Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1164 | 02 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan pandangan mata kiri buram
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan mengenai kondisi pasien dengan keluhan pandangan mata kiri yang buram, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Struktur Mata
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan Penglihatan adalah keterbatasan atau penurunan kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Faktor Berhubungan: Perubahan struktur mata, seperti katarak, glaukoma, retinopati, dan lain-lain.
- Gejala dan Tanda: Pandangan kabur, nyeri mata, fotofobia, dan lain-lain.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan.
- Indikator: Pasien dapat mengenali objek dengan jelas, tidak ada keluhan penglihatan kabur, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Gangguan Penglihatan
- Tindakan Keperawatan: Identifikasi penyebab dan faktor risiko, berikan edukasi tentang perawatan mata, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana medis, dan monitor perubahan fungsi penglihatan.
Dalam konteks persona yang Anda berikan (tone = akademis, persona = pakar, nurse), saya akan menyampaikan informasi ini dengan bahasa yang formal dan terkesan ahli dalam bidang keperawatan. Saya akan menjelaskan diagnosa dan standar-standar keperawatan dengan jelas dan terperinci, sesuai dengan peran saya sebagai perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidangnya. -
Article No. 1165 | 02 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan pandangan mata kiri buram, pro vitrektomi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Struktur Mata
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan pandangan mata kiri yang buram dan menjalani tindakan pro vitrektomi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan penglihatan yang berhubungan dengan perubahan struktur mata, dalam hal ini kemungkinan adanya perubahan pada vitreus.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik Mayor: Perubahan tajam penglihatan, Lapang pandang terbatas, Penglihatan kabur, Fotofobia.
- Faktor Berhubungan: Perubahan struktur mata, Penyakit mata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat menyesuaikan diri dengan gangguan penglihatan, Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menyebutkan strategi untuk menyesuaikan diri dengan gangguan penglihatan, Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Gangguan Penglihatan, Persiapan Prosedur Diagnostik, Edukasi Kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji tingkat perubahan penglihatan, Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gangguan penglihatan, Mengajarkan teknik kompensasi, Memberikan edukasi terkait prosedur diagnostik dan perawatan. -
Article No. 1166 | 02 Oct 2024
Klinis : Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T:36,6 C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/ menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm3, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. Ia berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang diberikan, diagnosis keperawatan yang dapat diidentifikasi untuk Tn. R adalah sebagai berikut:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat hipertensi.
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, seperti yang dirasakan individu.
Faktor yang berhubungan: Gejala penyakit, gangguan fisiologis.
2. Kelelahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi.
Definisi: Suatu perasaan fisik, emosi, dan mental yang tak tertahankan dan berkepanjangan serta menurunnya kapasitas untuk melakukan pekerjaan mental dan fisik pada tingkat biasa.
Faktor yang berhubungan: Penyakit kronis, kurang istirahat.
3. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan gangguan mekanik pernapasan akibat hipertensi.
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Faktor yang berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Risiko Perubahan Perfusi Serebral berhubungan dengan hipertensi.
Definisi: Rentan mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu fungsi serebral.
