Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1061 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler.
Karakteristik Definisi:
- Sesak napas
- Takipnea
- Sianosis
- Refleks menghisap lemah
- Hipotonus
Faktor Terkait:
- Gagal napas segera setelah kelahiran
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Oksigenasi
- Pemantauan Tanda Vital
- Perawatan Pernapasan
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi:
- Takipnea
- Sianosis
- Refleks menghisap lemah
Faktor Terkait:
- Sekret berlebihan
- Ketidakefektifan refleks batuk/menghisap
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Perawatan Jalan Napas
- Manajemen Jalan Napas
- Suction
Catatan:
Diagnosa dan intervensi keperawatan di atas mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Penjelasan singkat dari masing-masing komponen juga telah diberikan. -
Article No. 1062 | 01 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.A karena sesak napas yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan semakin memberat. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari. Pasien merasa lemas, berkeringat dingin, dan muntah 3 kali. Buang air kecil terakhir 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 116 kali/menit reguler, dan teraba lemah, peningkatan laju pernapasan 34 kali/menit, tekanan darah 100/80 mmHg, dan temperatur 36,3°C. Berat badan 105 kg, dan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan auskultasi pada thorax ditemukan suara paru kanan vesikuler menurun dibanding kiri, tidak ada ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal, tidak ditemukan asites maupun hepatomegali. Akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, tidak ditemukan petekie, tidak ditemukan adanya edema ekstremitas dan capillary refill test <2 detik. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukkan trombosit 39.000/mm 3 dan hematokrit 49,2%. Hasil urinalisis didapatkan adanya proteinuria (protein +2). Pemeriksaan foto polos dada didapatkan penumpulan sudut kostofrenikus kanan yang menandakan adanya efusi pleura kanan. Tatalaksana sebelum rujukan, pasien telah diberikan cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB dua kali pemberian. Saat di IGD pasien diberikan penanganan awal O 2 nasal kanul 4 liter per menit (lpm), cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB, selama 30 menit, dua kali pemberian. Setelah itu didapatkan akral mulai terasa hangat. Perhitungan jumlah cairan menggunakan berat badan ideal pasien yaitu 58,5 kg. Dilakukan pemasangan kateter urine untuk monitoring output cairan. Pasien dirawat intensif di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat 1,5 ml/kgBB/jam, dan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) 550 ml untuk satu kali pemberian. Pada hari ke 2 perawatan atau hari ke 4 onset demam didapatkan hipoalbumin (albumin 3,3 g/dl), dan hipokalsemi (kalsium 7,2 meq/l). Pemeriksaan IgM dan IgG dengue dilakukan pada hari keenam onset demam dan didapatkan hasil positif. Trombosit pasien mengalami peningkatan pada hari ke 5 dari onset demam, sejalan dengan hematokrit yang mengalami penurunan. Pada hari ke 5 perawatan di PICU atau hari ke 7 dari onset demam, didapatkan perbaikan klinis pasien diikuti dengan peningkatan trombosit (148.000/mm 3 ) dan penurunan hematokrit (40%), sehingga pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pasien dipulangkan keesokan harinya setelah memenuhi kriteria pemulangan pasien DHF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien adalah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana asuhan keperawatan sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia, anemia, dan penurunan fungsi jantung.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan nutrisi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan trombositopenia.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per unit waktu.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Risiko cedera: Kerentanan untuk mengalami luka fisik atau psikologis.
- Defisit perawatan diri: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.
- Intoleransi aktivitas: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
- Risiko cedera: Pasien tidak mengalami cedera.
- Defisit perawatan diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan pemberian oksigen.
- Intoleransi aktivitas: Pengelolaan aktivitas, pemberian terapi oksigen, dan terapi nutrien.
- Risiko cedera: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pencegahan cedera, dan promosi kesehatan.
- Defisit perawatan diri: Bantuan dalam aktivitas perawatan diri dan edukasi pasien/keluarga.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, pemberian cairan intravena, dan pemberian oksygen untuk mengatasi penurunan curah jantung.
2. Pengaturan aktivitas sesuai toleransi pasien, pemberian terapi oksigen, dan dukungan nutrisi untuk mengatasi intoleransi aktivitas.
3. Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pencegahan cedera, dan edukasi pasien/keluarga untuk mengatasi risiko cedera.
