Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1054 | 01 Oct 2024
Klinis : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah keadaan di mana asupan makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, malabsorpsi, atau peningkatan kebutuhan metabolik.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah pasien dapat menunjukkan berat badan sesuai dengan rentang normal, asupan makanan adekuat, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: monitoring asupan dan output cairan, memantau berat badan, memberikan edukasi nutrisi, mengatur pola makan, menyediakan makanan yang tinggi kalori dan protein, serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan terapi nutrisi yang sesuai.
Peran perawat dalam penanganan kondisi ini adalah mengidentifikasi faktor penyebab, memantau status nutrisi, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai outcome yang optimal bagi pasien. -
Article No. 1055 | 01 Oct 2024
Klinis : ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai "Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh". Diagnosis ini mengacu pada konsumsi zat gizi yang melebihi kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan risiko kesehatan dan komplikasi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): SDKI merupakan standar yang digunakan oleh perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien. SDKI disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. SLKI mengacu pada peningkatan status kesehatan, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kualitas hidup pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. SIKI disusun berdasarkan SDKI dan SLKI, sehingga intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan diagnosis dan luaran yang diharapkan.
Dalam kondisi "Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh", perawat akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosis, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 1056 | 01 Oct 2024
Klinis : kekurangan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Volume Cairan
Penjelasan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Defisit Volume Cairan adalah ketidakseimbangan antara asupan dan kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari kondisi Defisit Volume Cairan antara lain:
1. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
2. Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Volume Cairan antara lain:
1. Monitor intake dan output cairan.
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
3. Pantau tanda-tanda vital.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam memberikan perawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara komprehensif dan menerapkan prinsip-prinsip evidence-based practice untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 1057 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan, serta Standar Diagnosis, Hasil, dan Intervensi Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi H:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola napas tidak efektif adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00032
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
Karakteristik Definitif: Takipnea, hiperpnea, bradipnea, dispnea, sianosis, irama napas tidak teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 00402
Judul: Fungsi Pernapasan
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan pertukaran gas yang adekuat.
Indikator: Frekuensi napas, kedalaman napas, sianosis, distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi: 00069
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat dengan membebaskan jalan napas.
Aktivitas: Buka jalan napas, berikan oksigen, pantau tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian terapi pernapasan.
Dalam kasus bayi H, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif. Hal ini dikarenakan bayi H mengalami kesulitan bernapas, dengan tanda-tanda seperti takipnea, sianosis di sekitar bibir dan ekstremitas, serta refleks menghisap yang lemah. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, seperti membuka jalan napas, pemberian oksigen, pemantauan tanda-tanda vital, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pernapasan yang sesuai. -
Article No. 1058 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan irama, kedalaman, dan/atau frekuensi pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Upaya peningkatan atau pemeliharaan pola napas pasien yang efektif.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan pola napas yang efektif sesuai dengan kebutuhan oksigenasi.
2. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Tanda Vital
Penjelasan:
- SDKI: Perubahan tanda-tanda vital di luar rentang normal yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Upaya perbaikan atau pemantauan tanda-tanda vital agar tetap dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki tanda-tanda vital sesuai dengan kondisi pasien.
3. Diagnosa Keperawatan:
Hipotonus
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan tonus otot yang ditandai dengan kurangnya kemampuan pasien untuk melakukan gerakan volunter.
- SLKI: Upaya peningkatan atau pemeliharaan tonus otot yang normal.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan atau mempertahankan tonus otot sesuai dengan kondisi pasien.
4. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi
Penjelasan:
- SDKI: Kerentanan untuk masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran napas yang dapat menimbulkan komplikasi.
- SLKI: Upaya pencegahan atau pemantauan terjadinya aspirasi pada pasien.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengatasi risiko aspirasi pada pasien.
