Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 973 | 30 Sep 2024
Klinis : Pasien laki-laki, 50 tahun, diantar oleh keluarganya ke RS dengan keluhan utama dyspnea. dyspnea dirasakan sejak sebulan lalu, namun memberat 3 hari terakhir disertai orthopnea. Pasien didiagnosis Penyakit paru obstruktif kronis (chronic obstructive pulmonary disease) jenis Bronkitis kronis, hipertiroid dan Myasthenia Gravis. Saat ini keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, gelisah, tampak anemis, Respirasi rate 36x/menit, heart rate 120x/menit, tekanan darah 150/80 mmHg, suhu 370C, saturasi oksigen 90%, pergerakan dada simetris, taktil fremmitus menurun, nyeri tekan (-), wheezing (+) tetapi menurun, batuk (+) dengan sekret yang kental dan banyak tetapi susah untuk di keluarkan. Pasien mengalami hipersekresi jalan nafas dan sekresi yang tertahan dijalan nafas. Selama dirawat di RS, pasien mengeluh lelah, merasa lemah, sulit tidur karena asing dengan lingkungan perawatan. Jika bisa tidur, pasien seringkali terbangun tiba-tiba tengah malam dan tidak puas tidurnya serta merasa tidak cukup istirahat selama di rumah sakit dikarenakan ruangan yang bercampur dengan pasien lain. Pasien juga mengeluh mual dan nafsu makannya menurun. Selama sakit, berat badannya menurun menjadi 44 kg (dari 55 kg, IMT ideal 19) TB 170 cm. Pasien tinggal bersama ketiga anaknya. Diantara anggota keluarga, tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Pasien memiliki kebiasaan merokok. Pasien merupakan lulusan SMA dan bekerja di pabrik pengolahan kayu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor yang berhubungan: Hipersekresi jalan napas, sekresi tertahan di jalan napas.
- Gejala dan tanda mayor: Wheezing, batuk dengan sekret kental dan banyak, pergerakan dada simetris, taktil fremitus menurun.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan umum, penurunan berat badan.
- Gejala dan tanda mayor: Pasien merasa lelah dan lemah.
3. Gangguan pola tidur (SDKI)
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Lingkungan asing, kecemasan.
- Gejala dan tanda mayor: Sulit tidur, sering terbangun tengah malam, tidak puas dengan kualitas tidur.
4. Penurunan nutrisi (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual.
- Gejala dan tanda mayor: Penurunan berat badan, nafsu makan menurun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Toleransi aktivitas meningkat
3. Pola tidur yang adekuat
4. Status nutrisi membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen energi
3. Terapi tidur
4. Manajemen nutrisi
Dengan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan diagnosa dan standar yang ada, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 974 | 30 Sep 2024
Klinis : Hematuria, kencing sedikit sedikit, nyeri perut atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Hematuria, kencing sedikit-sedikit, dan nyeri perut atas:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urin (SDKI)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kesulitan dalam proses pengeluaran urin secara efektif.
2. Nyeri Akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Eliminasi Urin
- Kaji pola eliminasi urin
- Monitor intake dan output cairan
- Fasilitasi buang air kecil sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen eliminasi urin
2. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam penatalaksanaan nyeri
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Pola Eliminasi Urin Efektif
- Frekuensi berkemih normal
- Tidak ada rasa sakit saat berkemih
- Volume urin dalam batas normal
2. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dengan baik
- Pasien dan keluarga mampu mengelola nyeri
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan utama adalah Gangguan Eliminasi Urin dan Nyeri Akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Eliminasi Urin dan Manajemen Nyeri. Luaran yang diharapkan adalah Pola Eliminasi Urin Efektif dan Nyeri Terkontrol. -
Article No. 852 | 29 Sep 2024
Klinis : Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan untuk Bapak X, dapat ditentukan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
Gangguan Cemas Berhubungan Dengan Perubahan Status Kesehatan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Cemas adalah respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang sumbernya tidak spesifik atau tidak diketahui, ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, atau ketakutan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Terkontrol
2. Kemampuan Mengatasi Kecemasan Meningkat
3. Stres Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Relaksasi
2. Terapi Kognitif
3. Manajemen Stres
4. Dukungan Emosional
Penjelasan singkat:
Bapak X mengalami gangguan cemas terkait perubahan status kesehatannya yang membuat dia merasa tidak dapat berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan perasaan tidak berguna sehingga dikhawatirkan akan menjadi beban bagi keluarganya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, manajemen stres, dan pemberian dukungan emosional agar Bapak X dapat mengendalikan kecemasan, meningkatkan kemampuan mengatasi kecemasan, dan mengelola stres yang dialami. -
Article No. 853 | 29 Sep 2024
Klinis : Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan (Anxiety)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau masalah yang akan terjadi.
- Gejala yang tampak: Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- SDKI adalah standar yang berisi berbagai diagnosa keperawatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien.
- Diagnosa keperawatan "Kecemasan (Anxiety)" dapat ditemukan dalam SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah standar yang berisi berbagai luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- Contoh luaran yang terkait dengan diagnosa "Kecemasan (Anxiety)" adalah "Tingkat Kecemasan Terkendali" dan "Kemampuan Mengatasi Kecemasan".
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah standar yang berisi berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Contoh intervensi yang terkait dengan diagnosa "Kecemasan (Anxiety)" adalah "Manajemen Kecemasan", "Terapi Relaksasi", dan "Dukungan Emosional".
Dalam kasus Bapak X, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Kecemasan (Anxiety)" karena Bapak X sering merasa cemas dan khawatir akan menjadi beban bagi keluarganya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah manajemen kecemasan, terapi relaksasi, dan pemberian dukungan emosional untuk membantu Bapak X mengatasi kecemasannya. -
Article No. 854 | 29 Sep 2024
Klinis : Bapak X sering merasa cemas dan khawatir karena tidak bisa berkontribusi dalam keluarga seperti dulu. Pasien mengatakan: "Saya merasa tidak berguna sekarang, saya tidak bisa melakukan apa-apa, dulu saya pekerja keras." Pasien mengungkapkan kekhawatirannya akan menjadi beban bagi keluarganya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran dan kemandirian
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau ancaman, yang ditandai oleh sumber yang dapat diidentifikasi.
- Karakteristik Definisi: Pasien merasa tidak dapat berkontribusi dalam keluarga dan khawatir menjadi beban bagi keluarganya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mengendalikan kecemasan, mengekspresikan perasaan dengan tepat, dan menerima keterbatasan diri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
a. Manajemen Kecemasan: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi sumber kecemasan, serta mengajarkan teknik relaksasi.
b. Dukungan Emosional: Memberikan empati, memvalidasi perasaan pasien, dan mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
c. Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki, serta membantu menerima keterbatasan diri.
d. Terapi Aktivitas: Melibatkan pasien dalam aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan rasa kontribusi.
Dalam menerapkan intervensi keperawatan, perawat perlu melakukan kolaborasi dengan pasien dan keluarga untuk memastikan intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 855 | 29 Sep 2024
Klinis : pusing mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda jelaskan, yaitu pusing, mual, dan muntah, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (Nausea)
Definisi: Pengalaman tidak menyenangkan yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- Faktor yang berhubungan: Obat-obatan, rasa takut, nyeri, infeksi, dan lain-lain.
- Karakteristik mayor: Perasaan tidak nyaman di perut, mual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan rasa mual berkurang, tidak ada muntah, dan mampu mengonsumsi makanan/cairan dengan adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Mual, Manajemen Muntah, Manajemen Nutrisi.
- Aktivitas: Identifikasi penyebab mual, monitor tanda-tanda vital, berikan antiemetik, atur makanan dan cairan, anjurkan istirahat, dan lain-lain.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI:
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Mual, muntah, anoreksia.
- Karakteristik mayor: Berat badan menurun, asupan makanan kurang.
SLKI:
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan mampu mengonsumsi makanan/cairan dengan adekuat.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Nutrisi, Manajemen Mual, Manajemen Muntah.
- Aktivitas: Identifikasi penyebab kurang nutrisi, monitor asupan nutrisi, berikan makanan sesuai kebutuhan, bantu pasien makan, dan lain-lain.
Penjelasan singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar. SDKI berisi definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik mayor dari diagnosa keperawatan. SLKI berisi kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI berisi intervensi dan aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 856 | 29 Sep 2024
Klinis : klien berusia 35 th dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk dan sesak nafas. 3 hari SMRS klien mulai merasakan sesak, kemudian di bawa ke RS. Pada saat dikaji, klien mengatakan batuk disertai dahak dan adanya darah, klien mengeluh sesak di dada dan merasa penuh, keringat dingin pada malam hari. Sesak dirasakan lebih berat saat malam dan pagi hari. Sesak dirasakan seperti di cekik skala 2 (0 – 4). Klien mengatakan bahwa batuk dirasakan lebih dari 2 bulan, klien mengeluh jarang makan karena tidak nafsu makan serta mual. Akhir-akhir ini klien mengeluh tidak enak badan, lemas dan demam. Klien pernah berobat ke pelayanan Kesehatan untuk mengatasi batuknya, namun kondisinya tidak kunjung sembuh. Klien menjadi putus asa dan menjadi malas berobat. Menurut klien, klien memiliki riwayat merokok selama 15 tahun. Klien mengaku tinggal di daerah yang padat dan kamar tidur lembab dan ventilasi udara serta paparan matahari minimal. Klien tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya, klien mengatakan riwayat imunisasi tidak lengkap. Klien baru pertama kali di rawat di RS dan untuk pertama kalinya mendapatkan pengobatan obat anti tuberculosis (OAT) fase intensif. Pada saat perawat melakukan pengkajian pasien sudah 2 hari mengkonsumsi (OAT), setelah meminum obat klien mengeluhkan BAK pasien berwarna merah dan setiap kali setelah minum obat mengeluh mual. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran: compos mentis; Tekanan darah : 100/70 mmHg; Nadi : 109 x/ menit; Respirasi: 26 x/menit, Suhu : 38 0C. epistaksis (-), sekret (+), terpasang O2 nasal 3 lpm. Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (+). Ronchi (+). Pengembangan paru kiri dan kanan simetris. Terdapat penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 45 kg (kondisi sekarang) tinggi Badan 158 cm. Adanya benjolan dileher. Klien tampak lemah. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb: 11.8 g/dl, Hematokrit : 35%, Leukosit: 9.643 sel/μl, trombosit: 400.000 trombosit/μL, LED: 41,2 mm/jam, albumin 2,4gr/dL Therapy: Pemeriksaan sputum BTA (+), mantoux test reaksi positif, Foto thorax: TB paru aktif. Omeprazole 2 x 20 mg; Ambroxol 3 x 30 mg; Levofloxacin 1 x 750 mg; Nebul combivent 2,5 mg /8 jam, Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr. Terapi OAT: KDT RHZE (3 tablet/hari)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Intoleransi aktivitas
3. Kecemasan
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Bersihan jalan napas tidak efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Bersihan jalan napas tidak efektif: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Intoleransi aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Kecemasan: Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas secara terbuka dan menunjukkan perilaku koping yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Bersihan jalan napas tidak efektif: Manajemen jalan napas, Manajemen batuk, Terapi oksigen.
- Intoleransi aktivitas: Manajemen energi, Peningkatan latihan fisik, Peningkatan aktivitas.
- Kecemasan: Terapi relaksasi, Dukungan emosional, Terapi kognitif.