Faktor Risiko: Hipertensi, perubahan hemodinamik.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang memuat definisi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang memuat kriteria hasil yang dapat diukur untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang memuat aktivitas keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar ini ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 1167 | 02 Oct 2024
Klinis : Tn.R usia 47 tahun di rawat di ruang HCU penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pasien masuk dengan keluhan kepala terasa pusing, terasa mual dan ingin muntah. Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan masalah hipertensi. Pasien memiliki riwayat perokok berat, sehari menghabiskan 2 bungkus rokok. Pasien jarang berolah raga dan tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit hipertensi mau pun penyakit jantung. Hasil pengkajian keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis, TD: 158/91 mmHg, HR: 104x/menit, RR: 26x/menit, T:36,6 C, SpO2: 98%, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/ menit. Hasil pemeriksaan fisik pada kepala tidak ditemukan kelainan, pasien mengeluh tengkuk terasa berat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pasien lebih sering memejamkan mata, wajah tampak memerah, distensi vena jungularis (-), ekspansi dada simetris kiri kanan, auskultasi paru: bronkovesikuler, pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, teraba 2 jari lateral ICS V midclavikula sinistra, auskultasi jantung:bunyi S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan abdomen: tidak ada distensi, bising usus normal. Ektremitas bawah teraba hangat, edema kaki (-), CRT 3 detik. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan Hb: 14,1 g/dl, leukosit: 10.400 103/mm3, Ht: 38%, ureum: 31 mg/dl, Na: 144 mmol/L, K: 4,9 mg/dl. Pasien terpasang IVFD RL 40 cc/jam, amlodipine 1x 5mg, simvastatin 1 x 10mg, HCT 1x25mg (1/2 tablet). Dalam keseharian pasien telah mengetahui penyakit yang ia derita, namun tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mau melakukan perilaku hidup sehat. Pasien juga tidak menerapkan diet hipertensi, BB pasien 85 kg, TB 162 cm. Pasien terpasang kateter. Aktivitas sehari-hari di rumah pasien dapat melakukan dengan baik, namun saat ini aktivitas pasien di rumah sakit dibantu keluarga dan perawat. Pasien lebih banyak tidur, karena merasa pusing. Pasien mengatakan kepala terasa berat, lebih nyaman saat mata tertutup, sekali pasien mengerang dan meringis. Pasien merupakan kepala keluarga, saat ini ia tidak dapat bekerja karena sakit. Ia berharap dapat segera pulang ke rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan penurunan energi yang ditandai dengan pasien lebih banyak tidur dan memerlukan bantuan dalam beraktivitas.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik yang ditandai dengan pasien terlihat lemah, lebih banyak istirahat, dan mengeluh pusing.
3. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yang ditandai dengan pasien mengeluh tengkuk terasa berat, kepala pusing, dan lebih nyaman saat mata tertutup.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan kurangnya pemahaman mengenai penyakit dan manfaat pengobatan yang ditandai dengan pasien tidak mematuhi pengobatan, tidak menerapkan diet hipertensi, dan tidak melakukan perilaku hidup sehat.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah suatu sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang disusun berdasarkan penelitian dan pengalaman klinis perawat di Indonesia. Diagnosa keperawatan di atas mengacu pada SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran/hasil keperawatan yang digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi keperawatan. Luaran yang diharapkan dari diagnosa keperawatan di atas antara lain: peningkatan toleransi aktivitas, penurunan kelelahan, penurunan nyeri kepala, dan peningkatan kepatuhan pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat diberikan antara lain: manajemen aktivitas, manajemen kelelahan, manajemen nyeri, edukasi kesehatan, dan konseling. -
Article No. 1168 | 02 Oct 2024
Klinis : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap, dan obstruksi jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Keracunan Karbon Monoksida, Inhalasi Asap, dan Obstruksi Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efektif, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti keracunan, inhalasi asap, dan obstruksi jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam kondisi ini adalah pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen, perbaikan nilai gas darah, dan kemampuan bernapas yang lebih baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status pernapasan
2. Pemberian oksigen supplemental sesuai kebutuhan
3. Manajemen jalan napas, termasuk suction dan pengaturan posisi pasien
4. Penanganan komplikasi yang mungkin timbul, seperti edema paru atau gagal napas
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi dan manajemen perawatannya
Secara umum, diagnosa keperawatan ini menggambarkan adanya gangguan pertukaran gas yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dan membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah tersebut serta mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 1169 | 02 Oct 2024
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Faktor-faktor yang Berhubungan:
1. Edema
2. Efek inhalasi asap