4. Bantuan dalam aktivitas perawatan diri dan edukasi pasien/keluarga untuk mengatasi defisit perawatan diri.
Penerapan asuhan keperawatan ini sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 1063 | 01 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.A karena sesak napas yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan semakin memberat. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari. Pasien merasa lemas, berkeringat dingin, dan muntah 3 kali. Buang air kecil terakhir 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 116 kali/menit reguler, dan teraba lemah, peningkatan laju pernapasan 34 kali/menit, tekanan darah 100/80 mmHg, dan temperatur 36,3°C. Berat badan 105 kg, dan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan auskultasi pada thorax ditemukan suara paru kanan vesikuler menurun dibanding kiri, tidak ada ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal, tidak ditemukan asites maupun hepatomegali. Akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, tidak ditemukan petekie, tidak ditemukan adanya edema ekstremitas dan capillary refill test <2 detik. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukkan trombosit 39.000/mm 3 dan hematokrit 49,2%. Hasil urinalisis didapatkan adanya proteinuria (protein +2). Pemeriksaan foto polos dada didapatkan penumpulan sudut kostofrenikus kanan yang menandakan adanya efusi pleura kanan. Tatalaksana sebelum rujukan, pasien telah diberikan cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB dua kali pemberian. Saat di IGD pasien diberikan penanganan awal O 2 nasal kanul 4 liter per menit (lpm), cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB, selama 30 menit, dua kali pemberian. Setelah itu didapatkan akral mulai terasa hangat. Perhitungan jumlah cairan menggunakan berat badan ideal pasien yaitu 58,5 kg. Dilakukan pemasangan kateter urine untuk monitoring output cairan. Pasien dirawat intensif di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat 1,5 ml/kgBB/jam, dan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) 550 ml untuk satu kali pemberian. Pada hari ke 2 perawatan atau hari ke 4 onset demam didapatkan hipoalbumin (albumin 3,3 g/dl), dan hipokalsemi (kalsium 7,2 meq/l). Pemeriksaan IgM dan IgG dengue dilakukan pada hari keenam onset demam dan didapatkan hasil positif. Trombosit pasien mengalami peningkatan pada hari ke 5 dari onset demam, sejalan dengan hematokrit yang mengalami penurunan. Pada hari ke 5 perawatan di PICU atau hari ke 7 dari onset demam, didapatkan perbaikan klinis pasien diikuti dengan peningkatan trombosit (148.000/mm 3 ) dan penurunan hematokrit (40%), sehingga pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pasien dipulangkan keesokan harinya setelah memenuhi kriteria pemulangan pasien DHF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus anak laki-laki 15 tahun dengan sesak napas akibat demam dengue yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan edema pada jalan napas, ditandai dengan sesak napas, takipnea, dan suara napas vesikuler menurun.
2. Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah, diare, dan kebocoran plasma, ditandai dengan hipoalbuminemia, hemokonsentrasi, dan gangguan perfusi jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik, ditandai dengan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan trombositopenia dan demam.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Meningkatkan bersihan jalan napas dengan mengurangi obstruksi dan meningkatkan mobilisasi sekresi.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Bantuan Ventilasi, Manajemen Oksigenasi.
2. Penurunan Volume Cairan:
- SDKI: Kehilangan cairan intravaskular dan/atau ekstravasal yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- SLKI: Mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.
- SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema, Terapi Cairan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh kekurangan energi.
- SLKI: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Manajemen Kelelahan.
4. Risiko Infeksi:
- SDKI: Peningkatan risiko paparan terhadap agen patogen, yang dapat menyebabkan infeksi.
- SLKI: Mencegah atau meminimalkan infeksi.
- SIKI: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Obat.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah keperawatan yang terjadi pada pasien anak laki-laki 15 tahun dengan sesak napas akibat demam dengue secara komprehensif. -
Article No. 1064 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi H:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Nafas Tidak Efektif (00032)
SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan ventilasi.
SLKI: Peningkatan ventilasi alveolar/pertukaran gas.
SIKI: Pemantauan pernapasan, Pengaturan pernapasan, Terapi oksigen.
Penjelasan:
Bayi H mengalami sesak napas dengan tanda-tanda takipnea (frekuensi napas 70x/menit), retraksi dinding dada, dan sianosis di area bibir dan ekstremitas. Hal ini menunjukkan adanya pola napas yang tidak efektif dan kebutuhan ventilasi yang tidak memadai.
2. Risiko Perfusi Jaringan Terganggu (00201)
SDKI: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih organ tubuh.
SLKI: Optimalisasi perfusi jaringan.
SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen oksigen, Terapi cairan.
