atau peningkatan fungsi fisik dan psikologis. -
Article No. 20170 | 28 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, kode, dan definisi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (10001)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut (10001)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Nyeri (30001)
Definisi: Derajat kemampuan untuk mengendalikan rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri (70002)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan nyeri yang dialami klien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Saya sebagai perawat akan memberikan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi nyeri akut yang ditetapkan oleh PPNI.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Untuk menangani kondisi ini, perawat akan melakukan manajemen nyeri, yaitu serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan nyeri yang dialami klien. Tujuannya adalah untuk mencapai kontrol nyeri, yaitu kemampuan klien dalam mengendalikan rasa nyeri. -
Article No. 20171 | 28 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait dengan kondisi nyeri akut, sesuai dengan kerangka Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut:
Nyeri Akut (00132) didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Karakteristik definisi ini mencakup onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, yang berlangsung dalam waktu yang singkat atau lama.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri (0310): Kemampuan individu untuk mengontrol nyeri yang dialami.
- Indikator:
a. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Mendemonstrasikan teknik pengendalian nyeri
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan
d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri
2. Kenyamanan: Tidak Terganggu (0002): Keadaan perasaan sejahtera dan bebas dari rasa ketidaknyamanan.
- Indikator:
a. Melaporkan kenyamanan
b. Mendemonstrasikan relaksasi
c. Menunjukkan mimik wajah tenang
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor presipitasi.
b. Observasi tanda-tanda vital, ekspresi wajah, dan perilaku yang menunjukkan nyeri.
c. Berikan analgesik sesuai indikasi dan pantau efektivitasnya.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, terapi es/panas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
2. Manajemen Kenyamanan (1450):
- Aktivitas:
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
b. Fasilitasi teknik relaksasi dan distraksi.
c. Berikan dukungan emosional dan psikologis.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan kenyamanan.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan kenyamanan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" sesuai dengan kondisi klien yang mengalami nyeri secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu yang singkat atau lama. Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mengontrol nyeri yang dialami dan mencapai kenyamanan yang tidak terganggu. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, seperti pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan pengajaran teknik nonfarmakologis, serta manajemen kenyamanan, seperti menciptakan lingkungan yang nyaman, melakukan teknik relaksasi, dan memberikan dukungan emosional.
Penerapan asuhan keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu klien mencapai hasil yang optimal dalam mengatasi nyeri akut yang dialami. -
Article No. 20172 | 28 Jul 2025
Klinis : defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "defisit pengetahuan":
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "defisit pengetahuan" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Defisit Pengetahuan". Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya paparan, kompleksitas situasi, atau keterbatasan kemampuan individu.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah melakukan asuhan keperawatan untuk kondisi "Defisit Pengetahuan" adalah:
a. Peningkatan Pengetahuan: Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan yang dibuktikan dengan kemampuan untuk menyebutkan, menjelaskan, atau mendemonstrasikan informasi yang sebelumnya tidak diketahui.
b. Partisipasi dalam Pembelajaran: Klien menunjukkan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, seperti mengajukan pertanyaan, mencari sumber informasi, atau menerapkan informasi yang diperoleh.
c. Kepuasan Belajar: Klien menunjukkan kepuasan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, seperti merasa terbantu, termotivasi, atau merasa lebih siap menghadapi situasi terkait.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran "Defisit Pengetahuan" adalah:
a. Asesmen Pengetahuan: Mengidentifikasi tingkat pengetahuan klien terkait topik tertentu, serta faktor-faktor yang memengaruhi, seperti kesiapan belajar, preferensi belajar, dan hambatan belajar.
b. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi, edukasi, dan penjelasan yang terstruktur dan sistematis kepada klien mengenai topik yang menjadi kebutuhan belajar.
c. Fasilitasi Pembelajaran: Memfasilitasi proses pembelajaran klien dengan menggunakan berbagai metode, media, dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi klien.
d. Evaluasi Pembelajaran: Melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran, serta melakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk kondisi "Defisit Pengetahuan", perawat perlu mempertimbangkan berbagai faktor individual klien, seperti latar belakang, budaya, kemampuan kognitif, dan gaya belajar, serta melibatkan klien secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, motivasi, dan kemampuan klien dalam mengelola kondisi kesehatannya. -
Article No. 20173 | 28 Jul 2025
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi risiko infeksi, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi:
Diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi". Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan" (SDKI, 2017).