Penjelasan Singkat Terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat dalam SDKI. SDKI menyediakan definisi, faktor-faktor yang berhubungan, serta karakteristik mayor dan minor untuk diagnosis keperawatan ini.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam SLKI, terdapat beberapa luaran keperawatan yang relevan dengan diagnosa Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, seperti Permeabilitas Jalan Napas, Bersihan Jalan Napas, dan Fungsi Ventilasi. SLKI menyediakan kriteria hasil dan indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, seperti Manajemen Jalan Nafas, Pencegahan Aspirasi, dan Manajemen Ventilasi. SIKI memberikan rincian aktivitas, rasional, dan pertimbangan khusus untuk masing-masing intervensi.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan proses asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif dalam menangani kasus Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap. -
Article No. 1170 | 02 Oct 2024
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J98.8
- Deskripsi: Kondisi respiratorik lain, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai "Bersihan jalan nafas tidak efektif" yang disebabkan oleh edema dan efek inhalasi asap.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Tindakan penghisapan (suction) jalan napas, termasuk intubasi dan ekstubasi trakea. Tindakan ini dapat dilakukan untuk membantu mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif akibat edema dan efek inhalasi asap.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 J98.8 dipilih karena "Bersihan jalan napas tidak efektif" tidak memiliki kode spesifik di ICD-10. Kode ini mencakup berbagai kondisi respiratorik lain yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
- Kode ICD-9-CM 96.04 untuk tindakan penghisapan (suction) jalan napas dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif akibat edema dan efek inhalasi asap. Tindakan ini dapat dilakukan sebagai bagian dari manajemen perawatan pasien. -
Article No. 1171 | 02 Oct 2024
Klinis : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap, dan obstruksi jalan napas buatkan intervensi dari diagnosa diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Keracunan Karbon Monoksida, Inhalasi Asap, dan Obstruksi Jalan Napas
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
SDKI:
Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi dan/atau oksigenasi yang adekuat pada tingkat seluler.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas.
2. Pasien akan menunjukkan peningkatan saturasi oksigen.
3. Pasien akan menunjukkan perbaikan status respirasi.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pemantauan tanda-tanda vital, termasuk laju pernapasan, saturasi oksigen, dan irama napas.
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
3. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret atau benda asing yang menyumbat jalan napas.
4. Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
5. Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengatasi penyebab gangguan pertukaran gas.
7. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai proses penyakit, tatalaksana, dan upaya pencegahan komplikasi.
Peran perawat dalam kondisi ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memperbaiki pertukaran gas, mempertahankan oksigenasi yang adekuat, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang optimal. -
Article No. 1172 | 02 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala yang dialami pasien anak perempuan berusia 5 tahun, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar pasien mengalami kondisi Campak (Measles).
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan intervensi yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Penyakit Menular
Penjelasan singkat:
Pasien anak dengan gejala campak memiliki risiko infeksi yang tinggi karena paparan virus campak yang mudah menular. Perawatan dan tindakan pencegahan yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Lakukan kebersihan tangan
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi
- Isolasi pasien jika diperlukan
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang tepat
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, dan menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi pasien dengan kemungkinan campak ini. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi dan penyebaran penyakit. -
Article No. 1173 | 02 Oct 2024
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Edema dan Efek Inhalasi Asap
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Berhubungan: Edema dan efek inhalasi asap.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, tidak ada suara napas tambahan, dan tidak ada sianosis.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih melalui suction, posisi semi-Fowler, dan pemberian oksigen.
b. Manajemen Ventilasi: Memantau status pernapasan dan memastikan ventilasi yang adekuat.
c. Manajemen Obstruksi Jalan Napas: Melakukan tindakan untuk mengurangi obstruksi saluran napas, seperti humidifikasi udara dan pemberian bronkodilator.
d. Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka pada saluran napas akibat inhalasi asap.
Kesimpulan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Edema dan Efek Inhalasi Asap" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, yang disebabkan oleh edema dan efek inhalasi asap. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, ventilasi, obstruksi jalan napas, dan perawatan luka untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih.