Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2879 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
2. SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Infeksi adalah pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Infeksi meliputi:
a. Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi) untuk menentukan regimen terapi yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mengembangkan dan menerapkan protokol pencegahan infeksi.
b. Intervensi Observasi:
- Memonitor tanda dan gejala infeksi, seperti perubahan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, dan adanya erythema.
- Memonitor hasil pemeriksaan penunjang (misalnya kultur mikrobiologis).
c. Intervensi Terapeutik:
- Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan disinfeksi lingkungan.
- Mempertahankan integritas kulit dan mukosa, misalnya dengan perawatan luka yang tepat.
- Memantau dan mengelola faktor risiko infeksi, seperti status nutrisi, hiperglikemia, atau imunosupresi.
d. Intervensi Edukasi:
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang risiko infeksi, tanda gejala, dan upaya pencegahan.
- Edukasi tentang pentingnya kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah infeksi.
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap regimen terapi.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan risiko infeksi dapat diminimalisir dan pasien dapat bebas dari tanda dan gejala infeksi. -
Article No. 2880 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi obstruksi saluran pernafasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Obstruksi Saluran Pernapasan
Definisi: Kondisi di mana terjadi gangguan atau hambatan pada saluran pernapasan, yang dapat mengganggu aliran udara masuk dan keluar paru-paru.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pada kasus obstruksi saluran pernapasan, diagnosis keperawatan yang relevan adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" yang didefinisikan sebagai "ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus ini adalah "Bersihan Jalan Napas Efektif" yang ditandai dengan parameter seperti frekuensi pernapasan dalam batas normal, tidak ada retraksi dada, dan tidak ada suara napas tambahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk pemberian obat-obatan, tindakan pembersihan jalan napas, dan terapi oksigen jika diperlukan.
2. Intervensi Observasi:
- Memantau tanda-tanda vital (frekuensi napas, saturasi oksigen, dan lain-lain).
- Mengamati adanya retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan, dan bunyi napas tambahan.
- Memantau karakteristik dan jumlah sekret yang dikeluarkan.
3. Intervensi Terapeutik:
- Memberikan posisi semi-fowler atau posisi yang memudahkan pernapasan.
- Melakukan fisioterapi dada (postural drainage, percussions, dan vibrasi) untuk membantu pengeluaran sekret.
- Melakukan suction (penghisapan) sekret jika diperlukan.
4. Intervensi Edukasi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan bersihan jalan napas.
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Memberikan edukasi tentang penggunaan alat bantu pernapasan (misalnya nebulizer) jika diperlukan.
Dengan menerapkan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, perawat dapat membantu pasien dengan obstruksi saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 2881 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi kesulitan berkomunikasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kesulitan berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan:
Kesulitan Berkomunikasi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kesulitan berkomunikasi merupakan keterbatasan dalam menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk masalah kesulitan berkomunikasi adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif, dapat menyampaikan kebutuhan dan perasaan, serta menjalin interaksi sosial yang baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan berkomunikasi meliputi:
1. Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tim medis lain (misalnya terapis wicara) untuk mengevaluasi dan menangani penyebab kesulitan berkomunikasi.
2. Intervensi Observasi:
- Mengkaji kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pasien.
- Mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi, seperti kondisi fisik, psikologis, dan lingkungan.
3. Intervensi Terapeutik:
- Memfasilitasi komunikasi dengan menggunakan alat bantu komunikasi (misalnya papan komunikasi, gambar, dan teknologi) sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Membantu pasien untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan secara efektif.
- Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi.
4. Intervensi Edukasi:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi komunikasi yang efektif.
- Mengajarkan teknik-teknik komunikasi alternatif dan penggunaan alat bantu komunikasi.
- Memberikan dukungan dan pelatihan kepada keluarga untuk membantu pasien dalam berkomunikasi.
Dengan menggunakan pendekatan multidimensi yang mencakup aspek kolaborasi, observasi, terapeutik, dan edukasi, diharapkan dapat membantu pasien mengatasi kesulitan berkomunikasi dan mencapai komunikasi yang efektif. -
Article No. 2882 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi perubahan status hidrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat senior dengan pengalaman yang luas dalam praktik keperawatan. Pada kondisi perubahan status hidrasi, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) berdasarkan panduan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan yang adekuat untuk mendukung fungsi fisiologis.
Penjelasan singkat:
SDKI: Menetapkan karakteristik yang dapat diukur atau diamati terkait masalah keseimbangan cairan, seperti tanda-tanda dehidrasi, perubahan warna dan turgor kulit, penurunan output urin, dan peningkatan tanda-tanda vital.
SLKI: Menetapkan luaran yang diharapkan, seperti tercapainya keseimbangan cairan, status hidrasi yang adekuat, dan tidak ada komplikasi yang terkait dengan gangguan hidrasi.
SIKI: Menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti observasi, kolaborasi, terapi, dan edukasi.
Intervensi Keperawatan:
1. Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab dan penatalaksanaan yang tepat.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit yang tepat.
2. Intervensi Observasi:
- Monitor tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah).
