Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1234 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ny. S yang anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Retensi plasenta berhubungan dengan kala III yang memanjang, ditandai dengan ari-ari belum lahir setelah 30 menit pasca persalinan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Retensi plasenta adalah kondisi di mana plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
- Faktor penyebabnya antara lain kontraksi uterus yang tidak adekuat, robekan uterus, dan anomali plasenta.
- Tanda dan gejala yang muncul adalah perdarahan pervaginam, perut terasa mules, dan tinggi fundus uteri masih tinggi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Plasenta lahir dalam waktu yang tepat, perdarahan minimal, dan kondisi ibu stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kala III Persalinan, yang meliputi: Memantau tanda-tanda vital, Menilai kontraksi uterus, Mengajarkan teknik mengedan, Pemberian oksitosik, dan Melakukan tindakan manual jika plasenta tidak lahir.
Tujuan intervensi adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan post partum akibat retensi plasenta dan memastikan plasenta lahir dalam waktu yang tepat. -
Article No. 1235 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm. Untuk mengatasi ansietasnya, apa intervensi yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. S yang diuraikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan dengan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
1. Cemas akut
SDKI: Cemas akut
SLKI: Kontrol kecemasan
SIKI: Manajemen kecemasan
Penjelasan:
Ny. S mengalami cemas akut terkait dengan retensio plasenta yang belum lahir. Pasien merasa cemas dan khawatir karena plasenta belum keluar sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Intervensi yang tepat untuk mengatasi ansietasnya adalah:
1. Manajemen kecemasan
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien
- Berikan informasi yang akurat tentang kondisi dan proses persalinan yang sedang dialami
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan distraksi
- Ajarkan teknik relaksasi dan visualisasi positif
- Berikan obat anti-kecemasan jika diperlukan dan sesuai indikasi
Dengan intervensi ini, diharapkan Ny. S dapat mengelola kecemasan yang dialami sehingga dapat fokus pada proses persalinan dan pengeluaran plasenta. -
Article No. 1236 | 03 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan ca mamae sudah 8 bulan nyeri tidak hilang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang mengatakan kanker payudara (ca mamae) sudah 8 bulan dengan nyeri yang tidak hilang, maka diagnosa keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit kanker payudara, berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan nyeri, meningkatkan kemampuan beraktivitas, dan mencapai kualitas hidup yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, terapi komplementer, dan pendidikan kesehatan terkait pengelolaan nyeri.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar, perawat dapat memberikan penjelasan lebih detail mengenai diagnosa keperawatan, penyebab, tanda-tanda, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi nyeri kronis pada pasien dengan kanker payudara. -
Article No. 1237 | 03 Oct 2024
Klinis : tidak bisa tidur karena sesak nafas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi tidak bisa tidur karena sesak napas, dengan format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J06.9
- Deskripsi: Infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Oksigenasi, kontinu
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami gejala tidak bisa tidur karena sesak napas. Berdasarkan informasi yang tersedia, kode ICD-10 yang paling sesuai adalah J06.9, yang menggambarkan infeksi akut saluran pernapasan atas yang tidak spesifik. Hal ini dapat menyebabkan gejala sesak napas, yang dapat mengganggu tidur pasien.
Selanjutnya, kode ICD-9-CM prosedur 93.94 untuk oksigenasi kontinu dapat dipertimbangkan, jika pasien membutuhkan bantuan oksigen untuk mengatasi sesak napasnya. Pemberian oksigen secara kontinu dapat membantu meningkatkan oksigenasi dan memfasilitasi tidur yang lebih nyenyak.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan yang tepat harus ditentukan oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi yang komprehensif terhadap pasien. -
Article No. 1238 | 03 Oct 2024
Klinis : tidak bisa tidur karena sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "tidak bisa tidur karena sesak nafas".
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Gangguan Pola Tidur adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai pola tidur yang adekuat dan berkualitas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi sesak nafas yang dialami oleh pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan "Gangguan Pola Tidur" memiliki definisi sebagai berikut: "Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini meliputi:
1. Kualitas Tidur
2. Durasi Tidur
3. Efisiensi Tidur
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini antara lain:
1. Manajemen Lingkungan: Mengatur lingkungan yang kondusif untuk tidur
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi terkait pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas
Dalam pendekatan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola tidur yang optimal. -
Article No. 1239 | 03 Oct 2024
Klinis : sesak nafas penyakit tbc
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak napas pada pasien dengan penyakit tuberkulosis (TBC).
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk menarik napas yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penyebab: Proses patologis pada sistem pernapasan, seperti penyakit TBC yang menyebabkan kerusakan pada paru-paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penyebab: Sesak napas pada pasien TBC yang menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
3. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Penyebab: Kecemasan yang dialami pasien terkait kondisi penyakitnya dan keterbatasan dalam beraktivitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan sesak napas akibat penyakit TBC. Dengan menggunakan standar tersebut, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan tujuan, dan melakukan intervensi yang tepat untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 1240 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm. Apa intervensi untuk kelelahan yanh dialami ibu ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dan intervensi sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue) berhubungan dengan kehilangan darah selama persalinan, ditandai dengan perasaan letih, tubuh terasa dingin, dan perut masih mules.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Energi
- Kaji tingkat energi klien dan tanda-tanda kelelahan
- Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dapat memulihkan energi
- Dorong klien untuk beristirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan klien untuk mengatur pola aktivitas dan istirahat
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan klien
2. Manajemen Nyeri
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan faktor yang memengaruhi nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
3. Manajemen Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan klien
- Dengarkan dan berikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
- Berikan informasi yang akurat dan mudah dipahami terkait kondisi klien
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Penerapan standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) dalam memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif diharapkan dapat membantu Ny. S dalam memulihkan kondisinya setelah melahirkan dan memastikan proses pengeluaran plasenta berjalan dengan baik. -
Article No. 1241 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm. Apa intervensi untuk kelelahan yang dialami ibu (kriteria hasil, intervensi dan luaran ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Ny. S dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue)
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Kelelahan (Fatigue)" sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah keadaan subjektif dan berkelanjutan yang ditandai dengan merasa lemah dan tidak mampu untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas yang diinginkan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres fisik dan psikologis.