Catatan:
Diagnosa keperawatan ini dirumuskan berdasarkan informasi yang diberikan, seperti sesak napas, tanda-tanda vital tidak stabil, hipotonus, dan risiko aspirasi. Penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan gambaran jelas tentang masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 1059 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk bayi H adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Fungsi Pernapasan
- SIKI: Terapi Oksigen
Penjelasan:
Bayi H mengalami sesak nafas, takipnea (RR 70x/menit), dan cyanosis di sekitar bibir dan ekstremitas, yang menunjukkan adanya pola napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakmatangan sistem pernapasan bayi baru lahir.
2. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Terapi Oksigen
Penjelasan:
Adanya cyanosis di sekitar bibir dan ekstremitas menunjukkan ada kemungkinan penurunan perfusi jaringan, yang dapat disebabkan oleh pola napas tidak efektif dan hipoksemia.
3. Resiko Hipotermi
- SDKI: Resiko Hipotermi
- SLKI: Peningkatan Suhu Tubuh
- SIKI: Terapi Suhu
Penjelasan:
Meskipun suhu bayi masih dalam batas normal (36,8°C), bayi baru lahir berisiko mengalami hipotermi, terutama jika tidak mendapatkan tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat dapat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. -
Article No. 1060 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: P22.0
- Deskripsi: Sindrom Gangguan Pernapasan Bayi Baru Lahir
2. Kode ICD-9-CM (jika ada):
- Kode: 769
- Deskripsi: Sindrom Gangguan Pernapasan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan informasi yang diberikan, bayi H mengalami sesak napas segera setelah lahir, dengan gejala utama kebiruan di sekitar bibir dan ekstremitas, serta refleks menghisap yang lemah. Hal ini mengarah pada diagnosis Sindrom Gangguan Pernapasan Bayi Baru Lahir, yang sesuai dengan kode ICD-10 P22.0.
Sindrom Gangguan Pernapasan Bayi Baru Lahir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekurangan surfaktan paru, aspirasi cairan amnion, atau infeksi. Manifestasi klinis dapat berupa takipnea, retraksi dinding dada, dan sianosis. Penanganan utama meliputi dukungan oksigenasi, ventilasi, dan manajemen cairan yang tepat.
Tidak ditemukan adanya prosedur atau tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang dapat diberikan. -
Article No. 1061 | 01 Oct 2024
Klinis : 1. Identitas pasien Nama : Bayi H Umur : 1 hari Jenis kelamin : laki laki Berat badan lahir : 2.800 gram Panjang badan : 48 cm Tempat lahir : Rs kusuma husada 2. Keluhan Utama Sesak nafas 3. Riwayat penyakit sekarang Bayi HI setelah lahir bayi tidak langsung menangis dan memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan , ibu melaporkan bahwa bayi terlihat kesulitan bernafas dan tampak sesak 4. riwayat penyakit dahulu - 5. Riwayat penyakit keluarga - 6.Riwayat sosial dan kesehatan - 7. pemeriksaan fisik - Tanda vital : Suhu : 36.8 derajat c Nadi : 170x/menit Rr: 70x/menit ( takipnea) - Kulit : kebiruan di daerah sekitar bibir dan ekstremitas - refleks : refleks menggeram ada tetapi refleks menghisap lemah - tonus otot : hipotonus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler.