- Monitor intake dan output cairan.
- Monitor tanda-tanda dehidrasi, seperti turgor kulit, mukosa kering, dan oliguria.
3. Intervensi Terapeutik:
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan.
- Berikan elektrolit sesuai kebutuhan.
- Lakukan terapi penggantian cairan dan elektrolit.
4. Intervensi Edukasi:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga hidrasi yang adekuat.
- Ajarkan teknik-teknik sederhana untuk memantau status hidrasi, seperti memperhatikan warna urin.
- Anjurkan peningkatan asupan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
Peran perawat dalam kondisi perubahan status hidrasi adalah melakukan observasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, memberikan intervensi terapeutik, dan melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga. Tujuannya adalah untuk memulihkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 2883 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi resiko cedera kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko cedera kulit, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Kulit
Definisi:
Rentan terhadap kerusakan atau perubahan integritas kulit/jaringan, yang dapat disebabkan oleh faktor internal (seperti usia, kondisi medis) maupun eksternal (seperti kelembaban, tekanan, gesekan).
Intervensi Kolaborasi:
- Konsultasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan menentukan pengobatan yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi asupan nutrisi dan kebutuhan cairan
- Koordinasi dengan tim perawatan luka untuk perawatan kulit dan pencegahan kerusakan lebih lanjut
Observasi:
- Pemantauan tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh
- Inspeksi kulit secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan atau perubahan
- Pemantauan faktor risiko, seperti kelembaban, tekanan, gesekan, dan nutrisi
Terapeutik:
- Perawatan kulit, seperti pemberian pelembab, lotion, atau salep
- Manajemen tekanan, menggunakan alat bantu seperti matras anti-dekubitus
- Mobilisasi dan perubahan posisi secara berkala
Edukasi Risiko:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko cedera kulit dan faktor penyebabnya
- Instruksi mengenai perawatan kulit yang tepat, termasuk penggunaan pelembab dan perawatan luka
- Informasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan hidrasi untuk pemulihan kulit
- Anjuran untuk melakukan perubahan posisi secara teratur dan hindari tekanan yang lama pada satu area
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meminimalkan risiko cedera kulit dan mempertahankan integritas kulit pasien. -
Article No. 2884 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi ketidaknyamanan atau nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidaknyamanan atau nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidaknyamanan Atau Nyeri
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- Faktor Terkait: Cedera fisik, proses penyakit, prosedur diagnostik atau terapeutik, agenten biologis, kimia, fisik, psikologis, dan situasional.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tingkat nyeri berkurang, kenyamanan meningkat, dan fungsi normal kembali.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Kolaborasi: Pemberian analgesik, antiinflamasi, dan obat-obat lain yang dapat mengurangi nyeri.
- Intervensi Observasi: Mengkaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas), tanda-tanda vital, dan respons non-verbal.
- Intervensi Terapeutik: Manajemen nyeri non-farmakologis (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin, terapi musik, dan lain-lain).
- Intervensi Edukasi: Mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri, teknik manajemen nyeri, dan pemantauan efektivitas intervensi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, melakukan observasi yang komprehensif, memberikan intervensi terapeutik yang sesuai, dan melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk membantu mengatasi ketidaknyamanan atau nyeri yang dialami. -
Article No. 2885 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi gangguan pernafasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pernapasan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida di tingkat alveolar-kapiler.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan definisi, karakteristik, faktor terkait, dan faktor risiko untuk diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan luaran yang diharapkan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa tersebut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan rincian intervensi keperawatan, tindakan mandiri perawat, dan tindakan kolaboratif yang dapat dilakukan.
Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi oksigen, ventilasi mekanik, atau tindakan lain yang diperlukan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet dan nutrisi yang sesuai.
Observasi:
- Pemantauan tanda-tanda vital, terutama laju pernapasan, pola, kedalaman, dan irama.
- Pemantauan status oksigenasi, seperti saturasi oksigen dan gas darah.
- Pengkajian kualitas dan kuantitas sputum.
Terapeutik:
- Pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan.
- Pengaturan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan.
- Latihan pernapasan dan teknik relaksasi untuk mengurangi kerja napas.
Edukasi:
- Edukasi mengenai penyebab, gejala, dan penatalaksanaan gangguan pernapasan.
- Edukasi mengenai penggunaan alat bantu pernapasan dan teknik pernapasan yang benar.
- Edukasi mengenai gaya hidup sehat dan pencegahan komplikasi.
Persona: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menyediakan informasi yang komprehensif dan berbasis bukti terkait diagnosa keperawatan dan penatalaksanaan gangguan pernapasan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2886 | 19 Oct 2024
Klinis : apa saja intervensi kolaborasi, observasi, teraupetik, dan edukasi perubahan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perubahan Nutrisi
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan acuan baku yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.
Dalam kasus perubahan nutrisi, berikut penjelasan singkat mengenai intervensi kolaborasi, observasi, terapeutik, dan edukasi yang dapat dilakukan:
Intervensi Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi status gizi pasien dan merencanakan intervensi nutrisi yang tepat.