Risiko Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti prosedur invasif, kondisi imunokompromais, malnutrisi, usia ekstrem, dan kebersihan yang buruk. Pasien dengan risiko infeksi membutuhkan pengkajian yang komprehensif dan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko infeksi adalah:
a. Kontrol Infeksi: Pasien menunjukkan tanda-tanda kontrol infeksi yang adekuat, seperti tidak ada tanda-tanda infeksi pada area yang berisiko, tidak ada peningkatan tanda dan gejala infeksi, dan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal.
b. Pemulihan Kesehatan: Pasien menunjukkan kemajuan dalam proses penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
c. Pengetahuan Manajemen Infeksi: Pasien dan keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola risiko infeksi, seperti melakukan higiene diri yang baik, mengenali tanda-tanda infeksi, dan mengikuti instruksi tenaga kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola risiko infeksi dan mencapai luaran yang diharapkan adalah:
a. Manajemen Infeksi:
- Identifikasi faktor risiko infeksi pada pasien
- Monitoring tanda dan gejala infeksi secara berkala
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik atau intervensi lainnya
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pencegahannya
b. Perawatan Luka:
- Observasi dan dokumentasi karakteristik luka secara berkala
- Perawatan luka sesuai prinsip aseptik
- Penggunaan teknik perawatan luka yang tepat, seperti debridemen, irigasi, dan aplikasi dressing yang sesuai
c. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Pemantauan status cairan dan elektrolit pasien
- Pemberian cairan atau elektrolit sesuai kebutuhan untuk mencegah dehidrasi atau ketidakseimbangan
d. Pemberian Nutrisi:
- Penilaian status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk penyusunan dan pemberian diet yang adekuat
- Monitoring intake dan output nutrisi pasien
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu kontrol infeksi yang adekuat, pemulihan kesehatan yang optimal, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola risiko infeksi. -
Article No. 20174 | 28 Jul 2025
Klinis : bab cair 2x
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "bab cair 2x" yang Anda sampaikan. Berikut adalah formatnya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis, tidak spesifik
Penjelasan:
Kondisi "bab cair 2x" dapat diklasifikasikan sebagai gastroenteritis atau kolitis, yang merupakan kondisi peradangan pada saluran pencernaan. Kode ICD-10 K52.9 adalah kode yang paling sesuai untuk menggambarkan kondisi ini karena tidak ada penyebab spesifik yang disebutkan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis spesifik yang dilaporkan untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Dalam kasus "bab cair 2x", tidak ada tindakan medis atau prosedur yang harus dilaporkan menggunakan kode ICD-9-CM. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian cairan elektrolit, antiemetik, atau antidiare, tetapi tidak ada kode prosedur yang secara khusus diperlukan untuk melaporkan hal ini. -
Article No. 20175 | 28 Jul 2025
Klinis : bab cair 2x
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu "bab cair 2x", berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Diare (00013)
Definisi:
Pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus.
Kode SDKI: 00013
Definisi SDKI: Pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus.
Kode SLKI: 00013
Definisi SLKI: Kemampuan individu untuk mengendalikan frekuensi dan konsistensi defekasi sesuai kondisi normal.
Kode SIKI: 00013
Definisi SIKI: Tindakan untuk mempertahankan volume cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa, serta mencegah komplikasi akibat diare.