Karakteristik Definisi:
- Sesak napas
- Takipnea
- Sianosis
- Refleks menghisap lemah
- Hipotonus
Faktor Terkait:
- Gagal napas segera setelah kelahiran
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Oksigenasi
- Pemantauan Tanda Vital
- Perawatan Pernapasan
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi:
- Takipnea
- Sianosis
- Refleks menghisap lemah
Faktor Terkait:
- Sekret berlebihan
- Ketidakefektifan refleks batuk/menghisap
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Perawatan Jalan Napas
- Manajemen Jalan Napas
- Suction
Catatan:
Diagnosa dan intervensi keperawatan di atas mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Penjelasan singkat dari masing-masing komponen juga telah diberikan. -
Article No. 1062 | 01 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.A karena sesak napas yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan semakin memberat. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari. Pasien merasa lemas, berkeringat dingin, dan muntah 3 kali. Buang air kecil terakhir 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 116 kali/menit reguler, dan teraba lemah, peningkatan laju pernapasan 34 kali/menit, tekanan darah 100/80 mmHg, dan temperatur 36,3°C. Berat badan 105 kg, dan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan auskultasi pada thorax ditemukan suara paru kanan vesikuler menurun dibanding kiri, tidak ada ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal, tidak ditemukan asites maupun hepatomegali. Akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, tidak ditemukan petekie, tidak ditemukan adanya edema ekstremitas dan capillary refill test <2 detik. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukkan trombosit 39.000/mm 3 dan hematokrit 49,2%. Hasil urinalisis didapatkan adanya proteinuria (protein +2). Pemeriksaan foto polos dada didapatkan penumpulan sudut kostofrenikus kanan yang menandakan adanya efusi pleura kanan. Tatalaksana sebelum rujukan, pasien telah diberikan cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB dua kali pemberian. Saat di IGD pasien diberikan penanganan awal O 2 nasal kanul 4 liter per menit (lpm), cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB, selama 30 menit, dua kali pemberian. Setelah itu didapatkan akral mulai terasa hangat. Perhitungan jumlah cairan menggunakan berat badan ideal pasien yaitu 58,5 kg. Dilakukan pemasangan kateter urine untuk monitoring output cairan. Pasien dirawat intensif di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat 1,5 ml/kgBB/jam, dan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) 550 ml untuk satu kali pemberian. Pada hari ke 2 perawatan atau hari ke 4 onset demam didapatkan hipoalbumin (albumin 3,3 g/dl), dan hipokalsemi (kalsium 7,2 meq/l). Pemeriksaan IgM dan IgG dengue dilakukan pada hari keenam onset demam dan didapatkan hasil positif. Trombosit pasien mengalami peningkatan pada hari ke 5 dari onset demam, sejalan dengan hematokrit yang mengalami penurunan. Pada hari ke 5 perawatan di PICU atau hari ke 7 dari onset demam, didapatkan perbaikan klinis pasien diikuti dengan peningkatan trombosit (148.000/mm 3 ) dan penurunan hematokrit (40%), sehingga pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pasien dipulangkan keesokan harinya setelah memenuhi kriteria pemulangan pasien DHF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien adalah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta rencana asuhan keperawatan sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia, anemia, dan penurunan fungsi jantung.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan nutrisi.
3. Risiko cedera berhubungan dengan trombositopenia.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per unit waktu.
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Risiko cedera: Kerentanan untuk mengalami luka fisik atau psikologis.
- Defisit perawatan diri: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.
- Intoleransi aktivitas: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
- Risiko cedera: Pasien tidak mengalami cedera.
- Defisit perawatan diri: Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Penurunan curah jantung: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan pemberian oksigen.
- Intoleransi aktivitas: Pengelolaan aktivitas, pemberian terapi oksigen, dan terapi nutrien.
- Risiko cedera: Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pencegahan cedera, dan promosi kesehatan.
- Defisit perawatan diri: Bantuan dalam aktivitas perawatan diri dan edukasi pasien/keluarga.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, pemberian cairan intravena, dan pemberian oksygen untuk mengatasi penurunan curah jantung.
2. Pengaturan aktivitas sesuai toleransi pasien, pemberian terapi oksigen, dan dukungan nutrisi untuk mengatasi intoleransi aktivitas.