Dalam kasus ini, klien mengalami batuk dan sesak napas yang diperparah oleh faktor-faktor seperti riwayat merokok, kondisi lingkungan, dan riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah bersihan jalan napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut berdasarkan SIKI mencakup manajemen jalan napas, manajemen energi, terapi relaksasi, dan lain-lain. -
Article No. 857 | 29 Sep 2024
Klinis : Berikan udara lembap menggunakan masker wajah berkelembaban tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi "Berikan udara lembap menggunakan masker wajah berkelembaban tinggi", berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pernapasan yang memadai untuk mendukung kehidupan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Frekuensi napas di luar rentang normal
- Irama napas tidak teratur
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka
- Penggunaan otot tambahan untuk bernapas
- Perubahan kedalaman napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mempertahankan frekuensi napas dalam batas normal
- Mempertahankan irama napas teratur
- Mempertahankan jalan napas terbuka
- Mengurangi penggunaan otot tambahan untuk bernapas
- Mempertahankan kedalaman napas dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan fungsi pernapasan
- Pemberian oksigen
- Pemberian terapi pelembab udara (humidifikasi)
- Manajemen jalan napas
- Latihan pernapasan
Penjelasan Singkat:
Kondisi "Berikan udara lembap menggunakan masker wajah berkelembaban tinggi" menunjukkan adanya Pola Napas Tidak Efektif. Untuk mengatasi kondisi ini, perawat perlu melakukan intervensi seperti pemantauan fungsi pernapasan, pemberian oksigen, pemberian terapi pelembab udara (humidifikasi), manajemen jalan napas, dan latihan pernapasan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan frekuensi napas, irama napas, jalan napas terbuka, penggunaan otot tambahan, dan kedalaman napas dalam batas normal. -
Article No. 858 | 29 Sep 2024
Klinis : klien berusia 35 th dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk dan sesak nafas. 3 hari SMRS klien mulai merasakan sesak, kemudian di bawa ke RS. Pada saat dikaji, klien mengatakan batuk disertai dahak dan adanya darah, klien mengeluh sesak di dada dan merasa penuh, keringat dingin pada malam hari. Sesak dirasakan lebih berat saat malam dan pagi hari. Sesak dirasakan seperti di cekik skala 2 (0 – 4). Klien mengatakan bahwa batuk dirasakan lebih dari 2 bulan, klien mengeluh jarang makan karena tidak nafsu makan serta mual. Akhir-akhir ini klien mengeluh tidak enak badan, lemas dan demam. Klien pernah berobat ke pelayanan Kesehatan untuk mengatasi batuknya, namun kondisinya tidak kunjung sembuh. Klien menjadi putus asa dan menjadi malas berobat. Menurut klien, klien memiliki riwayat merokok selama 15 tahun. Klien mengaku tinggal di daerah yang padat dan kamar tidur lembab dan ventilasi udara serta paparan matahari minimal. Klien tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya, klien mengatakan riwayat imunisasi tidak lengkap. Klien baru pertama kali di rawat di RS dan untuk pertama kalinya mendapatkan pengobatan obat anti tuberculosis (OAT) fase intensif. Pada saat perawat melakukan pengkajian pasien sudah 2 hari mengkonsumsi (OAT), setelah meminum obat klien mengeluhkan BAK pasien berwarna merah dan setiap kali setelah minum obat mengeluh mual. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran: compos mentis; Tekanan darah : 100/70 mmHg; Nadi : 109 x/ menit; Respirasi: 26 x/menit, Suhu : 38 0C. epistaksis (-), sekret (+), terpasang O2 nasal 3 lpm. Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (+). Ronchi (+). Pengembangan paru kiri dan kanan simetris. Terdapat penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 45 kg (kondisi sekarang) tinggi Badan 158 cm. Adanya benjolan dileher. Klien tampak lemah. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb: 11.8 g/dl, Hematokrit : 35%, Leukosit: 9.643 sel/μl, trombosit: 400.000 trombosit/μL, LED: 41,2 mm/jam, albumin 2,4gr/dL Therapy: Pemeriksaan sputum BTA (+), mantoux test reaksi positif, Foto thorax: TB paru aktif. Omeprazole 2 x 20 mg; Ambroxol 3 x 30 mg; Levofloxacin 1 x 750 mg; Nebul combivent 2,5 mg /8 jam, Per oral NAC (N-acetylcysteine) 3x1 gr. Terapi OAT: KDT RHZE (3 tablet/hari)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Energi
3. Risiko Malnutrisi
- SDKI: Risiko Malnutrisi
- SLKI: Peningkatan Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
4. Koping Tidak Efektif
- SDKI: Koping Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Koping
- SIKI: Dukungan Psikologis
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Klien mengalami batuk dengan dahak dan darah, sesak napas, dan ronki pada paru, mengarah pada adanya sekret yang mengganggu proses ventilasi.
- Intervensi keperawatan terkait manajemen jalan napas, seperti pemantauan jalan napas, pengeluaran sekret, dan terapeutik.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Klien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, lemah, dan sesak napas, mengindikasikan adanya penurunan toleransi terhadap aktivitas.
