Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18190 | 03 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, dengan skala 3-4 dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, nyeri dirasakan saat minum air karena pasien didiagnosa sirosis hepatitis hepatitis b, BAB hitam dan pernah muntah darah 1 kali sebelum masuk rs
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (sirosis hepatitis B) ditandai dengan keluhan nyeri tekan di perut kuadran kanan atas, skala nyeri 3-4, dirasakan seperti tertindih, dengan durasi 3-4 menit, yang membuat kesulitan tidur, dan nyeri saat minum air.
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan penyakit hati (sirosis hepatitis B) ditandai dengan riwayat BAB hitam dan muntah darah 1 kali sebelum masuk rumah sakit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 1-2.
b. Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan nyeri.
c. Pasien dapat minum air tanpa rasa nyeri.
2. Risiko Perdarahan:
a. Tidak terjadi perdarahan gastrointestinal lebih lanjut.
b. Pasien tidak mengalami penurunan kadar hemoglobin.
c. Pasien tidak mengalami komplikasi lain terkait perdarahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab nyeri (sirosis hepatitis B).
e. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Risiko Perdarahan:
a. Lakukan pengkajian tanda-tanda perdarahan (perubahan warna feses, muntah darah, penurunan kadar hemoglobin).
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan penghenti perdarahan.
c. Pantau dan catat intake dan output cairan pasien.
d. Berikan makanan dan cairan yang mudah dicerna.
e. Anjurkan pasien untuk beristirahat cukup.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab perdarahan (sirosis hepatitis B).
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memahami diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan sirosis hepatitis B yang disertai nyeri dan risiko perdarahan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 18191 | 03 Jun 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), untuk kondisi "Bersihan Jalan Napas".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00109 - Bersihan Jalan Napas
Definisi: Terbebas dari sumbatan dan sekret pada saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 06420 - Manajemen Jalan Napas
Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan melalui pembersihan jalan napas.
Penjelasan Singkat:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas tidak dapat dipertahankan dalam keadaan bersih. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada mekanisme batuk, penumpukan sekret, atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tujuan dari asuhan keperawatan pada kondisi ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan melalui pembersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup teknik-teknik pembersihan jalan napas, seperti suction, postural drainage, dan latihan batuk efektif.
Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari indikator luaran, yaitu terbebas dari sumbatan dan sekret pada saluran napas. -
Article No. 18192 | 03 Jun 2025
Klinis : masalah psikis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi masalah psikis dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F99
- Deskripsi: Gangguan mental, tidak dispesifikasi.
Kode ICD-10 F99 digunakan untuk menggambarkan kondisi masalah psikis yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori lain dalam Bab V (Gangguan Mental dan Perilaku) dari Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah-Masalah Terkait Kesehatan Revisi Kesepuluh (ICD-10). Ini mencakup kondisi-kondisi seperti:
- Gangguan mental tidak terdiagnosis
- Gangguan psikiatris tidak terspesifikasi
- Gangguan psikologis tidak terdiagnosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri.
Kode ICD-9-CM 94.31 digunakan untuk prosedur atau tindakan medis berupa konsultasi psikiatri, yang melibatkan evaluasi dan diagnosis kondisi masalah psikis oleh seorang spesialis psikiatri. Prosedur ini dapat mencakup:
- Wawancara dan evaluasi pasien oleh psikiater
- Pemeriksaan mental dan fisik
- Perumusan diagnosis dan rencana perawatan
Pemilihan kode ICD-9-CM yang sesuai akan bergantung pada spesifik jenis konsultasi psikiatri yang dilakukan dan tindakan-tindakan lain yang mungkin dilakukan selama konsultasi tersebut. -
Article No. 18193 | 03 Jun 2025
Klinis : nyeri perut bagian bawah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait dengan kondisi nyeri perut bagian bawah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri perut bagian bawah berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut pada perut bagian bawah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran cerna, konstipasi, kista ovarium, atau kondisi lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan nyeri perut bagian bawah dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dan dapat mengelola nyeri dengan efektif.
2. Pengetahuan tentang Manajemen Nyeri: Pasien memahami faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta strategi untuk mengelola nyeri.
3. Perilaku Manajemen Nyeri: Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri yang efektif, seperti penggunaan analgesik, teknik relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
4. Kenyamanan Terpenuhi: Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan dapat beraktivitas sesuai toleransi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan luaran yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pengkajian Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, seperti lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Manajemen Nyeri: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan analgesik sesuai kebutuhan dan memantau efektivitasnya. Mengajarkan pasien teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta strategi untuk mengelola nyeri secara efektif.
4. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda vital pasien, karena nyeri dapat memengaruhi perubahan tanda vital.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab nyeri dan memberikan penanganan yang komprehensif.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan nyeri perut bagian bawah dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, peningkatan pengetahuan dan perilaku manajemen nyeri, serta tercapainya kenyamanan pasien. -
Article No. 18194 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: P07.3
- Deskripsi: Bayi prematur, berat badan lahir rendah
Penjelasan:
- Kode P07.3 dalam ICD-10 digunakan untuk mengklasifikasikan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ini mencakup bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, termasuk bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu.
- Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus dan perawatan intensif, mengingat adanya risiko komplikasi yang lebih tinggi pada bayi prematur dan BBLR.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.81
- Deskripsi: Perawatan intensif bayi baru lahir
Penjelasan:
- Kode 99.81 dalam ICD-9-CM digunakan untuk mengklasifikasikan perawatan intensif yang diberikan kepada bayi baru lahir, termasuk bayi prematur dan BBLR.
- Perawatan intensif ini dapat mencakup berbagai intervensi medis, seperti penggunaan inkubator, pemberian oksigen, pemberian cairan dan nutrisi parenteral, serta pemantauan ketat kondisi bayi.
- Tindakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas fisiologis bayi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangannya.
Dengan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang teridentifikasi, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai klasifikasi diagnosis dan tindakan medis yang sesuai untuk kondisi prematur dan BBLR. Informasi ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, dalam dokumentasi dan pengkodean yang akurat. -
Article No. 18195 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi prematur dan BBLR berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan [00206]
Definisi: Kerentanan terhadap pengurangan volume darah yang dapat mengancam kesehatan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas [00032]
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
3. Gangguan Thermoregulasi [00008]
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
4. Risiko Hiperbilirubinemia [00118]
Definisi: Kerentanan terhadap peningkatan bilirubin dalam darah yang dapat mengancam kesehatan.
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh [00002]
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00206 - Risiko Perdarahan
Definisi: Kerentanan terhadap pengurangan volume darah yang dapat mengancam kesehatan.
2. Kode: 00032 - Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
3. Kode: 00008 - Gangguan Thermoregulasi
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
4. Kode: 00118 - Risiko Hiperbilirubinemia
Definisi: Kerentanan terhadap peningkatan bilirubin dalam darah yang dapat mengancam kesehatan.
5. Kode: 00002 - Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1608 - Kontrol Perdarahan
2. Kode: 0415 - Status Pernapasan
3. Kode: 0800 - Termoregulasi
4. Kode: 0802 - Status Bilirubin
5. Kode: 1009 - Status Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 3130 - Manajemen Perdarahan
2. Kode: 3140 - Manajemen Jalan Napas
3. Kode: 3900 - Manajemen Suhu Tubuh
4. Kode: 4150 - Manajemen Hiperbilirubinemia
5. Kode: 1100 - Manajemen Nutrisi
Dalam kondisi prematur dan BBLR, perawat perlu memfokuskan intervensi pada pengendalian perdarahan, perbaikan pola napas, stabilisasi suhu tubuh, pencegahan hiperbilirubinemia, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. -
Article No. 18196 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr Memakai ogt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan defisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Prematur, BBLR, dan Memakai OGT.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertumbuhan Neonatus (00007)
Definisi: Kegagalan bayi untuk mencapai pertumbuhan yang diharapkan secara normal.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (00025)
Definisi: Kerentanan terhadap perubahan volume dan komposisi cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstraseluler yang dapat mengganggu kesehatan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pertumbuhan Neonatus (00007)
Kode: 10027
Definisi: Gangguan dalam pencapaian berat badan, panjang badan, lingkar kepala, atau pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (00025)
Kode: 10018
Definisi: Kerentanan terhadap perubahan volume dan komposisi cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstraseluler yang dapat mengganggu kesehatan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 10003
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertumbuhan Neonatus (1902)
Definisi: Kemampuan bayi baru lahir untuk mencapai pertumbuhan yang optimal sesuai usia dan jenis kelamin.
2. Keseimbangan Cairan (0601)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang optimal.
3. Pencegahan Infeksi (1804)
Definisi: Kemampuan untuk melindungi diri dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Pertumbuhan (6720)
Definisi: Pemantauan yang sistematis terhadap pertumbuhan fisik bayi baru lahir.
2. Manajemen Cairan (4120)
Definisi: Pengaturan dan pemantauan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Pencegahan Infeksi (6550)
Definisi: Tindakan untuk melindungi pasien dari infeksi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi Prematur, BBLR, dan Memakai OGT, perawat harus memperhatikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 18197 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr Memakai ogt untuk menyusu Reflek menghisap belum ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Prematur, BBLR, Memakai OGT untuk menyusu, dan Reflek menghisap belum ada.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (00005)
Definisi: Rentan mengalami perubahan suhu tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Gangguan Eliminasi Urin (00016)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, volume, karakteristik, atau kemampuan untuk berkemih yang dianggap tidak normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode SDKI 00005: Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh
- Kode SDKI 00032: Ketidakefektifan Pola Napas
- Kode SDKI 00002: Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kode SDKI 00016: Gangguan Eliminasi Urin
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode SLKI 1901: Termoregulasi
- Kode SLKI 0402: Pola Napas
- Kode SLKI 1004: Status Nutrisi
- Kode SLKI 0503: Eliminasi Urin
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode SIKI 3320: Manajemen Suhu Tubuh
- Kode SIKI 3320: Manajemen Jalan Napas
- Kode SIKI 1803: Manajemen Nutrisi
- Kode SIKI 0502: Manajemen Eliminasi Urin
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh bayi prematur, BBLR, yang memakai OGT untuk menyusu, dan belum memiliki reflek menghisap. Tujuan utama adalah untuk memastikan stabilitas kondisi bayi, mendukung pemenuhan nutrisi yang adekuat, serta memantau dan mengelola eliminasi urin dengan tepat. -
Article No. 18198 | 03 Jun 2025
Klinis : Prematur Bblr Memakai ogt untuk menyusu Reflek menghisap asi belum ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Makan (00102)
Definisi: Pola makan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Perkembangan Tidak Sesuai Usia (00111)
Definisi: Perkembangan fisik, psikososial, kognitif, atau perilaku yang tidak sesuai dengan potensi dan usia.
3. Risiko Aspirasi (00039)
Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, zat padat, atau gas ke dalam saluran pernapasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Makan (00102)
Kode: 10022
Definisi: Pola makan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Perkembangan Tidak Sesuai Usia (00111)
Kode: 10031
Definisi: Perkembangan fisik, psikososial, kognitif, atau perilaku yang tidak sesuai dengan potensi dan usia.
3. Risiko Aspirasi (00039)
Kode: 10009
Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, zat padat, atau gas ke dalam saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intake Nutrisi: Adekuat (1004)
Definisi: Jumlah asupan makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (0008)
Definisi: Perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang sesuai dengan usia anak.
3. Bebas Aspirasi (0410)
Definisi: Tidak terjadi masuknya cairan, zat padat, atau gas ke dalam saluran pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi (6550)
Definisi: Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. Stimulasi Perkembangan (4440)
Definisi: Memfasilitasi perkembangan fisik, psikososial, kognitif, dan perilaku yang optimal.
3. Pencegahan Aspirasi (3200)
Definisi: Mencegah masuknya cairan, zat padat, atau gas ke dalam saluran pernapasan.
Dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya, diharapkan dapat membantu Anda dalam menangani kondisi prematur, BBLR, memakai OGT untuk menyusu, dan refleks menghisap ASI yang belum ada. -
Article No. 18199 | 03 Jun 2025
Klinis : Memakai ogt untuk menyusu Reflek menghisap asi belum ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi yang Anda sampaikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan pola menyusu (00107)
Definisi SDKI:
Pola menyusu yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Intervensi SLKI:
1. Dukungan menyusu (I0106)
Definisi: Tindakan untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI.
Kode: I0106
2. Manajemen nutrisi bayi (I0223)
Definisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Kode: I0223
Hasil SIKI:
1. Pola menyusu efektif (J0107)
Definisi: Bayi dapat menyusu dengan baik dan memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kode: J0107
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan pola menyusu" menggambarkan kondisi bayi yang belum dapat menyusu dengan efektif, seperti yang Anda sampaikan bahwa reflek menghisap ASI belum ada. Intervensi yang dapat dilakukan adalah "Dukungan menyusu" untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI, serta "Manajemen nutrisi bayi" untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Hasil yang diharapkan adalah "Pola menyusu efektif", di mana bayi dapat menyusu dengan baik dan memenuhi kebutuhan nutrisinya.