3. Pemantauan tanda-tanda perdarahan, pencegahan cedera, dan edukasi pasien/keluarga untuk mengatasi risiko cedera.
4. Bantuan dalam aktivitas perawatan diri dan edukasi pasien/keluarga untuk mengatasi defisit perawatan diri.
Penerapan asuhan keperawatan ini sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 1063 | 01 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 15 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.A karena sesak napas yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan semakin memberat. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 3 hari. Pasien merasa lemas, berkeringat dingin, dan muntah 3 kali. Buang air kecil terakhir 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, nadi 116 kali/menit reguler, dan teraba lemah, peningkatan laju pernapasan 34 kali/menit, tekanan darah 100/80 mmHg, dan temperatur 36,3°C. Berat badan 105 kg, dan tinggi badan 165 cm. Pemeriksaan auskultasi pada thorax ditemukan suara paru kanan vesikuler menurun dibanding kiri, tidak ada ronki dan wheezing. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal, tidak ditemukan asites maupun hepatomegali. Akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, tidak ditemukan petekie, tidak ditemukan adanya edema ekstremitas dan capillary refill test <2 detik. Pemeriksaan darah lengkap, menunjukkan trombosit 39.000/mm 3 dan hematokrit 49,2%. Hasil urinalisis didapatkan adanya proteinuria (protein +2). Pemeriksaan foto polos dada didapatkan penumpulan sudut kostofrenikus kanan yang menandakan adanya efusi pleura kanan. Tatalaksana sebelum rujukan, pasien telah diberikan cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB dua kali pemberian. Saat di IGD pasien diberikan penanganan awal O 2 nasal kanul 4 liter per menit (lpm), cairan intravena ringer laktat 10 ml/kgBB, selama 30 menit, dua kali pemberian. Setelah itu didapatkan akral mulai terasa hangat. Perhitungan jumlah cairan menggunakan berat badan ideal pasien yaitu 58,5 kg. Dilakukan pemasangan kateter urine untuk monitoring output cairan. Pasien dirawat intensif di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat 1,5 ml/kgBB/jam, dan transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) 550 ml untuk satu kali pemberian. Pada hari ke 2 perawatan atau hari ke 4 onset demam didapatkan hipoalbumin (albumin 3,3 g/dl), dan hipokalsemi (kalsium 7,2 meq/l). Pemeriksaan IgM dan IgG dengue dilakukan pada hari keenam onset demam dan didapatkan hasil positif. Trombosit pasien mengalami peningkatan pada hari ke 5 dari onset demam, sejalan dengan hematokrit yang mengalami penurunan. Pada hari ke 5 perawatan di PICU atau hari ke 7 dari onset demam, didapatkan perbaikan klinis pasien diikuti dengan peningkatan trombosit (148.000/mm 3 ) dan penurunan hematokrit (40%), sehingga pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Pasien dipulangkan keesokan harinya setelah memenuhi kriteria pemulangan pasien DHF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus anak laki-laki 15 tahun dengan sesak napas akibat demam dengue yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan edema pada jalan napas, ditandai dengan sesak napas, takipnea, dan suara napas vesikuler menurun.
2. Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah, diare, dan kebocoran plasma, ditandai dengan hipoalbuminemia, hemokonsentrasi, dan gangguan perfusi jaringan.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik, ditandai dengan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan trombositopenia dan demam.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Meningkatkan bersihan jalan napas dengan mengurangi obstruksi dan meningkatkan mobilisasi sekresi.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Bantuan Ventilasi, Manajemen Oksigenasi.
2. Penurunan Volume Cairan:
- SDKI: Kehilangan cairan intravaskular dan/atau ekstravasal yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- SLKI: Mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.
- SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema, Terapi Cairan.
3. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh kekurangan energi.
- SLKI: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Manajemen Kelelahan.
4. Risiko Infeksi:
- SDKI: Peningkatan risiko paparan terhadap agen patogen, yang dapat menyebabkan infeksi.
- SLKI: Mencegah atau meminimalkan infeksi.
- SIKI: Manajemen Infeksi, Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Obat.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah keperawatan yang terjadi pada pasien anak laki-laki 15 tahun dengan sesak napas akibat demam dengue secara komprehensif.