Kriteria Hasil (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan peningkatan tingkat energi.
2. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab.
Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi
- Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kelelahan.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat cukup dan memprioritaskan aktivitas.
- Bantu pasien dalam membuat rencana aktivitas harian yang realistis.
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memulihkan energi.
Luaran:
Setelah diberikan intervensi keperawatan, diharapkan Ny. S dapat meningkatkan tingkat energinya, sehingga mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih baik. -
Article No. 1242 | 03 Oct 2024
Klinis : Ny. S, seorang ibu berusia 37 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan inpartu kala III. Iamerupakan seorang G5P3A1 dan baru saja melahirkan anak kelimanya pada tanggal 30 September 2024 pukul 07.15 WIB. Meskipun bayi telah lahir, Ny. S melaporkan bahwa ari-arinya belum juga keluar. Setelah melahirkan, Ny. S mengaku merasa cemas karena plasentanya belum lahir. Ia merasa letih, dengan badan terasa dingin, dan perutnya masih mules. Data vital menunjukkan bahwa tekanan darahnya 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6 °C, dan pernapasan 20 x/menit. Kontraksi yang dirasakannya cukup keras, dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Dari pengeluaran per vaginam tercatat sebanyak 200 cc, dan pada pemeriksaan vulva terlihat tali pusat terjulur sepanjang 30 cm. Apa intervensi untuk kelelahan yang dialami ibu (kriteria hasil, intervensi berisi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi dan luaran ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis, serta intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi kelelahan yang dialami oleh Ny. S:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O72.1
- Deskripsi: Retensio plasentae
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.3
- Deskripsi: Manual removal of placenta
Intervensi untuk mengatasi kelelahan yang dialami oleh Ny. S:
Kriteria Hasil:
1. Ibu menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari kelelahan, seperti peningkatan energi, kembalinya suhu tubuh ke normal, dan penurunan rasa mules di perut.
2. Tali pusat terjulur tidak lebih dari 10 cm, menandakan plasenta telah terevakuasi.
3. Perdarahan per vaginam tidak melebihi 500 cc.
Intervensi:
1. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital ibu secara berkala (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi).
- Amati perdarahan per vaginam dan kontraksi uterus.
- Pantau tinggi fundus uteri dan panjang tali pusat yang terjulur.
2. Terapeutik:
- Berikan oksigen melalui masker atau kanula nasal untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen.
- Lakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi dan membantu evakuasi plasenta.
- Berikan infus cairan intravena untuk mengganti volume cairan yang hilang akibat perdarahan.
- Berikan analgetik (misal: paracetamol) untuk mengurangi rasa mules di perut.
3. Edukasi:
- Jelaskan kondisi saat ini kepada ibu dan keluarga, serta rencana penanganan yang akan dilakukan.
- Ajarkan ibu teknik relaksasi dan napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
- Anjurkan ibu untuk beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat.
4. Kolaborasi:
- Berkoordinasi dengan dokter untuk mempertimbangkan manual removal of placenta jika plasenta tidak kunjung lahir.
- Jika perdarahan tidak terkendali, berkolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Luaran yang diharapkan:
1. Ibu menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan vital signs yang stabil dan kontraksi uterus yang baik.
2. Plasenta berhasil terevakuasi, dan perdarahan terkendali.
3. Ibu merasa lebih tenang dan rileks setelah menerima intervensi. -
Article No. 1243 | 03 Oct 2024
Klinis : kaki luka 5cm, berdarah berhenti sekitar 100ml, luka bernanah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan luka terbuka dan terpaparnya jaringan luka.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu kaki luka sepanjang 5 cm, berdarah sekitar 100 ml, dan luka bernanah, dapat diidentifikasi adanya risiko infeksi yang perlu ditangani. Luka terbuka dan terpaparnya jaringan dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme penyebab infeksi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengenai sistem tubuh dan dapat membahayakan kesehatan" (PPNI, 2017).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah Bebas Infeksi, yang ditandai dengan parameter:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal (eritema, hangat, nyeri, pembengkakan, dan nanah)
2. Luka bersih dan kering
3. Tidak ada peningkatan suhu tubuh
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi pada kondisi ini mencakup:
1. Perawatan Luka: Membersihkan luka, menghentikan perdarahan, dan menangani drainase/nanah
2. Pemberian Antibiotik: Sesuai indikasi dan resep dokter
3. Pemantauan Tanda Vital: Suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah
4. Edukasi Perawatan Luka: Menginstruksikan pasien/keluarga dalam merawat luka secara tepat
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau dan mengelola risiko infeksi pada kondisi luka ini, serta memberikan edukasi dan dukungan yang dibutuhkan pasien dan keluarga.