- Koordinasi dengan tim medis lain (dokter, ahli farmasi, dll.) untuk memastikan penatalaksanaan yang komprehensif.
Intervensi Observasi:
- Pemantauan tanda-tanda vital, status cairan, dan elektrolit.
- Pengkajian asupan dan output nutrisi.
- Pemantauan perubahan berat badan, status hidrasi, dan tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi Terapeutik:
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan pasien.
- Manajemen diet dan pengaturan pola makan.
- Pemberian suplemen nutrisi sesuai indikasi.
- Terapi farmakologis terkait gangguan nutrisi (misal: antiemetik, antidiare, dll.).
Intervensi Edukasi:
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat.
- Pemberian informasi tentang makanan yang dianjurkan, porsi, dan frekuensi makan yang tepat.
- Edukasi tentang manajemen gejala yang memengaruhi asupan nutrisi (mual, diare, dll.).
- Konseling gaya hidup sehat terkait nutrisi.
Dengan mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan praktik terbaik dalam menangani pasien dengan perubahan nutrisi. -
Article No. 2887 | 19 Oct 2024
Klinis : Identitas Pasien: Tn. D, 65 tahun, dirawat di ruang bedah setelah pemasangan WSD pada hari ke-3 karena indikasi efusi pleura. Tn. D mengeluh sesak napas yang meningkat dan nyeri di area pemasangan selang dada, skala nyeri 4 dari 10. Hasil pengkajian menunjukkan produk drain berwarna jernih, undulasi (+), tetapi balutan tampak kotor dan ada beberapa area yang terkelupas. Jahitan tampak kuat dan tidak ada yang lepas, namun luka di area insersi tampak kotor dan basah. Tidak ada pus atau tanda-tanda infeksi. Hasil Pemeriksaan Fisik: Suara napas meredup di kedua lapang paru. Ekspansi paru tidak maksimal. TD: 130/85 mmHg Frekuensi napas: 30x/menit Frekuensi nadi: 90x/menit Suhu: 37,8°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru dan sesak napas akibat efusi pleura.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan di tempat tinggal atau di tempat kerja.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan kapasitas fungsional, nyeri, disfungsi neuromuskular, keterbatasan lingkungan, dan keterbatasan kognitif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen aktivitas, perawatan diri, dan edukasi terkait pembatasan aktivitas.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan balutan luka yang kotor dan luka di area insersi selang dada yang basah.
SDKI:
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Prosedur invasif, kebersihan yang buruk, dan penurunan sistem imun.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, perawatan drainase, dan edukasi terkait pencegahan infeksi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pada area pemasangan selang dada.
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang Berhubungan: Agen cedera fisik, agen cedera psikologis, dan penyakit.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi komplementer, dan edukasi terkait penanganan nyeri.
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan mencakup manajemen aktivitas, perawatan luka, perawatan drainase, manajemen nyeri, terapi komplementer, dan edukasi terkait pembatasan aktivitas, pencegahan infeksi, dan penanganan nyeri. -
Article No. 2888 | 19 Oct 2024
Klinis : Ny. B berusia 48 tahun dirawat di ruang bedah setelah dilakukan operasi pembuatan trakeostomi hari ke -3. Hasil pemeriksaan menunjukan balutan tampak kotor, hasil pemeriksaan fisik: TD 128/80 mmHg, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi: 79 x/menit, suhu 37,60c.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J95.0
- Deskripsi: Komplikasi trakeostomi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 31.1
- Deskripsi: Traketomi, pembuatan trakeostomi
Penjelasan detail:
Ny. B, seorang pasien berusia 48 tahun, dirawat di ruang bedah setelah dilakukan operasi pembuatan trakeostomi pada hari ke-3. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa balutan tampak kotor, dengan tanda-tanda infeksi yang ditunjukkan oleh vital signs: Tekanan darah 128/80 mmHg, frekuensi napas 30 kali per menit, frekuensi nadi 79 kali per menit, dan suhu 37,6°C.
1. Kode ICD-10 (Komplikasi trakeostomi):
- Kode J95.0 digunakan untuk mengindikasikan komplikasi yang timbul setelah prosedur trakeostomi, seperti infeksi pada area trakeostomi.
- Kode ini sesuai dengan kondisi Ny. B, yang menunjukkan adanya komplikasi pada luka trakeostomi, ditandai dengan balutan yang tampak kotor dan tanda-tanda infeksi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (Traketomi, pembuatan trakeostomi):
- Kode 31.1 digunakan untuk mengindikasikan prosedur pembuatan trakeostomi, yang telah dilakukan pada Ny. B sebelumnya.
- Kode ini sesuai dengan informasi bahwa Ny. B telah menjalani operasi pembuatan trakeostomi pada hari ke-3 sebelum dirawat.
Dengan demikian, berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 untuk diagnosis Ny. B adalah J95.0 (Komplikasi trakeostomi), dan kode ICD-9-CM untuk prosedur yang telah dilakukan adalah 31.1 (Traketomi, pembuatan trakeostomi).