Pada kondisi "bab cair 2x" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Diare (00013). Diare merupakan pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan terus-menerus. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mendefinisikan diare sebagai kondisi tersebut, sementara Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengacu pada kemampuan individu untuk mengendalikan frekuensi dan konsistensi defekasi sesuai kondisi normal. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah mempertahankan volume cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa, serta mencegah komplikasi akibat diare. -
Article No. 20176 | 28 Jul 2025
Klinis : RR= 26x/menit, tampak lemas, ada pernafasan cuping hidung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: RR= 26x/menit, tampak lemas, ada pernafasan cuping hidung
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Karakteristik Utama:
- Frekuensi napas tidak dalam kisaran normal
- Menggunakan otot-otot bantu pernapasan
- Perubahan irama napas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam kisaran normal (12-20 x/menit)
- Tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan
- Irama napas teratur
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pemantauan Respirasi
- Ukur frekuensi, irama, dan kedalaman napas
- Pantau penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Pantau tanda-tanda ketidakefektifan pernapasan (misal: dispnea, ortopnea)
2. Manajemen Jalan Napas
- Bersihkan jalan napas dari sekret/lendir
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen Energi
- Identifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan
- Berikan istirahat yang cukup
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan
4. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pola napas tidak efektif
- Ajarkan teknik pernapasan efektif (misal: latihan pernapasan diafragma)
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu RR= 26x/menit (frekuensi napas tidak dalam kisaran normal), tampak lemas (mengindikasikan ketidakefektifan pernapasan), dan ada pernafasan cuping hidung (penggunaan otot-otot bantu pernapasan). Tujuan setelah asuhan keperawatan adalah mencapai Pola Napas Efektif, dengan frekuensi napas dalam kisaran normal, tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan, dan irama napas teratur. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan seperti pemantauan respirasi, manajemen jalan napas, manajemen energi, dan edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 20177 | 28 Jul 2025
Klinis : gangguan persepsi sensori
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan persepsi sensori.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori (NANDA-I: 00125)
Definisi:
Gangguan dalam pengalaman sensorik dan persepsi yang dapat mempengaruhi respons perilaku.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10044
Judul: Gangguan Persepsi Sensori
Definisi: Persepsi yang terdistorsi atau tidak akurat tentang stimulus sensorik internal atau eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10019
Judul: Persepsi Sensorik: Teratasi
Definisi: Kemampuan individu untuk menginterpretasikan dan mengorganisasikan stimulus sensorik secara akurat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10039
Judul: Manajemen Persepsi Sensori
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pengalaman sensorik yang akurat dan terorganisir.
Dengan kode dan definisi yang telah saya sampaikan, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar keperawatan terkait gangguan persepsi sensori berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. -
Article No. 20110 | 27 Jul 2025
Klinis : Pasien dengan G2P1H38mgg datang jam 12.00 WIB ke IGD maternitas rujukan dari poli. Pasien mengatakan di rencana operasi SC cito karena hasil lab urine (protein urine +2). Pasien mengatakan tidak menyangka untuk tindakan hari ini juga, tidak ada persiapan apa-apa karena pasien dan suami hanya berniat kontrol saja. Saat dikaji pasien mengatakan biasanya kontrol di bidan terdekat. Pasien mengatakan tensi nya tinggi mulai trimester ke 3 namun tidak minum obat darah tinggi. Saat hamil anak pertama tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi baru kehamilan ini saja. Ttv saat datang TD=140/90mmHg Hr=85x/i,suhu=36.7C, RR= 20x/i, Spo2 98%, DJJ= 132x/i gerak janin aktif. Mengeluh sedikit sakit kepala. Telapak kaki sedikit bengkak. Terlihat cemas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Preeklampsia (10074)
- SDKI: Risiko terjadinya hipertensi, proteinuria, dan/atau gejala sistemik lain yang disebabkan oleh kehamilan.
- SLKI: Intervensi untuk mencegah atau mengendalikan risiko terjadinya preeklampsia.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mencegah atau mengendalikan risiko terjadinya preeklampsia.
b. Cemas (10026)
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau mencegah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk mengurangi atau mencegah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
c. Ketidaksiapan (10067)
- SDKI: Kondisi di mana individu, keluarga, atau masyarakat tidak memiliki kemampuan, pengetahuan, dan sumber daya yang memadai untuk menghadapi situasi baru atau perubahan.
- SLKI: Intervensi untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat mempersiapkan diri menghadapi situasi baru atau perubahan.
- SIKI: Tindakan mandiri perawat untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat mempersiapkan diri menghadapi situasi baru atau perubahan.
Penjelasan singkat:
Pasien memiliki risiko preeklampsia karena adanya riwayat tekanan darah tinggi pada trimester ketiga, proteinuria, dan gejala-gejala lain seperti sakit kepala dan pembengkakan pada kaki. Selain itu, pasien juga mengalami kecemasan karena tidak menyangka akan menjalani operasi sesar saat ini dan merasa tidak siap. Perawat perlu memberikan intervensi yang tepat untuk mencegah atau mengendalikan risiko preeklampsia, mengurangi kecemasan, dan membantu pasien mempersiapkan diri menghadapi tindakan operasi sesar.