Penjelasan:
Bayi H mengalami sianosis yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan. Hal ini dapat disebabkan oleh pola napas yang tidak efektif, sehingga memerlukan intervensi untuk mengoptimalkan perfusi jaringan.
3. Risiko Hipotermia (00231)
SDKI: Berisiko mengalami suhu tubuh di bawah normal.
SLKI: Pemeliharaan suhu tubuh.
SIKI: Pemantauan suhu tubuh, Pengaturan suhu lingkungan, Manajemen termoregulasi.
Penjelasan:
Bayi baru lahir memiliki risiko tinggi mengalami hipotermia karena belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara efektif. Pemantauan dan pengaturan suhu lingkungan menjadi penting untuk mencegah komplikasi yang dapat muncul.
Secara keseluruhan, fokus utama perawatan pada bayi H adalah untuk membantu meningkatkan ventilasi, menjaga perfusi jaringan, dan mencegah hipotermia. Intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas perlu dilakukan untuk memastikan stabilitas kondisi bayi H. -
Article No. 1065 | 01 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.A karena sesak napas yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan semakin memberat. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari. Pasien merasa lemas, berkeringat dingin, dan muntah 3 kali. Buang air kecil terakhir 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 116 kali/menit reguler, dan teraba lemah, peningkatan laju pernapasan 34 kali/menit, tekanan darah 100/80 mmHg, dan temperatur 36,3°C. Berat badan 105 kg, dan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan auskultasi pada thorax ditemukan suara paru kanan vesikuler menurun dibanding kiri, tidak ada ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal, tidak ditemukan asites maupun hepatomegali. Akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, tidak ditemukan petekie, tidak ditemukan adanya edema ekstremitas dan capillary refill test <2 detik. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukkan trombosit 39.000/mm 3 dan hematokrit 49,2%. Hasil urinalisis didapatkan adanya proteinuria (protein +2). Pemeriksaan foto polos dada didapatkan penumpulan sudut kostofrenikus kanan yang menandakan adanya efusi pleura kanan. Tatalaksana sebelum rujukan, pasien telah diberikan cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB dua kali pemberian. Saat di IGD pasien diberikan penanganan awal O 2 nasal kanul 4 liter per menit (lpm), cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB, selama 30 menit, dua kali pemberian. Setelah itu didapatkan akral mulai terasa hangat. Perhitungan jumlah cairan menggunakan berat badan ideal pasien yaitu 58,5 kg. Dilakukan pemasangan kateter urine untuk monitoring output cairan. Pasien dirawat intensif di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat 1,5 ml/kgBB/jam, dan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) 550 ml untuk satu kali pemberian. Pada hari ke 2 perawatan atau hari ke 4 onset demam didapatkan hipoalbumin (albumin 3,3 g/dl), dan hipokalsemi (kalsium 7,2 meq/l). Pemeriksaan IgM dan IgG dengue dilakukan pada hari keenam onset demam dan didapatkan hasil positif. Trombosit pasien mengalami peningkatan pada hari ke 5 dari onset demam, sejalan dengan hematokrit yang mengalami penurunan. Pada hari ke 5 perawatan di PICU atau hari ke 7 dari onset demam, didapatkan perbaikan klinis pasien diikuti dengan peningkatan trombosit (148.000/mm 3 ) dan penurunan hematokrit (40%), sehingga pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pasien dipulangkan keesokan harinya setelah memenuhi kriteria pemulangan pasien DHF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Penyebab: Hipovolemia, demam, dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
- Gejala & Tanda: Sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, suara napas menurun, dan potensial untuk aspirasi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Sirkulasi Perifer
- Definisi: Berisiko mengalami gangguan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Hipovolemia, hipoperfusi jaringan, dan penurunan cardiac output.
- Gejala & Tanda: Akral dingin, nadi lemah, dan penurunan pengisian kapiler.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi: Berisiko mengalami peningkatan atau penurunan volume cairan, elektrolit, dan/atau zat asam basa yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Hipovolemia, kehilangan cairan dan elektrolit akibat muntah, demam, dan penurunan asupan.