- Intervensi keperawatan terkait manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas, pemberian oksigen, dan edukasi.
3. Risiko Malnutrisi:
- Klien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, nafsu makan menurun, dan mual, mengarah pada risiko malnutrisi.
- Intervensi keperawatan terkait manajemen nutrisi, seperti pemantauan status nutrisi, pemberian nutrisi sesuai kebutuhan, dan edukasi.
4. Koping Tidak Efektif:
- Klien menunjukkan tanda-tanda depresi, putus asa, dan malas berobat, yang mengindikasikan adanya koping yang tidak efektif.
- Intervensi keperawatan terkait dukungan psikologis, seperti identifikasi sumber stres, pemberian dukungan emosional, dan edukasi. -
Article No. 859 | 29 Sep 2024
Klinis : Tn. H 51 tahun diantar ke IGD 3 hari yang lalu, dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke tangan sebelah kiri, sesak nafas disertai dada terasa berat sejak 2.5 jam sebelum masuk rumah sakit, saat sedang membawa mobil, durasi lebih dari 20 menit disertai keringat dingin. Nyeri dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat, dan merasa mual. Pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan perokok. Saat ini pasien dirawat di ruang perawatan jantung. Hasil pengkajian saat ini didapatkan tingkat kesadaran kompos mentis, nyeri dada masih dirasakan dengan skala nyeri 4/10, tekanan darah 92/63 mmHg, denyut jantung 94 x/menit, laju pernafasan 38 x/ menit dengan saturasi oksigen 93% dan suhu 37,60C. Pemeriksaan fisik didapatkan murmur ejection sistolik 3/6 pada batas tepi kiri sternum (LLSB) dan murmur pan sistolik 3/6 di apex sementara pemeriksaan lainnya dalam batas normal.EKG menunjukkan irama sinus rhytm dengan QRS rate 84 kali per menit, aksis QRS normal, gelombang P mitral, Interval PR 0.18 detik, durasi komplek QRS 0.08 detik, dengan ST depresi I, avL, V5, V6, T inverted I, aVL, V5V6, LVH (+). Hasil Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar haemoglobin 17.2 gr/dl, hematokrit 51%, leukosit 12670 /ul, ureum 29 mg/dl, level kreatinin 0.82 mg/dl, gula darah sewaktu 153 mg/dl, natrium 137 mmol/l, kalium 3.5 mmol/l, kalsium total 2.23 mmol/l, dan klorida 108 mmol/l. Enzim jantung menunjukkan nilai CKMB 28 dan Troponin T 0.127. Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan rasio jantung-thoraks sebesar 52%. Segmen Aorta Elongasi dan segmen pulmonal normal dengan apex jantung downward dan pinggang jantung mendatar, disertai dengan tanda- tanda kongesti dan infiltrat. Pasien didiagnosa dengan NSTEMI TIMI skor 4/7 skor GRACE 280, Pneumonia Komunitas (CAP). Pasien direncanakan tindakan pemasangan stent Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, memiliki satu orang istri dan 4 orang anak. Istri pasien bekerja sebagai buruh cuci. 3 orang anak pasien masih duduk di bangku sekolah. Sejak mengalami sakit, pasien tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal. Pasien selalu bertanya apakah saat ini dia bisa sembuh kembali seperti semula.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. H yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung dan dispnea sekunder nyeri dada.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infark miokard akut.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan dan antiagregan.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan lemah, tidak adekuatnya energi, atau keterbatasan fisik.
2. Nyeri Kronis: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Perdarahan: Kerentanan terhadap hilangnya darah, baik kuantitas maupun laju, yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Mampu melakukan aktivitas tanpa kelelahan berlebih.
2. Nyeri Kronis: Pasien melaporkan nyeri terkendali.
3. Risiko Perdarahan: Tidak terjadi perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen aktivitas, terapi energi, edukasi terkait aktivitas.
2. Nyeri Kronis: Manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, edukasi terkait nyeri.
3. Risiko Perdarahan: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, manajemen terapi antikoagulan, edukasi terkait pencegahan perdarahan.