- Gejala & Tanda: Sesak napas, hipotensi, oliguria, dan perubahan hematokrit.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) antara lain:
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Pernapasan
- Manajemen Cairan
- Manajemen Hipovolemia
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemantauan Cairan dan Elektrolit
Luaran keperawatan yang diharapkan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) antara lain:
- Bersihan Jalan Napas Meningkat
- Perfusi Jaringan Membaik
- Keseimbangan Cairan Terpenuhi
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi kondisi pasien. -
Article No. 1066 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke klinik dengan keluhan sesak nafas, saat di cek tanda vital tensi 130/90, nadi 101 kali per menit, respirasi 24 kali per menit, suhu tubuh 36 derajat, terdapat suara napas wheezing saat di kaji, adanya bantuan otot saat bernafas, pasien memiliki riwayat asma
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 493.90
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas, yang merupakan gejala khas dari asma. Tanda vital yang dilaporkan, seperti tekanan darah tinggi, nadi cepat, dan respirasi cepat, dapat disebabkan oleh kondisi asma yang sedang kambuh. Suara napas wheezing dan adanya bantuan otot saat bernapas juga merupakan tanda-tanda khas dari eksaserbasi asma.
Kode ICD-10 J45.9 (Asma, tidak spesifik) digunakan karena tidak ada indikasi spesifik mengenai jenis asma yang diderita pasien. Kode ICD-9-CM 493.90 (Asma, tidak spesifik) juga sesuai untuk menggambarkan kondisi asma pasien tanpa adanya informasi lebih lanjut.
Dalam kasus ini, tindakan medis yang kemungkinan dilakukan adalah pemberian bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi untuk mengatasi serangan asma akut. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat diberikan karena informasi yang diberikan tidak mencakup tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 1067 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke klinik dengan keluhan sesak nafas, saat di cek tanda vital tensi 130/90, nadi 101 kali per menit, respirasi 24 kali per menit, suhu tubuh 36 derajat, terdapat suara napas wheezing saat di kaji, adanya bantuan otot saat bernafas, pasien memiliki riwayat asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar
- SLKI: Pemulihan fungsi respirasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan pola napas yang tidak efektif, ditandai dengan sesak napas, suara napas wheezing, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Kondisi ini terkait dengan riwayat asma yang dimiliki oleh pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, termasuk pemberian oksigen, bronkodilator, dan teknik pernapasan untuk memfasilitasi pernapasan yang lebih efektif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1068 | 01 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosa campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ruam merah
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dan bersih dari sekret.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas, seperti pengisapan lendir, fisioterapi dada, dan pemberian bronkodilator.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terserang organisme patogen.
- SLKI: Pasien tidak mengalami infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi, seperti peningkatan imunitas, pemberian antibiotik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
3. Gangguan Integritas Kulit
- SDKI: Kerusakan pada kulit dan lapisan yang mendasarinya.
- SLKI: Kulit pasien utuh dan tidak terdapat lesi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan integritas kulit, seperti perawatan kulit, pemberian emolien, dan pencegahan trauma kulit.
Standar ini dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1069 | 01 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke klinik dengan keluhan sesak, suara nafas wheezing, respirasi lebih dari 24 kali per menit serta diikuti bantuan otot dada saat bernafas, pasien di diagnosa asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien tersebut dapat didiagnosa dengan diagnosa keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Batasan karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, frekuensi napas meningkat (>24 kali/menit), suara napas wheezing.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif: Kode 00032
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Batasan karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, frekuensi napas meningkat, suara napas wheezing.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Efektif: Kode 0403
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Indikator hasil: Frekuensi napas dalam kisaran normal, penggunaan otot bantu pernapasan minimal, tidak ada suara napas wheezing.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Kode 06170
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memperbaiki jalan napas.
- Aktivitas keperawatan: Pemantauan pola napas, pemberian bronkodilator, penghisapan lendir, pengaturan posisi, dan edukasi pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar-standar ini sebagai panduan bagi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 1070 | 01 Oct 2024
Klinis : intervensi keperawatan SDKI diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi intervensi keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh, yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan atau obesitas. Faktor penyebabnya dapat berasal dari perilaku makan yang tidak tepat, gangguan metabolisme, atau adanya kondisi medis tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai berat badan ideal, mempertahankan asupan nutrisi sesuai kebutuhan, serta menunjukkan perilaku makan yang sehat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nutrisi: Mengatur dan memantau asupan nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
2. Edukasi gizi: Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan yang sehat dan seimbang.
3. Terapi aktivitas: Meningkatkan aktivitas fisik untuk membantu mengontrol berat badan.
4. Konseling perilaku: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah perilaku makan yang tidak sehat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi: Melibatkan ahli gizi dalam menyusun rencana diet yang sesuai.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal dan mempertahankan berat badan yang sehat.